9.

4.5K 553 16
                                    

Happy Reading!!

Sorry for typo 😋

"Babe, Noooo!!"

Revolver Rose terjatuh begitu saja, ia melihat Jisoo yang terjatuh dan Jennie yang sudah berjongkok di dekatnya. Ia berlari menghampiri Jisoo namun dihadang oleh 6 pria didepannya.

Ia tidak perduli apapun, ia berniat ingin melompat dan menerjang pria-pria itu. Namun sebelum ia melaksanakan niatnya, pria-pria itu terjatuh. Ia melihat Lisa dibelakangnya, memegang revolver milik Rose yang terjatuh tadi. "Pergilah, akan ku urus sisanya." Rose mengangguk dan berlari ke arah Jisoo.

"Kau baik-baik saja?!" Rose benar-benar panik sekarang, banyak darah keluar dari luka Jisoo. Wajah Jisoo semakin pucat. Lisa datang, ia melihat keadaan Jisoo. "Minggirlah," Lisa mendekati Jisoo, mengangkat dan menggendongnya ala bridal style. Jennie yang melihat itu sedikit terkejut, ia tau Lisa akan berubah sangat serius jika salah satu dari mereka terluka. Namun ia tidak akan memperdulikan dirinya sendiri, Jennie bahkan melihat ada luka sayat yang cukup dalam di lengan kanan Lisa, dasar kau ini.

Jennie menyentuh bahu Rose yang masih menangis, sedangkan Lisa sudah berjalan membawa Jisoo. Jennie tersenyum saat Rose melihatnya. Jennie berdiri kemudian menyusul Lisa, ia berjaga di depan Lisa dengan glock yang siap menembak kapan saja.

Rose pun mengusap air matanya dan bangkit. Ia hendak menyusul Lisa dan Jennie, saat ia hendak menuruni tangga ada sebuah tangan yang menutup mulutnya, "hhmmppp!!" Detik berikutnya Rose tidak sadarkan diri.

Lisa menidurkan Jisoo di jok belakang bersama Jennie. Ia melihat ke arah gudang namun Rose tidak kunjung keluar.

"Lisa, Rose mana?" Jennie yang berada didalam sedikit panik karena Jisoo semakin pucat. Ia juga sudah tak sadarkan diri.

"Aku juga tidak tahu Jen, kemana dia."

Tiba-tiba Lisa melihat Rose yang tidak sadarkan diri dan di bopong oleh 3 orang pria dan dimasukkan kedalam mobil.

Jennie yang merasa ini sangat lama semakin panik melihat keadaan Jisoo.

"Babe can we go out from here right now? Jisoo semakin pucat, aku khawatir." Jennie melihat Lisa yang sedang berdiri di luar mobil.

Sial, apa yang kalian lakukan dengan Rose?!

Lisa mempertimbangkan untuk menghampiri mobil itu, namun nyawa Jisoo harus segera diselamatkan. Ia memotret plat mobil itu dari kejauhan menggunakan jam tangannya. Ia pun mengambil hoodie hitam didalam jeep dan memakainya. Ia memakai kacamata hitam dan kupluk hoodie itu. Ia berjalan kembali ke depan pekarangan gudang dimana mobil sedan itu terparkir. Ia melihat Rose di dalam bersama 3 orang yang membopongnya tadi.

Lisa berhenti disamping mobil itu dan menyalakan rokok yang sudah diapit dimulutnya. Namun koreknya tidak kunjung menyala.

Tiba-tiba jendela belakang mobil terbuka, salah satu pria yang duduk disamping Rose yang terikat dan tidak sadarkan diri itu menawarkan koreknya pada Lisa, "Hei nona, ini pakailah punyaku." Ucap pria itu seraya mengulurkan korek apinya pada Lisa.

Lisa pun mengambilnya. Dan menyalakan rokoknya. Saat sudah menyala ia mengembalikan korek itu pada pria tadi.

