Tient à Cœur - 8

14.9K 2.1K 119
                                    

Repub tanpa edit 25/8/20
9/11/20
23/6/21

"Kalau saya tidak mau bilang kamu bisa apa? Saya rasa, saya tidak perlu kasih alasan kenapa saya tidak mau kan?" tantang Malika, seumur-umur dua hal yang paling dia benci, disuruh-suruh dan berhadapan dengan orang yang semaunya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau saya tidak mau bilang kamu bisa apa? Saya rasa, saya tidak perlu kasih alasan kenapa saya tidak mau kan?" tantang Malika, seumur-umur dua hal yang paling dia benci, disuruh-suruh dan berhadapan dengan orang yang semaunya sendiri.

Persis seperti Satria saat ini, bahkan pria itu melakukan dua hal yang dia benci! Apa-apaan dia menyuruh-nyuruh Malika dan bersikap semaunya sendiri?!

Malika mendorong pria itu dengan kencang tetapi tidak ada perubahan di posisinya. Satria masih memegang pergelangan tangannya dan tubuh mereka masih menempel.

"Bisa tolong lepas? Saya sudah tidak ada urusan lagi sama kamu."

"Malika." Panggil Satria setelah dia menghela napas untuk menghalau perubahan emosinya ketika menghadapi wanita di depannya ini.

"Apa sih manggil-manggil? Lagian kamu tahu nama saya dari mana? Kita gak pernah kenalan sebelumnya."

"Saya gak mungkin bawa orang yang gak saya kenal ke rumah saya kan? Setidaknya saya tahu nama dan sedikit informasi dari internet."

"Kamu membongkar tas saya?" Malika membelalakkan matanya, lehernya sebenarnya cukup lelah karena harus mendongak dari tadi karena perbedaan tinggi yang cukup signifikan.

"Saya cuma lihat KTP kamu di dompet."

"Lancang!"

"Lebih lancang kamu yang cium dan blow--"

Tangan Malika menutup mulut pria itu dengan cepat begitu dia mendengar kata blow, demi apapun dia tidak sanggup mendengar kata itu dua kali dari mulut pria ini dalam kurun waktu 24 jam. Tangannya lalu dilepaskan oleh Satria yang kini terlihat kesal dan mengelap mulutnya dengan lengan baju.

"Apaan sih? Jorok tau gak tangan kamu itu?"

"Mulut kamu yang jorok!"

"Jorok apanya? Saya cuma menjabarkan fakta."

"Kalau kamu buka tas saya harusnya kamu lihat kartu akses hotel saya!" Malika mencoba mengalihkan pembicaraan ke hal lainnya karena dia sungguh-sungguh tidak mau membahas hal itu.

"Mana saya geratakin tas kamu?! Lagian mau kamu apa sih? Saya buka dompet kamu dibilang lancang, saya gak geratakin tas kamu juga salah!"

Malika kehilangan kata-katanya tapi dia menolak untuk tidak membalas perkataan pria itu. "Terserah deh, kita gak ada urusan lagi." Malika menyentak tangannya dengan kencang hingga terlepas dari genggaman Satria.

"Saya ada masukkan nomer ponsel saya di tas kamu. Kamu bisa hubungi saya kalau ada apa-apa."

"Kapan kamu masukkan?"

"Subuh, waktu saya kebangun. Kamu naik apa? Saya antar balik ke hotel kalau naik taksi."

"Saya aneh kalau kamu baik gini, kamu ada maunya ya?"

"Jangan GR, saya sekalian jalan pulang. Kalau beda arah juga saya gak mau."

Malika mendengus, "Kalau tau searah kenapa kemarin gak diantar ke hotel sekalian." Rutuknya.

"Kamu pikir saya gak nanya hotel kamu di mana? Saya bolak balik nanya tapi jawaban kamu ngelindur ke mana-mana."

"Saya bilang apa?"

"Gak tau, gak inget dan gak peduli." Jawab Satria seraya membuka pintu mobilnya dan duduk dibalik kemudi kemudian menyalakan mesin mobilnya. Dia lalu membuka jendela sisi penumpang.

"Mau pulang gak? Sekedar info, di sini banyak yang mabuk jadi kalau mau pulang sendiri hati-hati aja."

Malika melihat sekitar dan tiba-tiba merasa was-was ketika melihat segerombolan orang yang mabuk memasuki parkiran. Dia membuka pintu mobil Satria dan masuk dengan cepat sebelum dia berubah pikiran dan termakan oleh gengsinya sendiri.

Malika menolak melihat ke arah pria itu setelah memasuki mobilnya, dia memilih nelihat ke arah jendela. Satria terdengar menghubungi seseorang mengenai peralatannya sebelum menjalankan mobil menuju hotel Malika.

"Lain kali pakai tag nama orang yang bisa dihubungi kalau pergi sendiri, sekalian tulis hotel kamu biar gak ribetin orang lain." Ujar Satria ketika dia menghentikan mobilnya di lobi hotel Malika yang membuat wanita itu mendelik kesal.

"Kamu pikir saya anak TK?!"

Apdet lagi ketika aku rasa cukup bintang n komennya atau sampai jumpa bulan depan. Terima kasih buat yang sudah pencet bintang dan meninggalkan komen ❤️

Ig @akudadodado

Ig @akudadodado

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tient à Cœur [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang