Author POV
Ternyata, Jaewon mengikuti kemana mobil Jisoo pergi mengantar mantan kekasihnya itu. Begitupun juga dengan Hayi, dia mengikuti mobil Jisoo dan Jaewon yang akan kerumah Jennie.
Setelah sampai dirumahnya, Jennie langsung turun dari mobil Jisoo dan ingin memasuki rumahnya. Namun belum sempat dia melakukannya, tangannya sudah dicekal oleh Jaewon. Jennie yang terkejutpun melihat siapa pelakunya.
"Jaewon oppa, lepas!", teriak Jennie.
"Jen, kita belum selesai.", kata Jaewon.
"Apa lagi yang belum selesai?", tanya Jennie.
"Ah, untuk ceritamu tadi? Eoh, gomawo kau sudah menceritakan kebusukan seseorang yang sudah kuanggap sebagai sahabatku. Ah, aniya. Bahkan sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri.", kata Jennie sambil melirik Hayi yang baru saja turun dari mobilnya.
"Jen, aku bisa jelaskan.", kata Hayi yang memang sudah menangis saat dia berada di dalam mobil menuju rumah Jennie.
Jennie yang merasa tangannya masih dipegang oleh Jaewon pun melepesnya paksa.
"Aniya, aku tak akan mendengar penjelasan siapapun lagi! Pergilah.", kata Jennie ingin kembali memasuki rumahnya, namun Jaewon malah memeluk Jennie.
Jisoo yang melihat itupun jadi emosi.
"Yak! Apa yang kau lakukan?", teriak Jisoo pada Jaewon dengan kilatan amarah dimatanya.
"Kau gadis pendek, diamlah! Kita tak saling kenal dan tak ada urusan. Jadi, jangan ikut campur!", kata Jaewon pada Jisoo.
Jisoo yang mendengar ucapan tak mengenakan dari Jeewon pun langsung menendang kaki Jaewon dengan keras. Dan jennie tiba - tiba langsung melepaskan pelukan jaewon.
Seketika, Hanbin membuka pintu rumahnya.
"Ada apa? Mengapa ramai sekali?", tanya hanbin yang mendengar keributan didepan rumahnya.
"Kau? Mau apa kau kesini? Ha?", tanya Hanbin sambil berteriak pada Jaewon saat menyadari keberadaan Jaewon dan sudah siap untuk melayangkan pukulannya pada Jaewon.
Tapi, Jennie menahan suaminya itu.
"Sudah, aku tak ingin suamiku melukai orang lain. Biarkan saja dia, lebih baik kita masuk.", kata Jennie yang ditujukan pada Hanbin.
Dan ketika Jennie, Hanbin dan Jisoo ingin masuk kerumahnya ... Jaewon meneriakki beberapa kata yang membuat Hanbin tak bisa menahan diri untuk tak menghajarnya.
"Jika kau tak bisa kembali kepadaku dengan cara baik - baik, perlukah aku membunuh suamimu?", tanya Jaewon dengan berteriak.
Seketika Hanbin berbalik dan menghajar Jaewon habis - habisan.
"Kau yang akan mati lebih dulu, sebelum kau membunuhku!", teriak Hanbin dengan emosi.
Dia terus memukuli Jaewon tanpa henti. Hayi yang sebenarnya masih mencintai Hanbin dan Jaewon pun sangat tak bisa melihat mereka berkelahi, terlebih cinta pertamanya yang lebih terluka disini.
"Hanbin hentikan!", teriak Hayi sambil berusaha menghentikan Hanbin yang sedang memukuli Jaewon.
Tapi, tanpa sengaja Hanbin mendorong Hayi sampai terjatuh dan kepalanya membentur batu.
"Hayi-ya!", teriak Jisoo sambil menghampiri Hayi.
Jennie yang melihatnya pun langsung menangis. Dia sedih karena mantan kekasihnya dan sahabatnya terluka karena ulah suaminya.
"Apa kau kurang puas jika hanya memukulku? Mengapa kau mendorongnya? Jika terjadi apa - apa padanya, aku akan melaporkanmu kepada polisi.", kata Jaewon yang memang sudah terlihat tak berdaya.
Dan setelah menyelesaikan ucapannya, dia langsung tak sadarkan diri.
"Jisoo-ya, bantu aku membawa mereka ke rumah sakit.", kata Hanbin pada Jisoo.
"Eoh, oppa.", kata Jisoo.
Jennie hanya mematung didepan pintu. Pikirannya masih sama seperti tadi. Dia masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, apalagi yang Haewon ucapkan sebelum dia tak sadarkan diri. Jaewon akan melaporkan suaminya kepada polisi?
"Jennie-ya, mian aku tak mendengarkanmu tadi. Aku benar - benar sangat emosi. Tapi sekarang bukan waktunya membahas ini, jadi kau ingin ikut kerumah sakit atau tidak?", tanya Hanbin pada istrinya.
Jenniepun mengangguk.
|°•○●○•°□■□°•○●○•°|
Saat di rumah sakit, Jennie terus menangis. Ketika Hanbin ingin memeluk Jennie, dia menolak. Dia lebih memilih dipeluk oleh Jisoo.
"Jen, jadi kau akan mendiamiku dan lebih memilih menangisi Jaewon? Dia bahkan lebih dulu ingin membunuhku. Jika aku diam saja, apa kau rela aku mati ditangannya?", tanya Hanbin pada Jennie.
"Tentu saja tidak! Tapi, jika terjadi sesuatu pada Hayi maka Jaewon oppa akan memenjarakanmu. Bukankah sama saja? Rasanya akan seperti aku hidup tanpamu.", kata Jennie sambil menangis dipelukan Jisoo.
"Sudah Jen, percayalah. Tak akan terjadi sesuatu yang buruk pada Hayi.", kata Jisoo menanangkan Jennie.
Tak lama dokter pun keluar dari ruang rawat Hayi.
Jennie langsung menghampiri dokter itu untuk menanyakan keadaan Hayi.
Setelah dokter menjelaskan keadaan Hayi, Jennie meminta izin pada dokter untuk masuk keruang rawat Hayi.
"Ne, karena kondisinya tak terlalu parah. Kalian bisa masuk.", kata dokter itu.
Lalu mereka bertiga pun memasuki ruang rawat Hayi.
"Hayi-ya, aku disini.", kata Jennie lirih sambil menggenggam jemari Hayi.
Tak lama Hayi membuka matanya.
"Hayi-ya, mianhae.", sesal Hanbin dan hanya dibalas senyum oleh Hayi.
Lalu Hayi memejamkan matanya lagi.
"Hayi-ya, bangunlah. Jika kau tak bangun, suamiku akan dipenjara. Aku juga butuh penjelasanmu.", kata Jennie sambil menangis karena dia takut Hayi meninggal.
"Jen, kepalaku sakit. Aku pasti akan menjelaskan semuanya, tapi tidak sekarang. Aku akan baik - baik saja, aku hanya butuh istirahat.", kata Hayi dengan sangat lirih.
"Eoh, kau harus istirahat. Kapanpun itu, aku akan mendengarkannya.", kata Jennie.
"Gomawo, kau telah membawaku kerumah sakit dan sekarang kau ada disini.", kata Hayi dengan lirih.
"Sudah, istirahatlah. Yang membawamu kesini adalah Hanbin oppa, itu bentuk tanggung jawabnya karena telah melukaimu. Aku? Eoh, aku disini. Aku akan berada disini sampai kau sembuh.", kata Jennie.
Hayi hanya tersenyum sekilas, lalu tertidur.
Author POV End
.
.
TBCGimana part 35nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity in Narrowness
FanfictionMenikah diusia muda, bahkan masih duduk dibangku sekolah. Itu semua karena keinginan mereka, dan didukung oleh orang tua dari pihak sang gadis yang harus pergi meninggalkan putrinya itu. Bagi Kim Hanbin, itu adalah kesempatan dalam kesempitan yang t...