Hanbin POV
Sepulang sekolah, aku berniat mencari cincin pernikahan dengan Jennie. Tapi tak kusangka, Dahyun dan Hayi menahanku.
"Hanbin-a, antarkan aku pulang eoh?", kata Dahyun sambil memeluk lengan sebelah kiriku.
"Em, Hanbin-a. Ada beberapa pelajaran yang tak kumengerti, apa kau ada waktu hari ini untuk mengajariku?", tanya Hayi yang berada di sebelah kananku.
"Yak! Lepaskan tangan kotormu itu!", teriak Jennie pada Dahyun.
Tapi tak dipedulikan oleh Dahyun, dia malah semakin mengeratkan pelukannya pada lenganku.
Kulihat Jennie mencoba mendekati Dahyun, sepertinya dia ingin menarik rambut Dahyun lagi seperti dulu. Tapi, itu tak terjadi karena Rose dan Lisa dengan cepat menahan Jennie."Sabar, Jen", aku dapat mendengar Lisa berbisik pada Jennie.
"Hayi-ya, kau belajar denganku saja eoh? Aku juga bisa mengajarimu.", kata Jisoo yang sudah tau tentang rencanaku yang akan menikah dengan Jennie.
Mengapa dia tau? Yah karena dia adalah sepupuku, jadi orang tuaku memberitaukan kabar pernikahanku pada keluarga Jisoo. Lagi pula dia bisa jaga rahasia, tak seperti Lisa.
Teman - temanku juga belum ada yang tau, tapi aku berencana mengundang mereka.
"Eoh, kekasihku ini juga pintar seperti Hanbin. Lagi pula mengapa kau lebih ingin belajar dengan Hanbin yang jelas - jelas berbeda kelas denganmu?", tanya Bobby.
"Mian Hayi-ya, hari ini aku sibuk. Jadi, tak ada waktu untuk mengajarimu. Eoh, kau bisa belajar bersama Jisoo. Jisoo juga termasuk murid pintar di sekolah kita. Dan dia juga sekelas denganmu, kau akan lebih mudah mengerti jika bersama teman sekelasmu.", kataku memberi pengertian pada Hayi.
Dan dahyun? Aku melepaskan pelukannya pada lenganku dengan kasar. Sungguh, aku muak dengan Dahyun. Dia tak pernah bosan menggangguku.
Aku kasar pada Dahyun tapi tidak dengan Hayi, kenapa? Karena menolak Hayi dengan lembutpun, itu akan berhasil. Berbeda dengan Dahyun. Ais, selama ini aku sabar menghadapi Dahyun. Aku bersyukur karena tak lama lagi, kelulusan akan tiba jadi aku akan terbebas dari Dahyun.
Terkadang aku berpikir bahwa menjadi lelaki tampan dan pintar itu sangat sulit.
"Tak bisakah kau jauh - jauh dariku?", teriakku pada Dahyun.
"Hanbin-a, apa kau tak terlalu kasar padanya?", bisik Rose yang memang sekarang ada disampingku.
"Kasar? Biarkan saja. Agar dia tau bahwa aku sangat membencinya. Dia tak bisa seenaknya begitu, menyentuhku didepan Jennie.",teriakku.
Seketika Dahyun langsung berlari meninggalkan parkiran.
Mungkin dia malu? Entahlah, aku tak peduli."Ne? Memangnya kenapa jika Dahyun menyentuhmu didepan Jennie?", tanya Hayi tiba - tiba.
Hanbin POV End
Author POV
Sampai sekarang, Hayi belum tau tentang hubungan Jennie dan Hanbin.
"Mengapa kau tak menjawabku?", tanya Hayi pada Hanbin.
"Hayi-ya, mian. Sebenarnya kami ....", Hanbin ingin menjawab pertanyaan Hayi.Tapi Jennie langsung menariknya menuju mobil Hanbin. Jennie memaksa Hanbin agar masuk kedalam mobil.
"Teman - teman, aku dan Hanbin akan pulang lebih dulu. Kalian semua berhati - hatilah.", kata Jennie sebelum dia masuk ke dalam mobil Hanbin.
"Eoh, kau juga.", teriak Jisoo yang melihat mobil Hanbin yang mulai pergi meninggalkan parkiran.
|°•○●○•°□■□°•○●○•°|
Dimobil Hanbin terus mengoceh. Kini mereka akan pergi kesebuah toko perhiasan, untuk mencari cincin pernikahan.
"Mengapa kau tak membiarkanku memberitaunya? Mengapa kau menyuruh kami semua berbohong? Dan sampai kapan kami harus berbohoh tentang hubungan kita di depan Hayi? Jen, kita akan menikah besok. Hayi harus tau yang sebenarnya, setidaknya beritau dia jika kita adalah sepasang kekasih.", kata Hanbin yang masih tak terima tentang apa yang terjadi diprkiran tadi.
"Hanbin-a, mian. Kau tau aku dan Hayi adalah sahabat bukan? Dan sahabatku menyukai kekasihku sendiri. Bukankah jika dia tau maka dia akan sakit hati dan membenci kita?", tanya Jennie.
"Eoh, kau benar. Seharusnya sedari dulu, ketika kau memiliki kesempatan memberitaunya ... kau tak menundanya. Dan sekarang, ini sudah terlalu lama kau menyembunyikan hubungan kita pada Hayi. Jika dia tau kita sudah menikah suatu saat, bagaimana perasaannya Jen? Sudah pasti dia akan membencimu, membenciku dan juga teman - teman yang lain karena sudah membantumu menutupi hubungan kita.", kata Hanbin yang terdenger seperti menyalahkan Jennie.
"Baiklah, aku salah. Kau bisa menyalahkanku.", kata jennie mengalah.
"Kau memang salah, Jen. Tapi, bukan kalimat itu yang ingin kudengar sekarang.", kata Hanbin. Jennie mengerti apa yang Hanbin maksud.
"Baiklah, aku akan memberitaukannya besok.", kata Jennie.
"Besok? Besok kita sudah menikah, Jen. Hayi akan sangat membencimu, jika begitu. Beritaukan dia nanti, dan minta maaflah padanya. Bagaimanapun, kau salah karena menutupi hubungan kita pada sahabatmu sendiri yang pada kenyataannya menyukaiku. Dan undanglah dia ke acara pernikahan kita. Aku berharap, dia datang sebagai sahabatmu bukan sebagai seseorang yang ingin melihat lelaki yang dia sukai menikah dengan gadis lain.", kata Hanbin menasihati Jennie.
"Ne.", jawab Jennie singkat. Jennie sedikit tertekan karena rasa bersalahnya pada Hayi, apa lagi cara Hanbin menasihatinya seperti seseorang yang terus menyalahkannya.
"Sudah jangan dipikirkan.", kata Hanbin sambil mengusap rambut Jennie dengan tangan kanannya, karena tangan kirinya memegang setir.
Author POV End
.
.
TBC.Gimana part 23nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity in Narrowness
FanfictionMenikah diusia muda, bahkan masih duduk dibangku sekolah. Itu semua karena keinginan mereka, dan didukung oleh orang tua dari pihak sang gadis yang harus pergi meninggalkan putrinya itu. Bagi Kim Hanbin, itu adalah kesempatan dalam kesempitan yang t...