• Erlangga 12 •

16.2K 1.4K 290
                                    

Yang kangen sama Elang dan Senja coba kasih love nya di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang kangen sama Elang dan Senja coba kasih love nya di sini

Bintangnya jangan lupa di taburin~

Terima kasih ❤













Tubuhnya serasa kaku untuk di gerakan. Jadi, kemarin yang membawanya ke rumah sakit adalah Elang?

"Lo gak papa kan, Ja?" tanya Fatia yang kini berjongkok di hadapannya. Membuat Senja tersadar. Senja menggeleng. Mengedarkan pandangannya ke Ega yang baru saja Kendra bawa. Laki-laki itu berjalan tertatih di tuntun oleh sahabatnya. Reta masih menangis dengan kedua sahabatnya yang setia menenangkan gadis itu. "Mau ke UKS?" tanya Fatia lagi.

Senja menggeleng, masih linglung dengan kejadian barusan. Senja langsung berdiri. Berlari meninggalkan Fatia dan kerumunan orang-orang di lapang. Berlari cepat menaiki undakan tangga menuju rooftop mengabaikan rasa sakit di dada nya dan swartwath yang tak henti nya berbunyi. Elang pasti ada di sana.

Senja buka pintu rooftop dengan kasar
Dan ya, dia menemukan Elang yang berdiri di tepi pembatas rooftop. Laki-laki itu menunduk.

"Lang," Senja berjalan pelan menghampiri Elang. "maaf. Maaf atas segala kesalahan yang aku perbuat," Senja menatap punggung Elang. "Aku sadar kalo maaf aku saat ini gak ada apa-apa--"

"Stop!" Senja menghentikan ucapan dan langkahnya.

Elang berbalik menatap Senja. Pandangan keduanya bertemu. Satu dengan sorot kecewa juga marah dan satunya lagi dengan sorot rasa bersalah.

Elang berjalan pelan menghampiri Senja. Menghakimi gadis di depannya dengan sorot matanya.

"Sebenernya, apa sih mau lo?!" tanya Elang. Pelan namun penuh tekanan.

Senja menunduk. Tak berani menatap mata tajam Elang.

"Dulu, lo yang ninggalin gue yang cinta banget sama lo demi Ega. Tapi sekarang apa? Saat gue gak punya perasaan apapun sama lo. Lo malah ngejar-ngejar gue!" Elang berdiri tepat di depan Senja. Menatap tajam gadis yang menunduk di hadapannya. "SEBENERNYA MAU LO APA?!" Elang tarik pergelangan tangan Senja. Mencengkeramnya kuat membuat gadis di hadapannya meringis menatap dirinya bersalah.

"Lang," Senja menatap Elang dengan mata berkaca. "ke mana kamu yang dulu? Yang selalu lembut di saat--"

"Cewek sialan kayak lo gak pantes gue lembutin!" Elang lepaskan cengkramannya di pergelangan tangan Senja. Berpindah mencengkram kedua bahu gadis di hadapannya kuat. "NGACA DONG!" Elang mendorong Senja kuat ke arah tembok di samping keduanya.

Senja memekik. Punggungnya sakit. Meski ... hatinya jauh lebih sakit di perlakukan Elang sebegitu kasarnya. Air matanya tak bisa lagi di bendung. Mengalir begitu saja membasahi pipi nya.

Elang berdecih. Menapakkan kedua tangannya ke tembok yang berada di belakang Senja. Membuat gadis itu seperti terkurung.

"Jangan sok bertingkah paling tersakiti. Karena, disini lo pemeran antagonisnya." setelah mengucapkan itu Elang meninggalkan Senja. Membanting pintu rooftop dengan kencang.

Senja memerosotkan tubuhnya. Memeluk kedua kakinya lalu menunduk. Meremas dada nya yang terasa semakin sakit. Menangis sejadi-jadinya. Senja sadar. Ia yang membuat ini rumit. Dan Elang maupun Ega pantas membencinya.

***

Setelah membasuh muka dan merapikan penampilannya. Senja melangkah menuju pintu keluar toilet. Kaget saat seseorang membuka pintu itu terlebih dahulu lalu masuk sembari mendorongnya kasar.

