Catatan 10 (B) [Edited]

488 42 56
                                    

Lanjutan Catatan 10...

"Kok bengong?" Erick memegang siku Kara.

"G-u-e—" Kara gagu. Bahasa tubuhnya jadi tak enak. Perhatiannya masih tercurah ke depan, terlebih-lebih kepada sang vokalis band. Darimu, kutemukan hidupku... bagiku kaulah cinta sejati... Mave masih melantangkan lagu Samsons.

"Mo duduk dimana?" Erick hendak menarik Kara.

Cewek itu melihat sekeliling, lalu menepis tangan Erick yang hampir mencengkeram pergelangan tangannya. "Gue di situ aja," tunjuk Kara ke meja kiri paling pojok, kebetulan ada Andini di situ. "Gak enak kalo kita semeja. Lagian lo kan ketua kelas."

Mimik muka Erick berubah, "Lha bukannya tadi lo nunggu gue buat makan bareng ya?"

"Kan tadi gue gak tahu kalo situasinya bakal serame ini."

Erick menaikkan kening. "Ya udah."

Kara lalu bergabung di meja yang ditunjuk. Sementara Erick ke depan. Memenuhi satu meja yang jaraknya hanya empat meter dari panggung.

Di mejanya, Kara sibuk. Dia mengatur tiga cewek, termasuk Andini agar duduk menutupi tubuhnya. Alasannya tentu agar tak masuk jangkauan penglihatan Mave. Rasanya belum siap dia bertemu muka dengan cowok itu.

Sementara itu di sela-sela makan Erick begitu menikmati lagu yang dibawakan band malam ini. Sesekali kepalanya goyang, mengikuti alunan lagu. Sayang Kara tak demikian, alih-alih menikmati musik, makanan di depannya pun berubah rasa jadi hambar.

Band di depan berganti lagu. Sejenak kau hadir menemaniku | terasa begitu indah tuk kuliskan.

Tubuh Kara sedikit terlonjak, langsung sorot lihatnya kembali pada Mave. Ini adalah lagu terakhir yang dinyanyikan Samsons, ketika Mave menembaknya di Balai Sarbini. Ingatan Kara lalu otomatis, mengulang kejadian super singkat itu dalam memori kepala.

"Mungkin ini adalah hal gila," ucap Mave dengan suara yang agak besar. Bising musik dan orang yang hendak keluar dari Balai Sarbini terlalu mendominasi.

"Kamu bilang apa?" teriak Kara tak kalah kencang.

"Aku suka Kamu!"

"Apa?"

"Aku suka kamu, Kara!" kata Mave dengan teriakan.

Kara langsung kaku. Orang-orang di sekitar memperhatikan mereka.

Mave berlutut, "Kar, maukah kamu jadi pacar aku?"

Kara yang tak menyangka akan ditembak, syok. Cewek itu diam, membiarkan Mave berlutut dengan kebingungan. Perhatian orang-orang curah pada keduanya.

Tak kunjung mendapat jawaban Mave bangkit. Yang diterima dari Kara hanyalah omongan, "Aku pengin cepat balik ke rumah."

"Didiemin mulu makanannya?" Andini menegur Kara.

Kara senyum sungkan, lalu menyendok makanan. Sementara di depan Mave masih melagukan Romansa Cinta dari Samsons.

Di batas bening jiwa | Yang kita cipta bersama.

Begitu makan selesai, Kara memilih keluar duluan. Dia tak memberi tahu Erick. Cewek itu merasa butuh banyak udara segar di luar.

---

Tuhan, aku menemukannya di sini. Aku melihatnya, Mave dengan segala kebaruannya.

Sudah pukul 10 malam.

Kara masih betah di tempat duduk. Sebelah tangannya mengetuk-ngetuk meja, sebelahnya menopang dagu. Langit dari jendela kamar seharusnya jadi pemandangan menarik. Namun saat ini pikirannya jauh melayang pada Mave.

Maverick [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang