15. Cheong-In

482 58 7
                                    

Sorenya Ayen dibawa ke rumah sakit khusus kanker, hyungnya sudah membantu Ayen untuk membereskan dan merapikan semua barang-barang Ayen, setelah itu hyungnya pamit karna ada schedule nanti malam. Sebenarnya Ayen tidak mau.

Tapi ia menyutujui, karna ia paham hyungnya lelah bekerja, jarang pulang dan ia pikir dirinya hanya menambah beban.

Jam sudah menujukkan angka 05.30 PM, ia berencana ingin mengelilingi tempat ini, berharap menemukan teman-teman seperjuangan baru. Ayen menekan tombol bantuan, tak lama datang suster yang akan membantu Ayen, karna ia masih memakai kursi roda.

Ayen dan susternya sudah sampai taman rumah sakit, karna Ayen meminta untuk bertemu pasien-pasien lainnya. Saat berkeliling taman, Ayen melihat banyak sekali anak kecil yang sedang bermain dan ada yang sedang berkumpul dengan beberapa remaja putri.

Ayen senang dengan anak kecil dan meminta suster untuk mendekati anak-anak yang sedang mendengar dongeng dari anak remaja yang sepertinya relawan sekitar rumah sakit ini.

Saat hampir dekat, Ayen menyuruh susternya untuk pergi karna Ayen ingin kesana dengan dorongan tangannya sendiri, tidak lupa ia berterima kasih dengan susternya.

Ayen tersenyum saat benar-benar sampai kumpulan itu, sesekali ada anak kecil yang menyapa Ayen.

"Nah, saatnya eonni/noona memberi bingkisan." ucap salah satu remaja itu, semua anak riang.

Remaja itu memberi bingkisannya saat anak kecil itu maju dan memberi pelukan atau ciuman kepada remaja itu.

"Itu kau yang dibelakang tidak mau?" tanya teman remaja itu sambil menunjuk Ayen.

Ayen hanya kaget lalu menunjuk dirinya sendiri, "ya, kau mau tidak?" tanya remaja itu.

Ayen berpikir untuk tidak menolak, ia pun menjalankan kursi rodanya mendekat.

"Aku mau tapi tidak usah memberi pelukan atau ciuman boleh?" tanya Ayen, remaja itu kaget saat Ayen mendongakkan kepalanya.

"Ayen-ssi? Omo!" teriak remaja itu sampai teman-temannya dan anak-anak kecil itu kaget dan menoleh.

Ayen bingung, kenapa remaja itu kaget dan menutup mulutnya tidak percaya. Tak lama, teman-temang remaja itu datang dan mereka sama-sama kaget.

Ayen berpikir keras, kenapa semua remaja itu kaget. Tak lama, ia menyadari dan sedikit gelagapan.

"Ayen-ssi, kenapa disini? Kau sakit?" tanya remaja itu, Ayen bingung ingin menjawab apa.

"Ma-maaf, kau salah orang. Aku bukan Ayen yang kau maksud, aku… aku Cheong-In." Ayen ingin berbohong tentang dirinya, tapi tetap saja raut muka Ayen tidak bisa berbohong.

"Tidak, kau Yang Jeong-In. Kami kenal karna kami kangen denganmu, kau tau sudah tiga bulan kau tidak ada kabar." jelas teman remaja itu, Ayen semakin bingung, ia harus jawab apa.

"Kami penggemarmu, kami tau ciri khas kau." sanggah teman yang lainnya, lidah Ayen kaku. Baru kali ini ia dipergoki penggemarnya.

Kring!

Bel waktu penjengukkan habis, mau tidak mau remaja-remaja putri itu harus pergi, kalau tidak, bisa diusir satpam.

Ayen menghela nafas lega, bel itu menyelamatkannya. Ia pun buru-buru pergi dari remaja-remaja putri itu. Karna kesusahan saat ditengah jalan, ada seorang anak yang melihat dan membantunya.

"Mau aku bantu?" tawar anak itu saat Ayen masih berusaha menjalankan kursi rodanya.

Ayen menoleh, ia berpikir sejenak.

"Boleh, tapi apa tidak keberatan?" tanya Ayen karna ia tau yang mendorong kursi rodanya ini masih terlalu kecil. Anak itu menggeleng imut.

"Apa aku boleh memanggilmu 'hyung'?" tanya anak itu yang hanya diberi anggukan dan senyuman manis dari Ayen.

"Tapi imbalannya hyung harus memegang tiang ini." ucap anak itu sambil mengasihkan tiang untuk infusnya.

"Hyung, kenapa memanggil namaku tadi?" tanya anak itu sambil mendorong masuk ke rumah sakit.

"Hah? Kapan?"

"Tadi, saat ada noona." ucap anak itu, Ayen mengingat-ngingat sejenak.

"Oh, jadi namamu Cheong-In?" tanya Ayen memastikan.

"Ya, itu aku." jawab anak bernama Cheong-In itu singkat.

"Omong-omong apa hyung idol? Kenapa noona tadi memanggil dirinya penggemarmu?" tanya Cheong-In, Ayen bingung harus jujur atau tidak.

"Tidak usah dipikirkan." ucap Ayen.

Saat sampai dipusat rumah sakit, Ayen meminta untuk berhenti saat melihat anak yang sedang membunyikan lonceng di dinding besar sampai-sampai menjadi pusat perhatian, tak sedikit orang berteriak bergembira.

"Itu apa?" tanya Ayen.

"Itu namanya ring in hope, semua orang bisa membunyikan lonceng itu kalau ia sudah dinyatakan sembuh." jawab Cheong-In, lalu mereka masuk kedalam lift untuk menuju kamar mereka yang satu lantai.

"Apa hyung tau, aku ingin seperti anak itu." ucap Cheong-in, tak lama Ayen mendengar suara tangisan.

✘✘✘✘✘


















Mau ngasih tau aja, mon maap klo mslnya nanti dari tgl 8- selesai bln ini aku gk up, karna mau hokus pokus trulala. Gk.

Mau pokus usbn-unbk, mungkin ini yg terakhir eh g tau deh, eh beneran dah gk boong,ini yg terakhir, gk up2 lagi.

Mksh udh stay,
walaupun yg baca byk tpi yg nge vote dikit:")

Tpi aku hargai karna itu hak kalian, mau vote atau ngga. Sekali lagi, thanks! ♡♡♡

Oh ya, ini berlaku bwt semua work aku ya, bye:(

Shining Star | Yang Jeongin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang