-7. Wonderful Night

16K 857 24
                                    

Sasuke membanting botol Brandy ketiganya di atas meja. Mengacak rambutnya frustasi, kemudian merebahkan tubuhnya ke sofa putih. Pandangan lelaki itu perlahan berputar, dia tidak pernah merasa gila dan seringan ini sebelumnya. Tidak pernah sebelum mendengar paksaan Fugaku yang benar-benar membuatnya stres.

Paksaan Fugaku kemarin malam benar-benar membuatnya stres. Menikah dengan orang asing untuk keperluan perusahaan keluarga sangat tidak adil untuknya.

"Kakek harus mempunyai penerus untuk melanjutkan bisnis penjualan mesin mobilnya di Perth. Ayah rasa kau bisa melakukannya, bagaimana?" Tawar Fugaku sembari menepuk bahu anak bungsu kebanggaannya.

Lelaki itu mengerutkan alis. "Bukannya di perjanjian awal Ayah akan menempatkanku di Hokkaido?"

Fugaku mengangguk. "Rencananya memang seperti itu, setelah kau lulus kuliah di Sydney, Ayah akan menempatkanmu di Hokkaido. Hanya saja Kakekmu sudah terlalu tua untuk menjalankan bisnis di sana. Kalau kita memberikan bisnis itu pada orang lain di luar keluarga Uchiha.. Ayah tidak yakin."

Sasuke terdiam kemudian mengangguk dan menandatangani surat di depannya. "Baiklah, kurasa Ayah benar."

Senyuman lelaki berusia lebih dari setengah abad itu mengembang seketika. "Meskipun pimpinan di Hokkaido bukan keluarga Uchiha, Ayah tidak terlalu khawatir karena Ayah masih bisa memantaunya."

"Kau juga akan tua pada waktunya, jangan terlalu memaksakan diri Ayah. Mengerti?" Sasuke bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruangan kerja Ayahnya. "Kita lanjutkan ini besok, Ayah harus istirahat."

"Oh ya satu lagi Sasuke,"

Sasuke hanya berbalik sembari mengangkat kepalanya.

"Ayah dan Kakek berencana menikahkanmu dengan Izumi. Kalian akan mengendalikan bisnis bersama di sana nanti."

Onyx gelap milik Sasuke membulat seketika. "Tunggu, menikah? Apa maksud Ayah?"

"Kalian akan menikah di Perth. Ini bisnis keluarga, Kakek akan memberikan bisnis itu seluruhnya padamu jika kau menikah dengan cucunya."

"Aku tidak akan menikah atas dasar bisnis. Pernikahan bukan hal yang ringan seperti apa yang Ayah pikirkan."

"Ayah mengerti. Hanya saja rencana itu sudah dibuat sejak dulu. Kalau Kakek akan menikahkan cucu perempuan satu-satunya dengan salah satu putra Ayah. Ayah sempat mengharapkan Kakakmu tapi-"

"Itachi sudah tiada Ayah. Jangan menaruh harapan orang yang sudah tiada padaku, aku tidak mau."

.

"Hei! Kenapa kau seperti ini?"

Sasuke membuka matanya perlahan dan mendapati seorang gadis yang masih memakai seragam SMA yang berjongkok di hadapannya. Tatapan gadis itu sangat cemas dan matanya berkaca-kaca.

"Ada apa denganmu?" Tanyanya lagi sembari menangkup rahang tegas Sasuke dan menangis. "Kita pulang, Bibi Mikoto mengkhawatirkanmu."

Lelaki itu hanya tersenyum dan menekan kepala belakang gadis itu ke arah wajahnya. Menyentuhkan dahi mereka dan menghapus air mata gadis itu. "Aku tidak apa-apa, hanya perlu menenangkan diri." Bisiknya parau.

Gadis itu perlahan menjauhkan wajahnya dan melingkarkan tangannya pada sekeliling leher Sasuke. "Jangan meninggalkanku. Aku takut."

"Tidak. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Sasuke membalas pelukan gadis itu. Dia tiba-tiba merasakan sengatan aneh ke bagian kulit terluarnya ketika pelukannya semakin dalam dan aroma tubuh gadis itu semakin menguar ke rongga hidungnya.

Jantungnya semakin berdegup kencang.

"Sasuke?"

Lelaki itu mengerjap mendengar panggilan rendah dari gadis itu yang perlahan mendorong tubuhnya untuk melepaskan pelukannya.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya lagi.

"Sakura?"

"Ya?"

Embusan napas lelaki itu semakin cepat ketika meneliti setiap inchi wajah cantik gadis itu. Menatap mata emeraldnya, bibir ranumnya hingga pada leher jenjangnya. Membuat Sasuke tak henti-hentinya mengelus pipinya yang halus.

"Bolehkan aku..."

Lelaki itu mendorong bahu Sakura pelan hingga akhirnya gadis itu berbaring di sofa. Sasuke menautkan jemari tangannya pada gadis itu dan menaruhnya di samping kepala.

"Aku ingin melakukannya denganmu..."

Emerald gadis itu membulat dan tubuhnya bergetar takut. Dia menggigit bibir bawahnya dan meloloskan setetes air matanya ke samping.

"Aku tidak akan menyakitimu."

Sakura terdiam selama beberapa detik, menutup matanya dan menjawab dengan anggukan kecil.

"Aku mencintaimu, Sakura."

Dan malam itu, desahan yang saling bersahutan menemani malam panjang mereka. Malam yang pertama bagi mereka berdua.

Tbc

.

.

Hi! Lost a Part of You is back...

Rencananya cerita ini akan dipublish ulang secara berkala, tergantung masih ada yang mau baca atau engga hehe.

*note : baca sesuai urutan publish

.

.

Thanks for reading 💞

Lost A Part Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang