1 Tahun Kemudian
Author POV
Jennie dan Hanbin kini kuliah di universitas serta fakultas yang sama. Tak hanya Hanbin, teman - teman mereka pun kuliah di universitas yang sama namun berbeda fakultas. Dan ada satu laki - laki yang satu fakultas dengan Bobby, dia bernama Jaewon. Dan ternyata, dia adalah mantan kekasih Jennie semasa di Jeju.
"Jennie-ya?", panggil Jaewon saat tak sengaja melihat Jennie di parkiran bersama seorang laki - laki yang tak lain adalah Hanbin.
"Kau?", kejut Jennie.
"Kau benar - benar Jennie kan?", tanya Jaewon hati - hati karena takut salah orang.
Yah Jennie yang dulu bukan lah Jennie yang sekarang. Jennie terlihat jauh lebih cantik daripada dulu ketika mereka masih menjadi sepasang kekasih.
"Kim Jennie?", lanjut Jaewon.
"Eoh, kau benar.", kata Jennie.
Tiba - tiba Jaewon memeluk Jennie. Dengan paksa Jennie melepasnya, karena dia takut Hnbin salah paham. Dapat Jennie lihat, raut wajah tak suka Hanbin.
"Kau ini apa - apaan?", tanya Jennie pada Jaewon.
"Aku merindukanmu. Sudah lama kita tak bertemu. Dan aku tak menyangka, takdir mempertemukan kita lagi.", jawab Jaewon terang -terangan.
Hanbin yang terkejut dan juga bingung tentang hubungan mereka pun akhirnya meninggalkan Jennie kedalam mobil.
"Masuk sekarang atau kau akan kutinggal!", teriak Hanbin yang emosi melihat istrinya dipeluk lelaki asing.
Akhirnya Jennie ingin masuk ke mobil Hanbin namun tangannya ditahan oleh Jaewon.
"Siapa dia? Kekasihmu?", tanya Jaewon serius.
"Kita sudah selesai, kumohon jangan ganggu aku.", kata Jennie, lalu melepas tangan Jaewon dengan paksa.
Tapi Jaewon menahannya lagi.
"Aku tak mengganggumu, kita memang sudah selesai. Tapi, tak bisakah kita berteman?", tanya Jaewon.
"Baiklah. Sekarang lepaskan aku.", kata Jennie.
"Aku akan melepaskanmu, jika kau memberi tauku siapa dia?", tanya Jaewon.
Dia yang dimaksud Jaewon adalah Hanbin. Hanbin yang tak sabar menunggu Jennie pun akhirnya membunyikan klakson mobilnya tanpa henti. Jennie lalu melepas paksa tangan Jaewon dan langsung masuk ke dalam mobil.
|°•○●○•°□■□°•○●○•°|
Ketika sampai dirumah, Hanbin mendiami Jennie. Walau pada kenyataannya, Hanbin sangat penasaran dengan laki - laki yang memeluk istrinya tadi.
Kini mereka tak tinggal dirumah orang tua Hanbin, karena orang tua Hanbin sudah kembali dari Amerika dan akan menetap di Korea. Lalu, appa Hanbin membelikan rumah untuk Hanbin dan Jennie sebagai hadiah pernikahan.
"Hanbin-a, kau marah padaku?", tanya Jennie yang melihat Hanbin berada disofa ruang santai sambil memejamkan mata.
Lalu Jennie duduk disebelahnya.
"Aku bisa menjelaskannya, Hanbin-a.", lanjut Jennie.
"Namanya, Jaewon oppa. Jung Jaewon. Dia mantan kekasihku saat di Jeju. Aku tak tau jika ternyata dia berada di universitas yang sama dengan kita.", kata Jennie menjelaskan.
"Kau masih mencintainya?", tanya Hanbin sambil membuka matanya.
"Aniya. Aku hanya mencintaimu, Hanbin-a. Percayalah.", kata Jennie.
"Kami berpisah karena orang tuanya tak merestui hubungan kami. Itu karena aku bodoh dan bagi orang tua Jaewon oppa aku ini tak cocok dengan anaknya. Selain itu, Jaewon oppa juga menyelingkuhiku.", lanjut Jennie sambil menundukkan kepalanya.
"Sudah, jangan dilanjutkan lagi. Aku percaya padamu.", kata Hanbin, lalu bangkit menuju kamarnya.
"Mwo? Kupikir dia akan memelukku karena cerita sedihku ini. Tapi, lihatlah. Dia malah pergi meninggalkanku?", kata Jennie.
Akhirnya Jennie memilih membuat makan malam daripada menyusul Hanbin.
|°•○●○•°□■□°•○●○•°|
Setelah Jennie memasak, dia berniat menghampiri Hanbin dikamar.
"Hanbin-a.",panggil Jennie sambil memasuki kamar mereka.
Dapat Jennie lihat, bahwa Hanbin sedang tertidur. Lalu Jennie duduk dipinggir ranjang. Tangannya bergerak menyentuh wajah Hanbin, mulai dari kening, mata, hidung dan berujung pada bibir Hanbin. Cukup lama jennie menyentuh bibir Hanbin, tiba - tiba tangan Hanbin memindahkan tangan Jennie dari bibirnya.
"Wae?", tanya Hanbin sinis.
"Yak! Kau masih marah padaku? Kau bilang kau percaya padaku.", tanya Jennie seperti merengek.
"Aku memang percaya padamu. Tapi, aku masih kesal padanya yang dengan tiba - tiba memelukmu didepanku.", kata Hanbin, lalu membalikkan tubuhnya untuk memunggungi Jennie.
"Lalu mengapa kau mendiamiku jika kau kesal padanya?", tanya Jennie.
"Tentu saja karena dia memelukmu. Kau bahkan memanggilnya dengan sebutan oppa. Selama ini kau tak pernah memanggilku dengan sebutan oppa, aku ini tetap lebih tua darimu walau hanya terpaut 2 bulan.", jawab Hanbin.
Jennie malah tertawa mendengar ucapan Hanbin.
"Tertawalah sepuasmu, dan pergilah. Aku ingin sendiri disini.", kata Hanbin, lalu memejamkan matanya.
Seketika jennie membalikkan tubuh Hanbin dan memeluknya.
"Mianhae, oppa. Aku juga tak ingin dipeluk olehnya. Aku hanya ingin dipeluk oleh suamiku. Dan aku akan memanggilmu oppa mulai sekarang.", kata Jennie dengan kepalanya yang menyandarkan pada dada Hanbin.
Memdengar ucapan istrinya, Hanbin membalas pelukannya dengan senyum mengembang dibibirnya.
"Jangan sekali - kali kau diami aku seperti tadi. Aku tak bisa jika kau seperti itu.", kata Jennie, lalu menatap Hanbin.
Hanbin hanya tersenyum mendengar ucapan jennie.
"Geurae, aku tak akan pernah mendiamimu lagi.", jawab Hanbin yang membuat Jennie tersenyum.
"Ya sudah, bangun dan mandilah. Setelah itu turunlah kebawah untuk makan malam, aku akan mandi dikamar mandi bawah.", kata Jennie ingin bangkit, namun ditahan oleh hanbin.
Posisi mereka memang masih berpelukan.
"Mandilah bersamaku.", kata Hanbin.
"Yak! Byuntae!", teriak Hennie sambil memukul dada Hanbin dan melepas paksa pelukan Hanbin.
Lalu Jennie keluar menuju kamar mandi yang berada di lantai bawah.
Author POV End
.
.
TBC.Gimana part 31nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity in Narrowness
FanfictionMenikah diusia muda, bahkan masih duduk dibangku sekolah. Itu semua karena keinginan mereka, dan didukung oleh orang tua dari pihak sang gadis yang harus pergi meninggalkan putrinya itu. Bagi Kim Hanbin, itu adalah kesempatan dalam kesempitan yang t...