Udah follow akun author nya belum nih? Kalo belum yu follow dan taburin bintang di setiap chapter nya❤
Gadis mungil yang masih menduduki bangku kelas 6 itu berjalan mengendap-endap di belakang seseorang. Tersenyum saat membayangkan rencana nya berhasil. Namun, di saat sedang membayangkan rencana nya berhasil, orang di depannya malah berhenti melangkah mendadak membuat Senja malah menabrak punggung tegap seseorang di depannya.
"Aduh," ringis Senja saat wajah nya bertabrakan dengan punggung seseorang yang berada di depannya. "Ya ... gagal." Senja mengelus hidung nya. Sakit juga ya ke pentok punggung Elang.
Elang memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat menatap malas Senja.
"Lagi ngapain sih, Ja?" tanya Elang tak habis pikir. Senja ini, sudah hidup 12 tahun tapi kelakuannya masih saja seperti anak kecil.
"Tadinya mau ngejutin Elang. Cuma gagal." Senja mengerucutkan mulut nya sebal.
Elang menggeleng tak habis pikir.
"Mau kemana?" tanya Senja menatap Elang dengan polos seperti anak kecil.
"Toilet. Mau ikut?" ketus Elang.
"Kalau boleh mau," setelah mengatakan itu Senja cengengesan persis seperti anak kecil.
Elang memutar bola matanya malas.
"Ke kelas gih," usir Elang.
"Anterin?"
Sekali lagi. Elang memutar bola matanya malas. Lalu meraih tangan Senja untuk ia genggam dan membawa gadis itu menuju kelas nya.
"Jangan kemana-mana lagi," pesan Elang setelah sampai di depan pintu kelas Senja.
"Baru juga istirahat," Senja merongoh sesuatu dari dalam saku seragamnya. Membawa permen memang kebiasaan Senja. "Mau?" dasar anak kecil.
"Gak. Masuk gih," Elang mendorong Senja pelan. Senja menurut masuk ke dalam kelas setelah sebelumnya melambaikan tangan kepada Elang dan mengucapkan "Pay-pay." membuat Elang tersenyum tipis menanggapinya.
Senja itu, mampu membuat dirinya tersenyum.
Tapi ... Itu dulu. Jauh sebelum perjodohan sialan tak berarti ini ada. Dulu Elang mencintai Senja. Sangat. Namun, kecewa saat perempuan itu lebih memilih laki-laki lain selain dirinya. Dua tahun mereka berpisah, tak saling mengabari. Dan saat bertemu? Mereka malah di beri kejutan yang malah membuat Elang muak dengan semuanya. Dan sebaliknya, dulu Senja menganggap Elang hanya sebatas kakak laki-laki untuk dirinya. Tak ada perasaan apapun untuk Elang. Jadi, cukup di mengertikan keadaan saat ini kan? Jungkir balik. Dan Elang benci saat setiap kali Senja memanggil nya Elang. Karena itu sama saja membuat dirinya mengingat semua kenangan dulu.
Tapi, atas sikap Senja yang semalam entah kenapa membuat hatinya serasa hampa. Bahkan tadi pagi pun gadis itu tak kunjung ke rumahnya seperti biasa. Dan pagi ini di sekolah Senja pun tak terlihat. Tadinya Elang ingin menjemput Senja saja ke rumahnya. Namun urung lantaran bel masuk sudah berbunyi.
***
Senja Kinanti, gadis itu menarik selimut untuk membungkus tubuhnya yang semakin menggigil pagi ini. Papi sudah pergi tanpa melihat keadaannya dan asisten rumah tangganya pun belum terlihat datang meski pukul sudah menunjukkan jam 8 pagi. Perutnya perih lantaran belum di isi makanan apapun belum lagi kepala nya yang sangat berat. Duduk saja Senja tidak kuat apalagi harus berdiri dan berjalan ke lantai bawah. Meminta bantuan Elang? Tidak mungkin. Laki-laki itu tidak akan peduli.
Suara pintu di buka membuat Senja lega. Mungkin itu asisten rumah tangga nya. Karena Senja sudah tidak bisa melihat dengan jelas lantaran kepala nya yang sangat sakit. Tidak sanggup membuka mata.
"Lo tuh kenapa gak nelpon gue sih?!" kesal seseorang membuat Senja terkesiap. Memaksakan membuka mata dan duduk di ranjangnya. Tangannya memegang kepala nya yang sakit.
"Elang?
TBC
Siapatuh yang keliatan khawatir sama Senja?
JADI, MASIH MAU HUJAT ELANG?
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlangga: Bad Fiance ✓
Teen Fiction(Part masih lengkap dan sudah terbit di @_gentebooks) Ada tiga hal yang Erlangga benci. Pertama, berisik. Kedua, hal-hal merepotkan. Ketiga, Senja. Namun, menurut Senja hal-hal yang Erlangga benci adalah hidupnya. Cerewet dan merepotkan? Mungkin. Se...