Tient à Cœur - 9

15.1K 2.1K 292
                                    

Repub tanpa edit 27/8/20
9/11/20
23/6/21

Repub tanpa edit 27/8/209/11/2023/6/21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nek, fotonya cakep-cakep nih. Gak salah deh pilih Janu." Esa menatap foto-foto itu dengan senyuman centil terutama pada foto pria yang mengenakan kemeja dengan kancing terbuka sehingga memperlihatkan perut dengan otot yang terbentuk sempurna.

Malika dengan malas melihat foto itu. Dia akui bahwa Janu, model yang dulu ditawarkan oleh Esa setelah dia kembali ke Jakarta, sangat menarik di foto itu, tapi rasanya dia merasa kurang.

Kulit Satria yang berwarna tembaga dan juga tato yang berada di tubuhnya pasti akan membuat ini semakin menarik dibanding dengan kulit putih Janu. Wajahnya yang memiliki jambang disertai dnegan alis tebal dan tatapannya yang tajam pasti akan menarik perhatian.

"Udin si, Nek. Dua bulan lawalata* dari lo kimpoi sama Satria. Janu juga gak kalah charming dibanding Satria kok, koleksi yang dulu banyak yang suka."

Malika mendelik ketika mendengar kata kimpoi, "Bisa gak sih bilangnya dari gue ke Bali alih-alih kimpoi?"

"Tinta*, Nek. Kalalo* yei inget size dia, kita bisa bahas dengan kata 'timun jepang', 'terong' atau 'lobak super'." Kikik wanita kaleng itu dengan genit.

Malika dapat menebak apa yang pria itu bayangkan karena kini wajahnya sudah memerah.

"Terserah lo deh, gue mau ke dokter dulu." Malika memilih untuk keluar dari ruangannya karena bersama dengan Esa hanya akan semakin membuatnya kesal.

"Eh, tunggang*, Nek! Lo mau kemandose?" Esa sudah hendak mengikutinya keliar ruangan tapi Malika menghentikannya dengan tangan.

"Diem di sini lo. Emangnya lo mau lihat vajayjay gue?"

"Ih, tak sudi lah ya. Eik doyannya pedang excalibur." Jawab Esa dengan raut jijik dan bibir bergincu merahnya dia majukan.

Malika justru mendekatkan diri ke arah Esa yang memundurkan badan melihat bosnya semakin mendekat.

"Kali lo doyan, Sa. Bersih dan wangi kok punya gue."

"Jangan gila lo ya, Nek, lebih rajin eik ratus dibanding lo! Menyingkir dari hadapan eik sebelum eik laporin ke polisi untuk pemerkosaan!" Jerit Esa sambil lari tunggang langgang dan Malika tertawa terbahak-bahak melihatnya.

"Lo pergi deh ke dokter sekarang! Jangan balik sampai otak lo yang geser itu kembali ke asal!" Lanjut Esa sambil bersembunyi di balik pegawai lain yang bertubuh jauh lebih kecil dari dia.

***

Malika sudah duduk mengantri untuk giliran masuk ke ruangan dokter. Tempat ini ramai dengan ibu-ibu hamil dengan suaminya dan dia sendiri di sana dengan perut rata.

Mengusap perutnya sesekali sambil melihat orang-orang di sana yang tampak senang dengan perut membesar.

Tangannya mengulir ponsel dia pegang. Membuka aplikasi media sosial dan dia tiba-tiba tertarik untuk membuka akun Satria. Dia sedikit penasaran bagaimana pria itu sekarang.

Postingan terakhirnya dia melihat foto dengan tangan berukuran kecil yang memegang telunjuk dengan erat, captionnya 'Welcome, Sha.'

"Anak? Dia punya anak?" Bisiknya pelan.

Lalu dia melihat foto lain, foto-foto pesawat yang berjejer. di bandara. Malika melihat lokasinya yang ternyata adalah Bandara Soekarno-Hatta.

Mungkin ada gig, pikirnya. 

"Malika?"

Panggilan itu membuatnya menoleh dan mendapati pria itu di sana.

Satria sedang berdiri menatapnya bingung, hanya sessaat lalu berganti dengan ekspresi tegang dan berjalan ke arahnya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"  Tanyanya sambil duduk di bangku kosong samping Malika.

"Memangnya apa yang orang lakukan ke dokter?"

"Ini dokter kandungan, Malika." Jawab Satria, dia mencoba bersabar melihat Malika yang memandangnya dengan tidak suka.

"Lalu?"

"Kamu hamil?"

"Saya sudah cek itu bulan lalu dan hasilnya negatif. Lagipula dokter kandungan gak cuma buat orang hamil, Bapak Satria. Saya ada miom dan saya sedang pemeriksaan rutin. Oh, sorry, saya mau masuk dulu. Sudah dipanggil."

Apdet ketika aku rasa cukup vommentnya, thank you yang sudah komen karena bikin mood bagus baca komenan absurd kalian wkwkwk

Lawalata = Lewat
Tinta = Tidak
Kalalo = Kalau
Tunggang = Tunggu

20/12/19
8/3/20

20/12/198/3/20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tient à Cœur [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang