Jennie POV
Aku dan Hanbin baru saja selesai mencari cincin pernikahan, dan tak lama ponselku berdering mendandakan ada panggilan masuk.
"Eoh, eomma. Wae?", tanyaku to the point.
"Kau sedang dimana? Apakah disana ada Hanbin?", tanya eomma.
"Eoh, kami baru saja selesai mencari cincin pernikahan.", jawabku.
"Bagus, pergilah kebutik langganan eomma eoh? Eomma dan eomma Hanbin berada disini.", perintah eomma.
"Untuk apa?", tanyaku dengan bodohnya.
"Ais, tentu saja untuk fitting gaun pengantin jennie-ya. Maka dari itu, cepatlah datang karena hari sudah sore.", perintah eomma.
"Ah, itu? Geurae, aku dan Hanbin akan segera kesana.", kataku.
"Ya sudah, hati - hati dijalan eoh?",kata eomma.
"Ne, eomma.", lalu eomma Jennie mematikan panggilan itu.
"Hanbin-a, eomma meminta kita kebutik langganannya untuk fitting gaun pengantin. Eommamu juga ada disana. Mereka sedang menunggu kita.", kataku memberitaukan hanbin.
"Baiklah, ayo. Tunjukkan jalannya eoh, aku tak tau.", kata Hanbin.
"Eoh.", jawabku singkat.
|°•○●○•°□■□°•○●○•°|
Dibutik, aku sedang mencoba gaun yang Hanbin pilihkan.
"Bagaimana?", tanyaku saat aku keluar dari ruang ganti.
"Wah, anak eomma sangat cantik.", puji eommaku.
"Eoh, Jennie-ya. Kau benar - benar sangat cantik.", kata eomma Hanbin.
"Hanbin-a, bagaimana penampilan calon istrimu?", tanya eomma Hanbin pada Hanbin yang sedang duduk dan fokus dengan ponselnya.
Aigoo, pipiku panas ketika eomma Hanbin memanggilku dengan sebutan calon istri dari anaknya.
Mendengar panggilan eommanya, seketika Hanbin langsung menatapku.
Aigoo,tatapan macam apa itu?
Dia mendekatiku.
Mwo? Dia tak mengatakan apapun untuk penampilanku?
Cih, lalu untuk apa kau memilihkan gaun ini untukku?"Hanbin-a, sekarang giliranmu mencoba tuxedomu. Eomma dan eomma Jennie akan menunggu ditempatmu duduk tadi eoh.", kata eomma Hanbin memberi tau Hanbin yang kini berada tepat didepanku.
"Ne, eomma.", jawab Hanbin singkat.
Kini hanya ada aku dan Hanbin saja disini.
"Mwo?", tanyaku dengan ketus ketika Hanbin menatapku tanpa berkedip.
Aku kesal terhadapnya, karena dia tak memberiku pujian atau ungkapan lain mengenai gaun pengantin yang dia pilihkan untukku.
Tiba - tiba dia mendekatkan wajahnya padaku, tak lupa dengan seringaian dibibirnya.
"Apa yang akan kau lakukan? Cepatlah keruang ganti, kau harus mencoba tuxedomu.", kataku sambil berjalan mundur.
Tapi dia menahanku dengan meletakkan tangannya dipinggangku.
"Kau, sangat cantik hari ini. Dan besok, pasti akan lebih cantik lagi. Jujur, aku tersiksa melihatmu mengenakan gaun indah ini.", kata Hanbin.
Ah, ternyata Hanbin memujiku?
Tapi, tunggu. Dia tersiksa melihatku mengenakan gaun ini? Bukankah aku yang memakainya? Mengapa dia yang tersiksa?"Kau tersiksa? Wae?", tanyaku.
"Ah, aniya.", katanya dan langsung masuk kedalam ruang ganti dengan senyum diwajahnya.
Hanbin meninggalkanku begitu saja tanpa memberi taukanku tentang alasannya tersiksa melihatku yang mengenakan gaun ini.
Lalu aku melihat pantulan diriku dicermin.
Ah, aku baru sadar.
Dasar lelaki mesum!
Aku yakin, dia pasti melihat bagian dadaku yang yang sedikit terlihat.
Jadi dia sengaja memilihkan gaun ini? Jinjja, aku tak habis pikir. Bisa - bisanya dia mencari kesempatan dalam kesempitan.Eoh, Hanbin memilihkanku gaun pengantin tanpa lengan.
Lalu aku mendekati pintu ruang ganti itu.
"Hanbin-a.", teriakku lumayan kencang.
"Wae?",tanyanya santai.
"Kau, dasar lelaki mesum!", teriakku lagi, tapi kali ini tak begitu keras.
Seketika itu juga, aku mendengar Hanbin tertawa puas didalam ruang gantinya.
Ais, jinjja.
Jennie POV
Author POV
Hari sudah malam, Jennie sedang istirahat dikamarnya. Bagaimanapun dia tak boleh terlalu lelah hari ini karena besok adalah hari pernikahannya. Eoh sepulang dari fitting gaun pengantin, keluarga Hanbin datang ke rumah Jennie untuk membahas acara pernikahan yang akan dilaksanakan besok, tepatnya setelah anak - anak mereka pulang dari sekolah.
Sudah lumayan lama, Jennie memejamkan matanya. Tapi dia tak benar - benar tertidur. Dia sedang memikirkan perkatan Hanbin saat pulang sekolah. Dia sedang berpikir, merangkai kata untuk dia ungkapkan pada Hayi.
Setelah dia berpikir cukup lama, akhirnya dia berniat menghubungi Hayi tengah malam seperti ini.
"Yeoboseyo, Jen. Wae? Ada apa kau menghubungiku tengah malam seperti ini.", tanya Hayi dengan suara khas bangun tidurnya.
"Hayi-ya, mian.", sesal Jennie.
Terlihat Jennie mulai mengeluarkan air matanya.
"Yak! Wae? Apa terjadi sesuatu?", tanya Hayi khawatir.
"Hayi-ya, mianhae. Aku ingin jujur padamu.", kata Jennie sambil terisak.
"Yak! Kau menangis?", tanya Hayi yang kini tambah khawatir.
"Hayi-ya, mian. Tapi kau harus tau yang sebenarnya tentang hubunganku dengan Hanbin.", kata Jennie dengan isak tangis yang semakin menjadi - jadi.
"Yak! Jangan menangis. Memang ada apa dengan hubunganmu dan Hanbin? Kalian bertengkar?", tanya Hayi.
Pertengkaran yang Hayi maksud adalah pertengkaran sesama teman bukan kekasih.
"Aniya, Hayi-ya. Sebelumnya aku minta maaf yang sebesar - besarnya padamu. Bukan maksudku ingin menyakiti perasaanmu. Aku dan Hanbin sebenarnya adalah sepasang kekasih, jauh sebelum kau pindah ke sekolah kita. Dan rencananya kami akan menikah besok, aku harap kau mau memaafkanku dan datang ke acara pernikahanku.", kata Jennie jujur.
"Mwo?", kata Hayi lirih.
Lalu disebrang sana Jennie mendengar suara benda jatuh.
"Hayi-ya.",panggil Jennie.
"Hayi-ya, kau mendengarku?", tanya Jennie karena dia tak mendengar suara Hayi lagi setelah dia mendengar suara benda jatuh di sebrang sana.
"Hayi-ya, mianhae.", kata Jennie, lalu dia mematikkan panggilannya.
Di rumah Hayi, Hayi juga menangis. Ponselnya terjatuh karena dia sangat terkejut. Selama dia menjadi murid baru, dia paling dekat dengan Jennie. Bahkan mereka bersahabat selama ini. Hayi selalu bercerita ini dan itu pada Jennie, termasuk tentang dia yang menyukai Hanbin. Dan hayi sangat tak menyangka jika sahabatnya ternyata adalah kekasih dari orang yang dia cintai. Dan bahkan mereka akan menikah besok.
Author POV End
.
.
TBC.Gimana part 24nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity in Narrowness
FanfictionMenikah diusia muda, bahkan masih duduk dibangku sekolah. Itu semua karena keinginan mereka, dan didukung oleh orang tua dari pihak sang gadis yang harus pergi meninggalkan putrinya itu. Bagi Kim Hanbin, itu adalah kesempatan dalam kesempitan yang t...