04

713 75 0
                                    

Jennie POV

Bel pulang sekolah telah berbunyi, dan aku langsung membereskan buku - bukuku.

"Kajja, Jennie-ya. Aku harus memastikanmu sampai di parkiran tanpa gangguan dari lelaki manapun.", kata Jisoo.

Chaeyoung dan Lisa pun hanya terkekeh melihat tingkah Jisoo.

"Kau selalu saja seperti itu jika kita akan pulang. Aku heran padamu, Soo-ya. Mengapa kau sangat menurut pada Hanbin jika itu menyangkut diriku? Apa yang Hanbin lakukan padamu eoh sehingga kau bisa sangat menurut padanya?", tanyaku sedikit kesal pada Jisoo.

"Karena Hanbin oppa juga melakukan hal seperti ini pada Bobby.", jawab Jisoo.

"Ais, jadi begitu? Bukankan seperti itu sangat membatasi pasangannya? Seperti ini tidak boleh, seperti itu tidak boleh. Huft, aku bisa saja mengakhiri hubunganku dengan Hanbin jika aku menjadi kau, Jen. Untungnya June tidak seperti itu.", kata Chaeyoung.

"Yak! Tapi jika dipikir, itu demi kebaikan hubungan mereka juga Chaeyoung-a. Itu tandanya Hanbin menyayangi Jennie, dia tidak ingin kehilangan Jennie. Bisa saja kan hanya mengobrol dengan teman lawan jenis, lama - lama timbul ketertarikan satu sama lain dan berujung berpaling dari kekasihnya lalu menjalin kasih dengan teman lawan jenisnya itu?", kata Lisa menjelaskan.

"Aku setuju sekali denganmu, Lisa-ya.", kata Jisoo lalu memeluk Lisa, karena dia merasa dibela.

"Terserah kalian, aku ingin ke parkiran sekarang.", kataku yang sudah selesai membereskan buku dan langsung meninggalkan ketiga temanku.

|°•○●○•°□■□°•○●○•°|

Di parkiran, Hanbin, June dan Bobby sedang menunggu kekasih masing - masing. Lalu siapa kekasih Lisa? Lisa tidak memiliki kekasih karena dia sangat sulit.

Donghyuk jelas - jelas menyatakan perasaannya pada Lisa, tapi dia menolaknya karena menyukai laki - laki lain. Yang membuat aku, Jisoo dan Chaeyoung terkejut adalah dia menyukai Jinhwan. Dan Lisa biasanya akan ikut pulang bersama Chaeyoung dan June karena Lisa dan June adalah tetangga.

"Ais, kalian ini lama sekali.", protes Hanbin.

"Jika kau tidak mau menungguku, mengapa kau tidak pulang saja sedari tadi?", tanyaku emosi.

Entahlah, hari ini aku sedang tidak mood. Rasanya ingin selalu marah, dan memang ada saja yang membuatku marah. Jika bukan Hanbin, pasti Jisoo.

Ais, mereka ini mengapa jadi sepupu? Mengapa tidak jadi sepasang kekasih saja? Cih. Tapi jika Jisoo dan Hanbin menjadi sepasang kekasih, lalu bagaimana denganku? Apa ada yang mau denganku selain Hanbin? Gadis bodoh sepertiku, siapa yang mau jika bukan Hanbin?

Ais, aku juga tidak habis pikir dengan Hanbin. Mengapa dia memilihku menjadi kekasihnya? Bukankah tidak cocok jika lelaki pintar seperti Hanbin memiliki kekasih yang sangat bodoh sepertiku?

"Cepat! Masuklah!", bentak Hanbin lalu menyeretku.

Yak! Mengapa dia jadi ikut emosi?

"Aku pergi.", pamit Hanbin pada teman - temannya.

Di perjalanan pulang, Hanbin diam karena fokus menyetir.

"Mian, karena aku membuatmu lama menunggu tadi.", sesalku karena membuat Hanbin menunggu lama.

"Hem.", Hanbin hanya berdehem yang membuatku kembali kesal.

"Yak! Mengapa kau tidak menjawabku dengan benar?", kataku berteriak.

"Diamlah! Aku sedang fokus menyetir.", perintah Hanbin.

Setelah itu aku hanya diam, karena jika Hanbin sedang marah dia terlihat sangat menyeramkan.

|°•○●○•°□■□°•○●○•°|

Ketika sudah sampai di depan rumah Hanbin, aku turun dan ikut masuk ke rumahnya.

"Wae?.", tanya Hanbin yang sadar bahwa aku mengikutinya.

"Apa aku tidak boleh masuk ke rumah kekasihku sendiri?", tanyaku kembali.

"Aku sedang tidak mood, aku ingin langsung istirahat.", kata Hanbin.

Mwo? Tidak mood? Apa yang membuatnya tidak mood? Biasanya, pulang sekolah dia akan langsung makan siang, setelah itu mungkin istirahat sebentar, lalu belajar sampai lupa waktu. Tapi kali ini dia bilang ingin langsung istirahat? Eoh, baiklah. Aku tidak ingin mengganggunya sekarang.

"Istirahatlah kalau begitu, aku akan pulang sekarang dan kesini lagi nanti malam.", kataku, tapi dia tidak menghiraukanku.

Yak! Aku tidak bisa jika Hanbin mendiamiku. Sebenarnya apa salahku?

Jennie POV End
.
.
TBC.

Gimana part 4nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

Opportunity in NarrownessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang