Repub tanpa edit 11/8/20
4/11/20
13/1/21Coba di dengerin mulmednya biar makin galau wkwkwkw
Wanita itu duduk diam di dalam coffee shop itu. Tempat yang sama dia meninggalkan separuh dari hatinya yang telah dia berika kepada lelaki yang dia yakin akan menjadi separuh dari jiwanya yang akan menemani dirinya sampai maut memisahkan. Bahkan dia sudah membayangkan melalui banyak hal dengan lelaki itu. Dirinya hamil, melahirkan, membesarkan buah hati mereka bahkan melihat cucu-cucu mereka bermain di taman rumah mereka. Mendengarkan ceritanya sebelum mereka tidur atau bahkan berlibur berdua untuk perayaan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-lima puluh tahun nantinya.
Ah memang manusia hanya bisa berkehendak tetapi goresan takdir tetap di tuliskan oleh Yang Maha Kuasa.
Dia duduk di tempat yang dua tahun lalu dia duduki bersama lelaki itu. Tempat berawal segalanya serta tempat segalanya berakhir.
Dia masih suka berdiam diri disana jika dia memiliki waktu awalnya. Tetapi kini dia memberikan waktunya untuk berada di sana. Tempat yang sama dan waktu yang sama. Bahkan dia duduk di bangku yang sama dengan posisi duduk yang sama. Menghadap tempat lelaki itu duduk, yang kini kosong.
Bedanya kini dia meminum minuman kesukaan lelaki itu. Espresso. Rasanya pahit. Tetapi dia sudah bisa menikmati rasa pahit yang menjalar di mulutnya itu. Setidaknya dia masih bisa menghidupkan kenangan ketika bersamanya. Dulu..dulu sekali dia tidak akan mau meminum minuman itu, dia lebih suka coklat panas atau coklat dingin. Sementara lelaki itu menyukai kopi pahit itu melebihi apapun. Tatapannya selalu kosong ketika meminum kopinya. Seakan dia tersedot ke dimensi lain dan sibuk dengan dunianya sendiri meninggalkan dirinya menatap lelaki itu yang tampak sangat menikmati kopinya dan juga dunianya.
Seharusnya dia sadar bahwa lelaki itu menampilkan tatapan rindu. Tatapan yang dia miliki sekarang ini. Tetapi dia terlalu buta akan cintanya.
Dia mengambil ponselnya dan menyalakan lagu yang sering dia dengarkan. Lantunan puisi itu sangat pas dengan dirinya. Dia tersenyum sambil menahan getir yang timbul.
Mungkin dirinya hanya persimpangan saja dari lelaki itu yang kini telah melabuhkan hatinya dengan wanita lain dan kini dia terlihat sangat hidup bahkan tertawa. Tawa yang dulu tidak bisa dia berikan sampai ke mata lelaki itu. Dia merasa bahagia melihat lelaki itu kini telah mendapatkan kebahagiaannya.
Kini hanya dirinya yang terjebak dalam masa lalu.
Enggan melangkah pergi.
Tidak, tidak. Dia tidak menunggu seseorang untuk menyelamatkannya dari perasaan itu. Dia bisa menyelamatkan dirinya sendiri tetapi dia memilih untuk berada di tempat yang sama dengan perasaan yang sama. Berkubang dalam cinta tak berbalasnya yang sayangnya baru dia sadari ketika dia sudah berada di separuh jalan menuju mimpinya yang harus di kubur dalam-dalam. Dia sungguh-sungguh enggan melangkah pergi.
Tapi pembacaku tersayang, seperti yang ku katakan sebelumnya. Manusia hanya bisa berencana tetapi goresan takdir tetap ditentukan oleh Yang Maha Kuasa kan?
13 juni 19
2 maret 20
11/8/20
KAMU SEDANG MEMBACA
Tient à Cœur [FIN]
RomanceSudah cetak selfpub ISBN 978-602-489-913-4 Malika kembali ke negara asalnya dua tahun setelah perceraian itu terjadi. Perceraian yang mematahkan hatinya dan juga merobek asanya. Kembali jatuh cinta bukan hal yang ingin dia lakukan, dia memilih unt...