Merupakan cerita fiksi. Tidak untuk menjelekkan tokoh di dalamnya. Kesamaan alur dan setting adalah ketidaksengajaan. Tidak diperkenankan mengambil konten di dalamnya. Selamat membaca.
OOC ; AU
I - A new comer
.
.Oh Sehun meraih ponselnya di nakas. Dengan wajah yang masih setengah mengantuk dan kesadaran minim, ia membaca sebuah pesan yang tertera di layar. Sehun menguap, kembali meletakkan ponselnya ketika merasa pesan itu tidak butuh tindakan segera untuk dibalas. Namun sebuah panggilan yang tiba-tiba berdering membuatnya mendesah, merutuk kesal untuk kemudian memencet tombol hijau di sana. Langsung terhubung dengan seseorang di seberang.
"Hallo?"
"Hun!"
"Ya, Eomma?"
"Kenapa tidak membalas pesan eomma?"
"Itu.." Sehun menggantungkan kalimatnya. Ia bukannya ingin menjadi anak durhaka karena baru saja mengabaikan pesan ibunya. Tetapi setelah banyak hal yang terjadi semalam, ia sangat butuh tidur, setidaknya lima belas menit, sebelum kelas paginya mulai satu jam lagi. "Karena aku lupa membalasnya."
Ibunya di seberang mendumel tidak jelas, mungkin kesal atas alasan Sehun yang tidak masuk akal.
"Bagaimana apartemen barumu?"
Ya, itulah alasan Sehun mengabaikan pesan ibunya dan memilih tidur, karena semalaman ia mengurus kepindahannya, sekaligus beres-beres. Sendirian. Memang petugas apartemen sudah menawarkan jasa, tapi Sehun bukan tipe pria yang mudah mempercayakan banyak hal pada orang lain. Dibanding itu, ia memilih turun tangan dan membuat semua kepemilikannya menjadi nyaman.
Termasuk alasan ia pindah kemari. Apartemennya yang dulu memang tidak memiliki keluhan, tapi biaya sewa yang naik tiga bulan terakhir membuat Sehun menyerah. Ia memutuskan pergi mencari apartemen baru, yang lebih murah dan cukup dekat dengan kampusnya. Awalnya Sehun ragu memilih tempat ini mengingat bangunannya yang nampak tua dan kurang terawat. Namun saat pertama kali melangkahkan kaki di sini minggu lalu, beberapa ahjumma penghuni bawah cukup membuatnya terpesona. Mereka dengan ramah memberi tips pada Sehun yang kebingungan mencari hunian baru. Bahkan tak segan berbagi kue kering yang baru saja matang dari oven. Itu mengingatkannya pada desanya, pada ibunya.
"Hun, kau masih di sana?"
Sehun buru-buru tersadar. "Ah, iya."
"Bagaimana apartemen barumu?" Ibunya mengulang pertanyaan, yang langsung dijawab Sehun dengan kejujuran tingkat tinggi. Tentu kejujuran yang dimaksud adalah tentang biaya sewa yang murah dan keramahan tetangga. Mengenai tempatnya yang kurang terawat, Sehun memilih bungkam.
"Sudah makan? Perlu eomma kirimi kimchi?"
"Tidak," Sehun menjawab cepat, lalu menghela napas. "Di sini banyak kimchi kalengan, itu sudah cukup. Eomma tidak perlu mencemaskanku."
Bukan tanpa alasan Sehun menolaknya. Tapi ibunya di desa, yang harus membanting tulang sendirian di kebun strawberry, pasti terlalu lelah untuk banyak hal. Jadi Sehun tidak ingin menambah beban. Lagipula ia sudah hampir dua tahun hidup sendirian di kota. Untuk masalah makan bukan lagi hal yang rumit. Justru suatu saat ia ingin mengirimi makanan kota kepada ibunya.
"Baiklah. Kau ada kelas pagi kan hari ini? Jangan lupa sarapan. Sampai nanti."
Sambungan telefon ditutup. Ia menengok jam, masih ada waktu lima menit untuknya tidur. Tapi satu ketukan di pintu kembali membuatnya mendesah. Siapa yang datang sepagi ini?! Petugas apartemen? Tapi Sehun tidak butuh apapun. Membuka pintu, Sehun dihadapkan pada pemandangan gadis dengan penampilan cukup 'berantakan'.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE YOU
FanfictionDia bagaikan mendung, begitu pekat dan menyimpan tanya mendalam.