Catatan 14 [B]

237 22 9
                                    

"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Mave dengan suara perih.

Kara mengamati cowok yang kini menyeka darah di pelipis. "Karena kamu butuh bantuan." Air mata Kara masih menetes.

"I'll be allright. Pergilah, temui Erick."

Kara tak tega meninggalkan Mave. Cowok ini tampaknya hanya berusaha kuat agar tak dikasihani. Kara lalu bangkit, "Aku panggilin satpam."

"Gak perlu," susah payah Mave berdiri. "Aku bisa jalan," bahkan demi tak merepotkan, Mave berusaha melangkah. Berjalan sempoyongan.

Kara hanya bisa mengiba, dan melihat hingga cowok itu jauh ke pintu sebelah ballroom.

Cewek itu lantai menutup wajahnya dengan tangan, membiarkan air mata menempel di dua telapak tangan. Pikirannya kalut, antara mengkhawatirkan Mave, atau menyiapkan alasan untuk menghadapi Erick besok.

***

[06 Juni 2007]

Keromantisan yang terjadi semalam, berubah 180 derajat hari ini.

Erick benar-benar menjaga jarak. Di ruangan, cowok itu memilih duduk paling depan, agar Kara tak ada kesempatan ngobrol dengannya. Kara yang merasa bersalah, tak bisa melakukan apa-apa.

Ketika kelas pertama berakhir, Kara coba menghampiri Erick di bangkunya. Sayang cowok itu langsung pergi dan menemui panitia. Begitupun di jam kedua, ketika Kara hendak menyapa di pintu masuk, Erick tiba-tiba bergabung dengan teman-teman cowok. Alhasil di jam ketiga Kara tak berusaha mendekati Erick.

Nahasnya di kamar, Andini gempita menceritakan banyaknya cewek-cewek yang iri pada Kara atas surprise romantis Erick. Kara hanya bisa diam. Andini tidak tahu kejadian setelah beberapa jam.

Perubahan lain pun terjadi di ruang makan. Sejak malam surprise itu, Kara tak pernah menjumpai Mave di panggung ruang makan. Mungkinkah cowok itu menghindar? Atau tak ingin dulu memperpanjang masalahnya dengan Erick.

Namun sejujurnya Kara khawatir, kondisi Mave terakhir tak baik. Jika alasannya uang, Mave tak mungkin meninggalkan job-nya.

Atau di sedang di rumah sakit?

***

[10 Juni 2007]

Satu minggu waktu karatina tersisa.

Segalanya jadi membosankan bagi Kara.

Erick seolah tak mengenalnya. Konsekuensi ini, begitu berat. Apalagi ketika banyak orang menyanjungnya setelah momen romantis surprise Erick, termasuk Freya. Sepertinya Erick tak cerita soal insiden di balkon pada sepupunya ini.

Masalah di kepala Kara kian bertambah, kala kondisi Mave seliweran.

Pasti luka Mave parah, sampai-sampai beberapa hari ini absen manggung.

---

Entah apa yang merasuknya kemudian, sehingga Kara menuju Gomong. Tentu kabar Mave jadi penyebabnya.

Sudah pukul 7 malam. Kara sudah berada di pintu kosan Mave 10 menit yang lalu. Namun cewek itu tak berani mengetuk.

Kara mondar-mandir.

Kemudian berhenti, lalu mondar-mandir lagi.

Setelah menatap pintu kamar Mave, cewek itu memberanikan diri mengetuk. Tok tok tok. Tak ada respons.

Kara mengetuk lagi. Tak ada respons.

Penghuni kamar sebelah keluar. Kara mengenalnya, dia cowok yang menggoda Mave, saat Kara tempo hari ke sini. "Nyari Mave ya?"

Maverick [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang