02

1.3K 101 6
                                    

Jennie POV

Kini aku dan Hanbin sedang berada di perjalanan menuju sekolah.

"Belajarlah dengan benar, fokuslah pada penjelasan sonsengnimmu. Dan ingat ini, jangan genit terhadap teman laki - laki di kelasmu maupun di luar kelas.", pesan Hanbin menasihatiku.

"Ne, appa. Ais, kau sangat cerewet seperti keluargaku. Kau tenang saja, aku akan belajar dengan benar dan fokus pada penjelasan sonsengnim nanti. Aku juga tidak akan genit pada lelaki manapun, kecuali kau.", kataku lalu mencium pipi Hanbin sekilas.

"Yak! Aku sedang menyetir, kau merusak konsentrasiku. Kalau kita kecelakaan bagaimana?", tanya Hanbin yang terlihat frustasi.

"Maka itu salahmu. Ingat, appa sudah mempercayakanku padamu. Jika terjadi apa - apa padaku, maka appa akan menyalahkanmu. Jadi, jangan sampai kita kecelakaan.", kataku lalu melirik Hanbin sekilas.

"Ais, maka dari itu jangan buat masalah. Apapun, dimanapun dan kapanpun jangan sampai kau membuat masalah. Karena kau tau sendiri, appamu akan memarahi kekasihmu yang tampan ini.", kata Hanbin dengan percaya dirinya.

"Ais, percaya diri sekali. Masih banyak lelaki tampan diluar sana. Tapi, aku sengaja memilihmu.", kataku lalu memandang jalanan Seoul dari kaca mobil.

"Wae? Apa alasannya? Apa karena aku murid terpintar di sekolah?", tanya Hanbin dengan percaya dirinya.

Eoh, Hanbin memang murid terpintar di sekolah. Tapi, bukankah dia terlihat menjadi seseorang yang sombong jika seperti itu? Alasanku memilih Hanbin adalah, tentu saja karena aku mencintainya. Bukan sekedar karena dia tampan apalagi pintar.

"Tentu saja karena aku mencintaimu. Tapi aku bisa berubah pikiran jika kau seperti itu.", kataku tanpa memandangnya.

"Seperti itu bagaimana?", tanya Hanbin dengan bodohnya.

"Ya tentu saja dengan kau menjadi pribadi yang sombong.", kataku sedikit berteriak.

"Ais, pelankan suaramu. Keluarlah, kita sudah sampai.", katanya lalu keluar dari mobil.

Mwo? Sudah sampai? Aku sedari tadi memang melihat jalanan tapi pikiranku kemana - mana sampai aku tak sadar bahwa kami sudah sampai di sekolah.

Setelah aku keluar dari mobil Hanbin, dia menghampiriku untuk merangkulku.

"Yak! Mengapa kau merangkulku? Aku malu.", kataku sambil melepas rangkulannya.

"Bukankah kau seharusnya senang kurangkul? Banyak gadis lain yang sangat ingin kurangkul, tapi sudah pasti aku tidak mau. Aku hanya akan melakukan sesuatu yang manis terhadap gadisku.", kata Hanbin lalu merangkulku lagi dan kami berjalan ke kelas kami masing - masing karena memang kelas kami bersebelahan.

"Awas saja jika kau berani menyentuh gadis - gadis genit itu.", kataku sambil melirik gadis - gadis yang meneriaki nama Hanbin dan juga gadis - gadis yang terlihat cemburu melihat Hanbin yang merangkulku.

Hanbin memang sangat populer di sekolah. Siapa di sekolah ini yang tidak tau Hanbin? Dia murid tertampan dan juga terpintar di sekolah kami. Aku memang sangat beruntung memilikinya.

Ketika kami sampai di depan kelas, teman - teman Hanbin dan teman - temanku sedang berkumpul.

Ne, kami memang berteman dekat.

"Yo, bro! Kau baru datang? Bahkan 15 menit lagi mungkin bel akan berbunyi.", kata Bobby.

"Eoh, Jen. Wae? Tumben sekali kalian baru datang.", kali ini Jisoo yang bertanya.

"Yak! Kalian ini pasangan yang kompak eoh?", sindir Hanbin.

Eoh, jadi Bobby dan Jisoo adalah sepasang kekasih, mereka bisa menjadi seperti sekarang ini berkat bantuan Hanbin yang menjodoh - jodohkan sahabatnya dengan sepupunya itu.

"Chagiya, masuklah. Ingat pesanku tadi eoh?", perintah Hanbin.

"Ais, tenang saja appa.", kataku lalu menghampiri tiga temanku.

"Jisoo-ya, seperti biasa!", teriak Hanbin lalu masuk kekelas diikuti teman - temannya.

Eoh, dia akan menyuruh Jisoo mengawasiku dalam hal belajar dan berinteraksi dengan teman laki - laki di kelasku.

"Eoh, oppa tenang saja.", balas Jisoo juga dengan berteriak.

"Kau ini selalu saja memihak Hanbin, wae? Kau itu temanku Jisoo-ya.", kataku sedikit kesal.

"Jika kau lupa, Hanbin oppa adalah kakak sepupu Jisoo Jen.", ingat Chaeyoung.

"Eoh, jadi Jisoo akan menuruti kemauan Hanbin.", tambah Lisa.

"Dan yang paling penting adalah, niat baik Hanbin. Dia ingin kau pintar, Jen. Jadi aku harus mengawasimu dalam belajar. Dan aku juga tidak akan membiarkanmu menyelingkuhi oppaku, Jen.", kata Jisoo menjelaskan.

"Mwo? Selingkuh? Ais, aku tidak akan selingkuh. Kau dan Hanbin melarangku berinteraksi dengan teman laki - laki di kelas kita juga yang berada diluar kelas, lalu bagaimana Hanbin dan Dahyun? Mereka bahkan sangat lengket.", kesalku.

Jadi, Dahyun adalah teman sekelas Hanbin. Teman - temanku selalu bilang bahwa Dahyunlah yang selalu mengejar Hanbin, tapi kelihatannya Hanbin tidak terlihat risih bahkan dia menikmati kedekatannya dengan Dahyun.

"Untuk itu, memang benar Jen. Mereka sangat lengket, tapi percayalah padaku bahwa Dahyun yang mengejar Hanbin oppa.", kata Jisoo.

"Eoh, Jen. Menurutku juga begitu.", kata Lisa.

"Hem, pasti Hanbin ingin menghindar tapi karena Dahyun selalu mengejarnya tanpa henti jadi Hanbin lelah menghindari Dahyun, jadi dia hanya bersikap biasa saja seperti tidak menganggap Dahyun ada. Yah walau kenyataannya, Dahyun selalu mengikutinya kemana - mana.", tambah Rose.

"Terserah apa kata kalian. Lebih baik aku masuk.", kataku dan ternyata teman - temanku mengikutiku untuk masuk kekelas.

"Jen, aku dengar - dengar akan ada murid baru.", kata Jisoo yang memang teman semejaku.

Kami duduk paling belakang di sebelah kiri dan aku yang berada di dekat dinding, lalu Chaeyoung dan Lisa berada tepat di depan kami.

"Eoh, aku dengar dia seorang perempuan.", tambah Chaeyoung.

"Namanya Lee Hayi, dia biasa dipanggil Lee Hi.", kata Lisa.

"Tau dari mana kau?", tanyaku.

"Kau seperti tidak tau Lisa saja? Dia ini ratu gosip, dia akan mencari tau apapun yang sedang hangat di sekolah ini.", kata Chaeyoung.

Lisa pun hanya terkekeh mendengar fakta tentang dirinya.

Tak lama bel berbunyi dan sonsengnim datang bersama seorang murid baru.

Jennie POV End
.
.
TBC.

Gimana part 02nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

Opportunity in NarrownessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang