03.

5.6K 469 12
                                    

Hinata merasa terusik ketika seseorang melakukan sesuatu pada wajahnya.
Demi Tuhan, ia barusaja tidur selama 3 jam.
Insomnia mendadak yang membuatnya kesusahan.
Lalu sekarang, sesuatu atau seseorang mengusiknya, membuatnya kembali tak nyaman dalam gundukan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Putriku sayang," suara lembut dengan elusan dipipinya, Hinata masih berada diawang-awang, antara sadat dan tidak.
Aroma khas yang manis dan lembut, yang dihapalnya diluar kepala.
Bahkan suara tawa renyah yang seolah begitu nyata.
Kembali berpikir, apakah dirinya sedang bermimpi atau bagaimana ?

"Uchiha Hinata, kau bahkan tidak mau bangun saat ibumu pulang ?" Hinata terlonjak saat mendengar suara yang sengaja dikeraskan itu,membuat kesadarannya sepenuhnya muncul.

Hinata melompat dari tempat tidurnya, melihat pintu kamarnya yang hampir tertutup dengan sosok perempuan yang begitu dirindukannya.
Memeluk tubuh erat ibunya, menempel dipunggungnya seperti koala pemalas.
Hinata hanya merasa sangat senanh atas situasi pagi ini.

"Astaga, gadis kecilku yang malang." Uchiha Mikoto mengusap lengan Hinata yang melilit perutnya.
Tertawa pelan melihat tingkah manja putrinya yang sangat menggemaskan.

Hinata melepas pelukannya, membuat Mikoto merangkum wajah bantal anak gadisnya.
Senyum manis tak luntur dari wajah Mikoto saat melihat Hinata yang merengut.

"Ibu sangat kejam. Bagaimana bisa meninggalkanku sendirian disini ?" Hinata mulai mengadu, sebenarnya ia berniat membuat Sasuke mendapat hukuman dari ibunya.
Ahh, tentu saja karena Uchiha Mikoto akan selalu mendukungnya sampai kapanpun.

Kening Mikoto berkerut mendengar perkataan Hinata.
"Sendirian sayang ? Bukankah ada Sasuke yang menemanimu ?"
Hinata menggeleng, menampilkan wajah paling memelas.

"Sasuke-nii jarang pulang." Bibirnya mencebik, menampilkan sebuah drama pagi yang pasti akan menyenangkan.
Mikoto memeluk Hinata sekali lagi, mengusap wajah polos dihadapannya dengan hati-hati.

"Tenanglah sayang, kakakmu yang nakal itu pasti akan mendapat hukuman. Sekarang, lebih baik bersihkan diri. Ibu tunggu dimeja makan."

Hinata dengan wajah sumringah menuruti perkataan ibunya, berjalan riang menuju kamar mandi setelah menutup pintu depan kamarnya.
Well, tidak ada yang bisa lepas dari amukan seorang Uchiha Mikoto.
Nyonya besar Uchiha dengan keabsolutan mutlak, bahkan Fugaku yang selaku kepala keluarga, sering kalah saing dengan istrinya.

*
Hinata turun dengan keadaan yang jauh lebih baik, dengan sebuah tas kecil ditangannya.
Ia memang harus keluar, ada beberapa tugas yang masih harus diselesaikannya hari ini.
Dari tempatnya berdiri, suara Mikoto yang sedang memarahi Sasuke terdengar.
Omelan panjang kali lebar kali tinggi kuadrat, pasti membuat kuping panas.
Hinata tidak biasa mendendam,hanya mencoba mencari bantuan atas kekesalannya yang tak kunjung terselesaikan.

"Apa saja yang kau lakukan selama ini, Sasuke ? Kenapa kau meninggalkan Hinata sendirian ? Apa kau mau tanggung jawab jika terjadi sesuatu pada adikmu ?"

Hinata yang baru datang langsung tersenyum mengejek, dimana Sasuke menatap kelakuan adiknya itu dengan wajah jengkel.
Sementara Hinata nampak nyaman dalam dekapan ayahnya, mengabaikan Mikoto yang masih mengomeli Sasuke.

"Apa lagi kali ini ?" Uchiha Fugaku bertanya dengan tatapan geli, Hinata tersenyum miring, menampilkan wajah tanpa dosa miliknya.
Fugaku menggeleng heran dengan senyum tipis dibibirnya, melihat kelakuan Hinata rasanya sangat konyol.
Dan ya, gadis kecilnya memang cerdik.
Itachi pasti akan mengolok Sasuke habis-habisan jika tau kelakuan Hinata saat ini.

"Kemarilah Hinata, sekarang kau bisa memukul kakakmu untuk kesalahannya."

Hinata menunduk, menatap Sasuke yang terlihat begitu jengkel dengan kelakuannya pagi ini.
Gadis kecil yang licik.
Tatapan mereka bertemu, sangat kontras.
Hinata terlihat puas, sedangkan Sasuke mempersiapkan diri untuk mendapat pukulan dari Hinata.
Jangan remehkan tubuh kecilnya, pukulan Hinata bisa sangat mematikan jika dilakukan dengan niat.

ROSEMARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang