🎨16

2.2K 365 168
                                    

Ragu ragu gadis itu melangkah semakin masuk setelah menutup pintu ruang inap Sehun. Belum berani menaikan pandangannya untuk bertemu dengan mata pria yang berbaring dengan bantalan yang mengganjal punggungnya untuk sedikit terduduk.

Cengkraman Jiyeon pada tepian kemejanya begitu kuat kala suasana hening yang terbangun memberinya sesak luar biasa. Juga kebungkaman Sehun yang memberi tekanan lebih padanya hingga membuat nafas yang ditarik Jiyeon semakin berat dan memendek. Sulit untuk tenang dalam situasi seperti sekarang.

"Sehun ... "

"Jika itu permintaan maaf, tarik kembali. Kecelakaan ini tidak ada kaitannya denganmu," potong Sehun seolah mengetahui apa yang akan dilontarkan Jiyeon. Kendati pria itu berbohong penuh pada ucapannya, ia mabuk karena masalahnya dengan Jiyeon hingga nekat mengemudi dan berakhir di sini. Tapi Sehun cukup waras tidak menyalahkan Jiyeon atas ini semua.

Namun, gadis itu tahu jika memang dirinyalah yang menyebabkan Sehun lari pada minuman dan harus mengalami ini semua. "Tapi—"

Pintu ruangan dibuka paksa, menghentikan kalimat Jiyeon yang bahkan belum terucap. Membuat keduanya menoleh pada sosok yang baru saja datang dan hentakan langkah kakinya yang terdengar penuh amarah menyambangi rungu mereka lantaran suasana ruangan yang terlalu hening.

Baru saja bibir Jiyeon terbuka untuk menyapa, sebuah lesakkan panas pada pipi kirinya membuat wajah itu terpental ke kanan.

Gadis yang baru saja berdiri di hadapannya menampar Jiyeon bahkan sebelum Jiyeon membuka suara.

"Sejeong!" Bahkan bentakan Sehun pun masih belum bisa menyadarkan Jiyeon dari situasi. Gadis itu terlampau terkejut dengan serangan tiba-tiba dari Sejeong; sahabatnya sendiri.

"Kenapa kau menamparnya?!" Pria itu berusaha beranjak dari ranjangnya, namun Jiyeon dengan sigap menahan agar Sehun tidak turun dan membuat kaki kirinya semakin parah. Beruntung Chanyeol juga masuk dengan tergesa-gesa dan menahan Sehun di ranjangnya.

"Kau masih berani muncul di sini huh?!" teriak Sejeong di depan Jiyeon. Mengabaikan bentakan Sehun tadi.

"Sejeong—"

"Jangan sebut namaku lagi, Brengsek!" selanya. Pancaran matanya benar-benar memperlihatkan betapa marahnya gadis itu pada Jiyeon sekarang.

"Kalau bukan karenamu, Sehun tidak akan berada di sini dengan keadaan seperti ini! Kau merenggut impiannya, Jiyeon!"

Jiyeon merasa air matanya bergulir begitu saja, gadis itu tahu apa yang sudah ia lakukan. Tapi mendapat tamparan langsung dari gadis yang sudah ia anggap sahabat sendiri pun menambah rasa bersalahnya. Sejeong memang benar, seharusnya Jiyeon tidak datang ke sini dengan tidak tahu malunya. Jiyeon pantas untuk dijauhi karena membuat Sehun kehilangan sesuatu berharga untuk dirinya. Dan Jiyeon-lah penyebab itu semua.

"Ma—maafkan aku," lirihnya tidak lagi mengenali suaranya sendiri.

"Ini bukan salahnya!" tegas Sehun pada Sejeong.

"Dia yang membuatmu terakhir di sini, Sehun! Kenapa kau masih membelanya!"

"Tahu apa kau? Ini memang kelalaianku yang mengemudi dalam keadaan mabuk! Kau tidak punya hak menyalahkannya!"

Persitegangan itu hanya membuat rasa bersalah Jiyeon kian menjadi. Ia merasa telah membuat kacau semuanya dan sekarang tidak lagi memiliki muka untuk bertemu dengan Sehun dan Sejeong. Gadis itu kembali meminta maaf dengan terbata-bata sebelum berlari dari ruangan. Tidak mengabaikan panggilan Sehun dan Chanyeol. Berlari secepatnya dan tidak akan muncul lagi di depan teman-temannya tersebut.

scandal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang