Jisoo POV
Saat istirahat, aku menyuruh Jennie pergi ke kantin bersama Rose dan Lisa. Aku berniat memberi pengertian pada Hayi, agar dia mau memaafkan Jennie.
"Hayi-ya, kau tak kekantin?", tanyaku.
"Aniya, Soo-ya. Aku tak lapar.", kata Hayi.
"Oh, begitu? Em, biasakah kita bicara?", tanyaku hati - hati.
"Hem, bicaralah.", kata Hayi.
"Hayi-ya, maaf sebelumnya. Ini menyangkut masalahmu dan Jennie.", kataku hati - hati.
"Wae?", tanya Hayi.
Aku dapat mendengar ada nada tak suka dari pertanyaan Hayi.
"Aku dan yang lain telah membantu Jennie menutupi hubungannya dengan Hanbin. Mianhae, jeongmal mianhae.", kataku menyesal.
"Eoh, kalian semua sangat jahat. Terutama Jennie. Bagaimana bisa kalian menutupi ini semua dariku selama ini? Kalian tau bukan, bahwa aku mencintai Hanbin? Jika kalian memberitaukanku dari awal, perasaan ini tak akan bertambah besar untuk Hanbin. Aku akan menghapusnya. Aku akan mengalah, karena memang Jennielah yang berhak mencintai dan dicintai oleh Hanbin.", kata Hayi dengan mata berkaca - kaca.
Seketika itu Jennie, Rose dan Lisa memasuki kelas.
"Hayi-ya, aku mohon maafkan aku.", kata Jennie yang tepat berada disamping Hayi.
"Jika hanya mengucapkan kata maaf, bukankah semua orang juga bisa melakukannya tiap kali mereka membuat kesalahan? Apa dengan memaafkanmu, sakit hatiku hilang begitu saja?", tanya Hayi ketus pada Jennie.
"Hayi-ya, kumohon jangan seperti ini. Kalian bersahabat sudah dari lama. Ingatlah kebersaam kalian. Apa akan kau lupakan begitu saja? Apa kau akan membenci sahabatmu, hanya karena menyukai lelaki yang sama?", tanyaku pada Hayi.
Kulihat Jennie menitikkan air matanya, akupun langsung menenangkannya dengan cara mengusap punggung Jennie.
"Ini bukan hanya karena kami menyukai lelaki yang sama. Tapi ini masalah kejujuran dan keterbukaan. Jika dia memang menganggapku sahabatnya, apa dia harus menutupi sesuatu dariku? Bahkan sesuatu itu menyangkut diriku. Perasaanku.", kata Hayi yang juga mulai menitikkan air matanya.
Aigoo, aku harus bagaimana? Kedua sahabatku menangis. Lalu aku beralih untuk mengusap punggung Hayi. Dan Rose yang peka pun menggantikan posisiku memgusap punggung Jennie.
"Kumohon, kalian jangan menangis seperti ini. Aku jadi ikut sedih. Tak bisakah kalian berbaikan? Dengarlah penjelasan Jennie dulu, Hayi-ya. Jennie pasti memiliki alasan, mengapa dia menutupi hubungannya darimu.", kataku.
"Eoh, kumohon dengarkan penjelasanku dulu Hayi-ya.", kata Jennie.
"Aku menutupinya darimu karena aku tak ingin jika kau tau kebenarannya, kau akan menjauhiku. Maka dari itu, aku meminta teman - teman untuk menutupinya juga darimu. Hanbin sebenarnya selalu memaksaku untuk memberitaukannya padamu, tapi saat aku memiliki kesempatan untuk mengatakannya ... aku selalu menundanya. Sampai terakhir saat kita diparkiran, Hanbin hampir mengatakan yang sebenarnya. Tapi, aku menggagalkannya karena aku memikirkan perasaanmu.", lanjut Jennie menjelaskan.
"Cih, jadi itu yang kau bilang memikirkan perasaanku? Ha? Kau sahabatku, Jen! Kau menutupi hubunganmu dengan Hanbin dariku. Padahal kau tau aku mencintainya! Mengapa ketika aku membahas tentang Hanbin, kau biasa saja? Aniya, kau hanya berpura - pura didepanku. Bukankah kau merasa tak nyaman? Jika kau juga terbuka bukankah itu akan jauh lebih baik? Jika dari awal, kau memberitaukanku bahwa Hanbin adalah kekasihmu maka aku bisa mengalah. Aku akan menghapus perasaanku padanya, Jen. Demi persahabatan kita.", kata Hayi sedikit emosi.
"Hayi-ya, sabar eoh? Kau bisa mengatakan apa yang kau rasakan dengan baik - baik. Jennie juga sedih, dia sadar jika dia salah. Jadi, kumohon jangan perpanjang masalah ini. Lagi pula Jennie sudah menyesalinya. Tolong maafkan dia, eoh? Berbaikanlah, kumohon. Bukankah kalian saling menyayangi? Kalian sudah menjadi sahabat hampir setahun, jangan buat kebersamaan kalian ini sia - sia. Selama ini kalian susah senang bersama. Bahkan Jennie lebih memilih menghabiskan waktu bersamamu daripada kami bertiga. Eoh? Kumohon berbaikanlah.", nasihatku pada Hayi.
"Hayi-ah, kumohon maafkan aku. Lain kali, aku akan lebih terbuka dan jujur denganmu.", kata Jennie sambil memegang tangan Hayi.
Hayi hanya diam saja, tapi tak lama dia memeluk jennie.
"Maafkan aku juga, Jen. Maafkan aku yang telah menyukai kekasihmu, aku akan berusaha menghapus perasaanku pada Hanbin setelah ini. Eoh, kau harus berjanji padaku jika setelah ini kau akan jujur dan lebih terbuka padaku.", kata Hayi yang masih memeluk Jennie.
"Eoh, aku janji.", kata Jennie, lalu tersenyum dipelukan Hayi.
"Gomawo kalian sudah mau berbaikan. Aku menyayangi kalian.", kataku dan memeluk Hayi dan Jennie.
Dan tak lama Rose dan Lisa juga memeluk kami bertiga.
"Oh, iya. Kalau begitu, aku ingin memberikan sesuatu pada kalian.", kata Jennie, lalu mengambil sesuatu dari tasnya.
Ternyata itu adalah surat undangan pernikahannya dengan Hanbin.
Rose dan Lisa yang memang belum taupun sangat terkejut melihatnya."Kau akan me ....", belum sempat Lisa berteriak, langsung kubungkam mulutnya dengan tanganku.
"Kumohon, jaga rahasia ini Lisa-ya.", mohon Jennie pada Lisa.
"Kuharap kalian datang eoh.", kata Jennie dengan senyum bahagia.
"Tentu saja, kami pasti akan datang Jen. Bagaimanapun ini adalah hari bahagiamu.", kataku.
"Aku akan datang, sebagai sahabatmu bukan sebagai seseorang yang ingin melihat lelaki yang kucintai menikah dengan gadis lain. Dan kau tenang saja Jen, aku akan menghapus perasaanku pada Hanbin secepat mungkin.", kata Hayi.
"Eoh, gomawo.", jawab Jennie.
Jisoo POV End
.
.
TBC.Gimana part 26nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity in Narrowness
FanfictionMenikah diusia muda, bahkan masih duduk dibangku sekolah. Itu semua karena keinginan mereka, dan didukung oleh orang tua dari pihak sang gadis yang harus pergi meninggalkan putrinya itu. Bagi Kim Hanbin, itu adalah kesempatan dalam kesempitan yang t...