"PUAS LO, HA?!" Reta mendorong kedua pundak Senja kuat membuat punggung Senja menabrak salah satu pintu bilik toilet. Kedua temannya bertugas menjaga pintu masuk toilet. "NGERASA PALING CANTIK HA?!" belum sempat menyadarkan semuanya rambut Senja lebih dulu Reta tarik membuat Senja memekik kesakitan. "ERLAN MARAH SAMA LO TAPI GUE YANG DIA PUKUL!" Reta semakin menguatkan tarikannya di rambut Senja.

"Ta... "

"RASAIN!" Reta lepaskan jengutan di rambut Senja. Melayangkan satu pukulan keras di pipi kiri Senja.

Senja menjerit. Sakit sekali. Tulang pipi nya serasa remuk setelah di pukul oleh Reta. "ITU BUAT GUE YANG DI PUKUL ERLAN!" setelah mengucapkan itu Reta kembali menampar pipi Senja. Keras. Keras sekali. Cukup membuat tangis Senja tak bersuara lantaran sakit yang luar biasa ia rasakan di pipi kirinya. "DAN ITU BUAT ERLAN YANG TADI LO TAMPAR!" belum cukup memukul dan menampar Senja. Reta dorong kembali Senja sampai gadis itu terduduk di lantai.

"Ta, udah. Kasian," ucap Jingga. Tak tega juga melihat Senja diperlakukan begitu oleh Reta.

"Iya, Ta. Gimana kalo ketahuan pihak sekolah," Kinar menambahi.

Reta mendelik sinis lalu berjongkok di hadapan Senja. Mencengkram rahang Senja kuat. Reta menarik satu sudut bibirnya saat Senja menangis sesegukan.

"Jangan pernah deketin Erlan lagi." peringat Reta. "kalo gak mau nih jantung berhenti lebih cepet." Reta lepaskan cengkramannya di rahang Senja lalu pergi begitu saja bersama kedua sahabatnya tanpa rasa bersalah.

Senja menangis. Memegang pipi nya perlahan. Sakit sekali. Beringsut berdiri menatap pantulan dirinya di cermin. Rambut berantakan dan pipi nya yang lebam belum lagi punggungnya yang serasa perih. Telapak tangannya pun kembali terasa perih.

***

Senja tidak mengikuti pelajaran setelah jam istirahat tadi. Gadis itu memilih diam selama 3 jam di toilet. Mengatur nafas nya dan untung nya Senja tidak pingsan. Fatia juga berkali-kali meneleponinya tapi tidak ia angkat.

Senja pegangi pipi kiri nya saat melangkahkan kaki di sepanjang koridor. Jujur, ini sangat sakit. Masuk ke dalam kelas tak mendapati siapapun. Tas nya pun di biarkan begitu saja di atas meja.

Semoga lo baik-baik aja. Gue pulang duluan.

Fatia

Senja tersenyum tipis lalu meraih tas nya. Saat ingin melangkah keluar, handphone nya berdering menandakan satu panggilan masuk.

"Hallo, Pi,"

"Non--

"Bibi? Ada apa?"

"Tuan, Non... "

"Papi kenapa?"

"Tuan ... Tuan pergi, Non."

Senja diam sesaat. Mencoba menerka ucapan asisten rumah tangga nya ke arah yang positif.

"Pergi keluar kota? Ada kerjaan Papi di luar kota?" suara Senja mulai gemetar.

"Tuan ... Meninggal, Non."

Seperti mendengar gelegar petir di siang bolong. Senja menggeleng. Tidak mungkin. Kemarin Papa nya masih baik-baik saja. Bahkan kemarin beliau sempat mencium keningnya sebelum meninggalkannya kembali bekerja.

Suara di dalam telepon Senja abaikan. Gadis itu berlari menyusuri koridor sekolah dengan terburu. Mengabaikan rasa sakit di tubuhnya. Mematikan sambungan telepon lalu menelpon seseorang.

Panggilan pertama, kedua dan sampai ke tiga pun hanya mendapatkan balasan suara dari operator. Senja mengusap air matanya sebelum masuk ke dalam taksi yang ia berhentikan di depan gerbang sekolah.

Masalah apalagi yang akan Senja hadapi setelah ini?















TBC

Cukup gak? Lanjut gak?

Erlangga: Bad Fiance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang