• Erlangga 41 •

6.9K 383 7
                                    

Fajar Pratama, pria itu mempersilahkan adiknya untuk duduk di hadapan Dokter yang hanya terhalangi meja sedangkan dirinya duduk di sebelah Senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fajar Pratama, pria itu mempersilahkan adiknya untuk duduk di hadapan Dokter yang hanya terhalangi meja sedangkan dirinya duduk di sebelah Senja.

Dokter Wira menghela napas. Menatap Senja dan Fajar bergantian setelah sebelumnya mereka telah melakukan pemeriksaan untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung Senja.

"Senja, padahal saya selalu bilang kepada kamu untuk tidak terlalu banyak beraktivitas," tegur Dokter Wira.

Senja menunduk. Ia memang sering kali tidak mendengarkan apa yang Dokter Wira katakan. Ia terlalu menganggap sepele penyakit jantungnya.

"Sebenarnya, angka tes terakhirnya tidak terlalu bagus." Dokter Wira membenarkan letak kacamatanya sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Kami memonitor angka EKG-nya. Saat jantungnya terlalu banyak bekerja, angkanya naik. Itu artinya ada banyak kerusakan di jantungnya."

Sebenarnya Dokter Wira tidak tega untuk memberitahu ini. Tapi bagaimanapun Fajar terutama Senja harus tetap tahu.

"Saya rasa... Senja harus mempersiapkan diri." Dokter Wira menatap Senja dan Fajar serius.

Fajar meraih tangan Senja yang sedari tadi tidak diam di bawah meja. "Maksud Dokter?"

Dokter Wira menghembuskan napas berat. "Senja harus siap di operasi."

Senja menahan napasnya sesaat. Tubuhnya kini bergetar ketakutan. Ia tidak bisa membayangkan akan mengalami operasi lagi setelah waktu kecil menjalaninya.

"Apapun asal Senja sembuh." Fajar menatap Dokter Wira yakin membuat Senja mengeratkan genggamannya.

Dokter Wira mengangguk. "Akan kami usahakan. Meski operasi jantung ini tidak akan benar-benar membuat Senja sembuh."

Setelah beberapa lama berbicara akhirnya pemeriksaan hari ini selesai meski apa yang Dokter Wira bicarakan sangat-sangat membuatnya tidak tenang.

"Abang," panggil Senja saat keduanya sudah keluar dari ruangan Dokter Wira.

"Hm?"

"Jangan bilang apa-apa ke Elang ya?" pinta Senja membuat Fajar mengerutkan keningnya.

"Aku gak mau dia khawatir," lanjut Senja saat mendapati raut menuntut alasan dari Kakaknya.

Fajar berpikir beberapa saat setelah itu mengangguk saja lalu menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Udah jam tiga lebih, katanya Elang mau jemput?" tanya Fajar.

"Hm, iya."

Sebenarnya Senja ingin ke Rumah Sakit setelah Elang pulang Sekolah, namun Kakaknya memiliki urusan yang tidak bisa di tinggalkan membuat Elang menyusul saja langsung ke Rumah Sakit.

Senja menarik kedua sudut bibirnya saat mendapati Elang yang berlari di koridor Rumah Sakit dengan hoodie dan celana abu-abunya. Laki-laki itu sepertinya langsung ke sini setelah pulang Sekolah.

Erlangga: Bad Fiance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang