🎨01

6.9K 522 76
                                    

"Oppa! Kau meninggalkan ku lagi?!" pekik seorang gadis yang tengah berdiri di depan lift dengan sebuah ponsel yang di tempelkan ke telinga.

"Kau pulang sendiri ya? Aku ada keperluan mendesak. Dahh!" panggilan pun diputus secara sepihak dari seberang sana.

Jiyeon merutuki sang manajer sekaligus sepupunya itu; Park Seojoon.

Seringkali Jiyeon ditinggal sendiri karena Seojoon yang sering mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Jiyeon pun enggan marah, karena bagaimanapun Seojoon adalah sepupu dan Jiyeon tidak ingin waktu Seojoon habis hanya mengurusnya. Ayolah--manajer juga manusia bukan? Jiyeon sudah besar tanpa harus di awasi 24 jam. Asalkan semua masih terkendali. Maka aman-aman saja. Toh-Seojoon juga tidak lalai dalam mengatur jadwal Jiyeon.

Ting!

Jiyeon segera masuk ke dalam lift setelah menunggu cukup lama. Jari rampingnya menekan tombol 2. Ia bermaksud mengunjungi Sejeong sang sahabat sebelum pulang. Terlalu padatnya jadwal membuat mereka sulit meluangkan waktu untuk bertemu. Terlebih jarang-jarang mereka bisa terjebak digedung yang sama meski dengan acara berbeda.

Jujur saja, menjadi MC cukup menghibur Jiyeon sebab menemukan teman baru dengan bintang tamu yang berbeda tiap minggunya.

Pintu lift terbuka kembali saat hampir tertutup rapat. Memunculkan presensi seorang pria yang tengah menunduk.

Siapa ya?

Seperti nya salah satu member BTS yang menjadi tamu diacaranya tadi.

Pria dengan surai biru yang tampak tebal. T-shirt dengan jeans belel. Bahu lebar dengan dada bidang. Wow ... jika Jiyeon tidak salah namanya Kim Taehyung.

Jiyeon mudur dan melipat lengannya didada. Taehyung melangkah masuk masih dengan kepala yang tertunduk.

Jiyeon hanya memperhatikan dengan sudut matanya. Keningnya mengerinyit lantaran Taehyung tidak menekan angka kelantai mana yang akan ia tuju.

Jadi, Jiyeon hanya berasumsi jika Taehyung menuju lantai yang sama dengannya.

Tapi memang dasar Jiyeon kelewat sensitif, maka, matanya menatap wajah Taehyung dengan seksama. Perasaannya mengatakan ada yang tidak beres sedari tadi.

Dan benar saja, setelah dilihat dari dekat, wajah Taehyung terlihat pucat dengan pelipis yang di banjiri keringat. Rahang tegasnya basah oleh keringat. Pun surai biru pekat yang menempel didahi akibat peluh. Mata terpejam dengan napas yang dihirup pendek-pendek. Sesekali ringisan tipis tergambar di wajah pucatnya.

"Kim Taehyung-ssi? Anda baik-baik saja?" tanya Jiyeon yang tidak bisa menyembunyikan kecemasannya. Jika pun bukan Taehyung yang di hadapannya, Jiyeon akan tetap bertanya karena hati nurani yang terpanggil secara alami.

Taehyung sedikit mengangkat kepalanya demi menatap eksistensi gadis dihadapannya. Pandangannya buram, membayang dan terlalu samar. Tapi jelas ia mengenal wajah putih dengan sepasang obsidian kelam yang satu jam lalu menatapnya tajam kini berubah dengan tatapan kecemasan.

"Park Jiyeon-ssi."

"Iya?" sahut Jiyeon dengan alis bertaut. Lirihan Taehyung seperti menahan sakit.

Jiyeon mengambil satu langkah mundur saat Taehyung mendesak maju mengikis jarak. Tatapan kosong dengan tubuh yang terhuyung.

Hingga Jiyeon tidak bisa mundur lagi kala punggung mungilnya menyentuh permukaan dinding lift yang dingin. Kepanikan melanda saat jarak antara Taehyung sudah tak bersisa.



Greb!



Maniknya membola saat tubuh Taehyung menerpanya. Kepalanya terkulai lemas dibahu sempit Jiyeon. Refleks kedua lengan Jiyeon pun melingkar erat di sekitar pinggang si pria. Menahan bobot tubuh Taehyung agar tidak merosot di lantai lift.



Ting!



Pintu lift akan terbuka menandakan mereka telah sampai pada lantai yang dituju.

Tarikan napas dan beberapa jeritan terkejut menyerbu masuk ke rungu Jiyeon. Oh Tuhan ... tidak! Aku mohon.

Dengan kaku dan jantung yang berdetak hebat, Jiyeon menolehkan kepalanya ke kanan demi menepis persepsi yang menghantui pikirannya.

Dan benar saja, di lorong sana, para wartawan yang tengah mewawancarai Sejeong memasang ekspresi wajah yang sama. Mata membola dengan mulut menganga.

Disuguhi pemandangan dengan judul berita yang menggugah selera membuat mereka hilang akal untuk sejenak.

Tontonan yang begitu tiba-tiba memberi syok pada jantung hingga lupa fungsi kamera saat bisa melihat jelas dengan sepasang netra.



Shit!




Jiyeon yang cepat sadar dari kepanikan pun segera memanfaatkan situasi.

Susah payah lengannya menjangkau tombol tutup. Sebelum para wartawan pulih dari keterkejutan mereka.

Dengan sigap pun Jiyeon memindahkan bobot tubuh Taehyung pada punggungnya. Memberi ancang-ancang mengendong Taehyung segera.

Pintu lift terbuka dan secepat itu pula Jiyeon. Melangkahkan kaki kecilnya menuju tempat parkir.

Beruntung bisa melewati area parkir tanpa kamera yang memburunya.

Kaki mungilnya melangkah cepat tak beraturan dan gemetar karena di tambah berat badan Taehyung yang terkulai tidak sadarkan diri di atas punggungnya.

Ya ampun, mobil sialan! Kenapa Seojoon memarkirkannya terlalu jauh!

Dan didetik berikutnya wajah Jiyeon memerah lantaran merasakan sesuatu yang mengganjal dipinggangnya. Menekan dan semakin jelas terasa saat kakinya melangkah.

Astaga! Apa yang barusan kupikirkan sih?!

Berusaha mengabaikan walaupun tetap saja kepikiran. Jiyeon akhirnya sampai di dekat mobil. Membuka pintu belakang dan memasukan tubuh tegap Taehyung dengan susah payah. Membaringkan pria itu di sana.

Sementara Jiyeon segera bergerak cepat dan duduk di balik kemudi.

Menjalankan mobilnya sebelum para wartawan bisa mengejarnya.

Jiyeon tahu, mungkin kehidupannya yang sudah kacau, seperti di neraka mulai esok.





•••

Semua gambar aku edit ulang.
Moga betah di lapak ini💜

scandal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang