"Sejeong-ah." Seru Jiyeon dengan merentangkan kedua lengannya saat sahabatnya itu membuka pintu rumahnya.
Sejeong yang mendapati Jiyeon yang bertamu malam-malam ke rumahnya pun langsung menyeret gadis itu masuk ke dalam.
"Ah kenapa? Kau tidak merindukan ku?" Tanya Jiyeon lantaran Sejeong belum juga memeluknya.
Sejeong terkekeh dan langsung memeluk sahabatnya itu. "Kau gila? Kau tengah di buru dan sempat-sempatnya keluar."
"Kau tidak tau apa yang baru saja jantungku alami." Jawabnya mendramatisir.
Berdecak sebal, Sejeong menyuruh Jiyeon duduk di sofa.
"Sudah makan? Aku akan buatkan makanan untuk kita makan."
"Sudah, tapi aku masih lapar." Sahut nya yang di balas lemparan bantal sofa oleh Sejeong.
Jiyeon menyibukkan dirinya dengan menonton televisi saat Sejeong berkutat dengan masakannya.
"Jadi sudah ketemu jalan keluarnya?" Sejeong sedikit berteriak dari arah dapur. Menanyakan tentang skandal yang melibatkan sahabat baiknya.
"Ah tidak tau. Aku juga menyesal menyelamatkan alien itu." Jiyeon selalu kesal jika sudah berada di topik ini. Kim Taehyung bagaimanapun di cari kebaikannya, tetap saja tidak di temui Jiyeon. "Fans hanya memuja wajahnya saja, mereka belum tau bagaimana asli idol yang mereka puja itu."
Sejeong tergelak mendengar penuturan Jiyeon yang juga menggunakan kedua tangannya untuk menggambarkan bagaimana dia membenci pria yang terlibat skandal dengannya.
"Memang dia tampan bukan? Apa kau tidak tertarik? Banyak lho idol wanita yang menyukai." Goda Sejeong. Meski mereka baru dalam menjalin pertemanan, Sejeong sudah tahu bagaimana asli dari sifat seorang Park Jiyeon. Gadis itu bahkan bisa menempatkan pria di urutan ketiga. Yang pertama makanan, kerja, dan baru pria. Itu pun ogah-ogahan.
"Heol-wajah seperti itu banyak kita jumpai di planet Pluto." Jawabnya asal. Di matanya, Taehyung tetaplah pria aneh bermulut tajam dengan sifat yang kelewat dingin.
"Astaga Park Jiyeon. Kalau kau terlalu membencinya, nanti kau bisa berbalik mencintainya."
"Ya ampun, Sejeong-ah. Aku harus mati dulu dan hidup lagi untuk mencintai pria aneh seperti Kim Taehyung."
Sejeong hanya geleng-geleng kepala dengan ucapan Jiyeon. Jiyeon memang tidak terlalu suka di dekati pria, tapi rasa benci nya pada Taehyung yang baru saja di kenal di rasa terlalu melewati batas. Bukankah kita harus mengenal seseorang sedikit lebih lama untuk rasa benci seperti itu?
"Sudahlah, lupakan!" Jiyeon menoleh pada Sejeong yang masih sibuk dengan masakannya. "Kau lama sekali sih? Aku sudah kelaparan."
"Kau itu ya. Sudah datang seenaknya, malah bersikap tidak tau diri pula."
"Aku tidak akan sungkan kalau itu kau." Balasnya tidak mau kalah.
***
Pukul sembilan pagi, Jiyeon tiba di rumah Seojoon. Menekan bel berkali-kali hingga pintu pun di buka dengan kasar.
"Kemana saja kau huh?!" Serang Seojoon melipat kedua tangannya di dada.
"Aku tidur di tempat Sejeong semalam." Jiyeon menatap kemana saja asalkan pandangan nya tidak bertemu dengan obsidian Seojoon yang mengerikan.