"Terimakasih ahjussi." Ucap Lisa dengan suara yang ia samarkan. Pria itu mengangguk dan mobil itu pun mulai berjalan. Lisa kembali ke mobil jeepnya. Ia berada di samping mobil dan langsung membuang rokoknya. "Huwek! Ini sangat tidak enak!" Ucap Lisa seraya memasuki mobil.

Jennie yang berada di jok belakang berusaha menahan tawanya. Bagaimana bisa Lisa menggunakan rokok untuk penyamaran sedangkan ia tidak suka rokok? Dasar pabo!

"Jangan menciumku seharian ini!" Ucap Jennie sambil terkekeh. Lisa pun cemberut, ia melajukan mobilnya sambil menelpon seseorang, "Baiklah, datanglah cepat. Aku khawatir dengan keadaannya." Lisa mematikan sambungan telepon.

"Siapa yang kau telfon sayang?"

Lisa menoleh ke spion depan, ia melihat Jennie yang juga melihatnya, "Irene unnie."

Jennie membulatkan mulutnya. "Bisakah kau cepat? Ia sudah tidak sadarkan diri."

Lisa pun menancap gas nya, ia terbiasa dengan kebut-kebutan. "Dengan senang hati."

Mereka sampai di sebuah rumah yang terbilang mewah. Lisa memasuki rumah dengan membopong Jisoo, "Irene unnie!! Irene unnie!!"

"Sshh Lisa! Bisakah kau tidak berteriak saat datang keru- astaga Jisoo!!" Seorang perempuan kaget melihat keadaan Jisoo, ia adalah Seulgi. Kang Seulgi, kekasih Irene.

"Apa yang terjadi padanya?!" Tanya Seulgi saat Lisa meletakkan Jisoo di atas sofa. "Nanti saja kuceritakan, sekarang dimana Irene unnie?!"

Tiba-tiba Irene muncul dari balik pintu dan berlari ke arah mereka. Ia masih memakai jas dokternya. Ia bekerja untuk rumah sakit SM agensi.

"Bisakah kalian menyingkir sebentar? Aku akan memeriksanya."

Mereka bertiga, Jennie, Lisa dan Seulgi pun menurut. Mereka bertiga pergi ke dapur dan duduk di meja makan.

"Sekarang ceritakan, ada apa dengan kalian? Bukankah kalian sudah mengundurkan diri dari dunia seperti ini?" Tanya Seulgi, ia membuka kulkas dan mengambil 3 kaleng minuman dan memberikan 2 kaleng pada Jennie dan Lisa.

Mereka berdua pun menceritakan semuanya pada Seulgi. Seulgi ini adalah salah satu senior mereka di dunia agensi. Ia juga sangat dekat pada mereka berempat.

Seulgi terkejut, apalagi mendengar bahwa Rose masih tidak aman. Ia melihat Lisa yang tiba-tiba berdiri.

"Lisa kau mau kemana?" Jennie menahan lengannya. "Aku akan mencari Rose." Jawab Lisa.

Jennie terkejut, "Tapi keadaannya tidak memungkinkan Lisa, Jisoo masih belum sadar dan kau mau pergi?"

"Tapi Rose disana sendiri Jen!" Jennie terkejut, Lisa membentakku? Lisa yang sadar langsung melembutkan tatapannya, ia berjongkok didepan Jennie, wajah mereka sejajar. "Sayang, aku jarus menemukan Rose sekarang. Kita tidak tahu apa yang akan mereka lakukan pada Rose, dan aku tidak mau Jisoo unnie membunuh kita saat tau Rose sedang dalam bahaya sendirian."

Jennie mengangguk, dan Lisa mulai tersenyum. "Lisa, aku tau siapa orang dibalik semua ini. Tadi saat aku dan Jisoo menguping percakapan mereka, ia mengatakan dia akan mencuri satelit panorama. Ia melakukan itu karena dendam pada tim kita dan karena, aku mengambilmu darinya." Ucap Jennie menunduk.

"Mengambilku darinya? Siapa dia hon?" Lisa menaikkan sebelah alisnya.

"Boa unnie."

-

Lanjut?

Hope Not.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang