• Erlangga 13 •

16.2K 1.3K 262
                                    















Air matanya tak bisa ia bendung. Semuanya pecah ruah. Banyak orang berdatangan ke rumahnya. Ia kira ini semua hanya mimpi. Tapi melihat bendera kuning di depan rumahnya menjadi sebuah tamparan keras kalau ini semua kenyataan. Senja berlari hendak memasuki rumahnya tapi tante Zara menahannya. Memeluknya erat sembari menangis.

"Ini semua gak bener kan, Tan?" Senja menangis melihat Papi nya terbaring kaku dengan kain kapan juga di lingkari orang-orang yang membacakan yasin.

"Yang sabar ya sayang," tante Zara menahan Senja. Memeluk gadis itu erat.

Senja menangis sejadi-jadinya. Ia cengkram baju di bagian pinggang Mama Elang. Beban hidup nya semakin memberat. Kali ini bukan hanya fisiknya yang terluka tapi hati nya jauh lebih sakit.

Senja melepaskan pelukannya saat melihat Fajar menghampiri nya. Berlari lalu memeluk kakak nya.

"Abang, Papi bercanda kan? Kemarin Papi baik-baik aja Bang!" ucap Senja sembari menangis.

"Bang jawab!" bentak Senja sembari menarik kemeja putih di bagian pinggang yang kakak nya kenakan. "Abang," Senja menenggelamkan wajahnya di dada bidang Fajar

"Senja. Tenang." tante Zara mengusapi punggung gadis itu. Seragam Senja kotor.

Bagaimana Senja bisa tenang?

"Kamu ganti baju dulu ya?" tante Zara membawa Senja ke kamar gadis itu. Tempat terakhir Papi nya mencium keningnya kemarin. Tante Zara menutup pintu kamar Senja saat gadis itu sudah berada di dalam.

Bukannya berganti baju. Senja malah terduduk. Beringsut ke sudut ruangan. Tangisnya semakin keras. Senja menarik rambutnya. Kepala nya sakit sekali.

***

Menatap kosong saat Papi nya di makamkan. Tante Zara setia mengusap punggung nya. Sesekali berbisik. "kamu gak sendiri. Ada Abang, tante, om dan Erlan."

Senja tersenyum miris. Elang? Bahkan laki-laki itu tak kunjung datang sampai pemakaman Papi nya selesai. Senja duduk di samping Fajar yang terus saja merangkulnya. Om Bimo kembali dengan segelas air putih lalu duduk di sofa single.

Suara pintu di buka membuat semua nya menoleh. Elang, laki-laki itu berjalan terburu menuju orangtua nya dan Senja.

Zara Dan Bimo saling pandang. Berbicara lewat mata lalu mengangguk setelah itu meninggalkan Elang, Senja dan Fajar.

Senja pegang erat pinggang Abang nya saat pria itu hendak berdiri.

"Ja, kalian butuh waktu berdua." ucap Fajar lalu berdiri dan beranjak pergi setelah pegangan Senja mengendur.

"Ja," Elang duduk di sebelah Senja. Kini giliran Elang yang menatap Senja bersalah saat gadis itu melempar pandang ke segala arah. Tidak menatapnya. "Ja, gue sadar kalau maaf gue saat ini gak berarti apa-apa buat lo. Tapi... "

"Memang." Senja mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air mata. "maaf lo emang gak berarti apa-apa untuk saat ini." Senja menatap Elang. Kecewa.

"Ja... "

"Lang! Lo gak tahu apa aja yang gue alami hari ini kan?" Senja menunduk. "gak ada yang peduli sama gue hari ini. Bahkan tadi pagi gue di dorong kasar sama orang yang sangat gue cintai."

"Ja... "

"Gak cukup cuma itu." Senja menatap Elang lagi. "bahkan Reta mukul dan tampar gue buat ngelampiasin amarahnya sama gue! Lo yang mukul dia. Tapi kenapa yang harus dia pukul lagi gue?!" Senja menelan ludah. Tenggorokan nya terasa sangat kering.

Erlangga: Bad Fiance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang