Catatan 16 [B]

284 13 2
                                    

"Yang nyanyi tadi siapa?" tanya Ayah. Beliau menggeser gelas. "Ayah belum pernah liat."

"Kalo gak salah Mave. Udah setahun ini gak pernah ke rumah," Bunda coba ingat-ingat. Beliau memperhatikan Kara dan kawan-kawannya di meja belakang. "Dia dulu sering nganter Kara ke rumah."

"O," Ayah angguk-angguk. "Ya udah lanjut makan, kayaknya Kara butuh ngobrol bareng teman-temannya."

---

Kara melipat tangan di meja. Dia siaga di hadapan dua cowok di depannya. Sampai detik ini Kara masih setengah tak percaya bisa bertemu lagi dengan Mave. "Aku pikir kita gak akan ketemu lagi setelah kejadian di balkon hotel." Bola mata Kara berkabut lagi.

Mave menarik napas. Dia sadar, Kara berkaca-kaca. "Aku bikin kamu sedih lagi."

Kara menahan air mata. "Aku gak sedih. Aku bahagia," omongnya sembari senyum.

Mave menoleh ke Lero.

"Mungkin karena lagu yang kamu nyanyiin," sambung Kara, lagu perbedaan tadi salah satu lagu favorit Kara. "Dan juga kehadiran lo di sini, tiba-tiba." Kara berusaha jujur.

Hanya terdengar riuh pengunjung sekian saat, sebelum percakapan di meja itu berlanjut.

"Sebenarnya dua minggu sebelum kedatangan kamu di Lombok, Ayah udah nyuruh aku balik ke Jakarta. Tapi aku masih nahan-nahan, ya karena ada kamu," cerita Mave kemudian. "Ayah dapat bantuan modal dari rekan bisnisnya yang lama, dan alhamdulillah resto ini salah satu usaha baru kami."

Kara memperhatikan sekeliling.

"Dan kamu nyanyi di sini?" tanya Kara.

"Termasuk jadi manajer juga," timpal Lero. Usai melihat Kara dapat menguasai diri, Lero lanjut omong, "Jadi lo gak marah kan gue rahasiain ini?"

Kara menyeka matanya yang hampir mengering. "Tetap aja marah. Kalian jahat!" wajahnya cemberut. "Berarti Jessy juga gak tahu?"

"Dia baru tahu kemarin, pas kalian datang ke rumah gue," beber Lero.

"Hah?"

"Jessy liat Mave hari itu dan ngajak lo balik."

Kara berkacak pinggang merasa tertipu. "Iiiih, kalian jahat!"

Mave dan Lero kompak tertawa.

Terlepas dari sebalnya Kara mengetahui rahasia yang disembunyikan kawan-kawannya, namun hari ini benar-benar ajaib—ketika hendak menghindari Erick, situasi mempertemukannya dengan Mave, kembali.

***

Satu minggu selanjutnya berjalan amat cepat. Sekolah masih disibukkan dengan pemantapan. Gosip soal Erick semakin berkurang, yang tersisa hanyalah perbincangan soal dirinya yang menjauh dari cewek-cewek yang dikencani beberapa bulan ini.

Tentu satu-satunya yang berubah dari kehidupan Kara, adalah kehadiran Mave. Meski mereka tak satu sekolah, namun selalu saja ada agenda bareng cowok itu. Pasti turut ikut Lero dan Jessy.

Seperti pekan ini, Kara, Mave dan Jessy barbeque-an di rumah Lero.

Taman belakang yang jadi lokasi tampak berantakan. Ada pemanggang, alat masak, dan meja.

Mave memegang tatakan daging. "Di resto ada menu ini," ujar cowok itu. "Setidaknya gue cukup mahir panggang daging."

"Gini-gini gue juga bisa masak," Kara tak mau kalah. Cewek itu lalu mendekati Mave. dia membawa loyang dan coba membantu.

Mave lalu mengangkat daging dan memindahkan ke loyang.

Lero dan Jessy kemudian memilih mundur dan membiarkan dua sohibnya bergelut depan pemanggang.

Maverick [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang