Dirinya adalah tiang dalam sebuah penyangga, penyeimbang dan kekuatan.
Ujung tombak dalam sebuah peperangan, antara nasib dan takdir.
Meski keberadaannya hanya sebuah garis kecil lurus dalam zona horisontal dan vertikal, hal sederhana yang banyak membawa pengaruh.Uchiha Hinata tidak dapat mendiskripsikan apa yang dirasakannya saat ini.
Saat dirinya berdiri canggung didepan pintu sebuah ruangan, dengan map coklat tebal dalam dekapan.
Kegugupan yang berbeda mulai melanda, perasaan campur aduk yang membuat perutnya mulas.
Bahkan sekertaris Sasuke yang mengamatinya sejak tadi hanya bisa menggeleng samar dengan senyum kecil dibibirnya, dimana Hinata meminta agar jangan memberitahu pada Sasuke tentang keberadaannya."Masuklah, nona Hinata. Apalagi yang kau tunggu ?"
Kesiapan mental, pikir Hinata dengan pandangan aneh.
Dengan dua kali hembusan napas dalam dadanya, tangannya meraih handle pintu dan mulai membukanya.
Hinata melihat Sasuke dibalik meja kerjanya, duduk tegak dengan pandangan serius kearah komputer yang sedang menyala.
Sesekali mengetikkan sesuatu disana, tak menyadari keberadaan Hinata yang kini mendekat kearahnya."Nii-san," panggilan yang langsung membuat Sasuke mendongakkan kepala, menatap dengan wajah terkejut namun senang.
Lelaki itu berdiri dari tempatnya, menyambut Hinata dengan senyum manis yang ramah, merengkuh tubuh mungil yang beraromakan bunga lavender.
Menghirup ceruk leher Hinata, membuat Sasuke memejamkan mata demi menikmati kedamaian yang merasuk dalam batinnya."Sasuke-nii, hentikan kebiasaan burukmu."
Hinata mendorong tubuh besar Sasuke agar sedikit menjauh dan melepaskan pelukannya.
Lelaki itu nampak tak senang, tapi Hinata malah tersenyum dan menyentuh rahang tegas Sasuke dengan tangannya, menelusurinya dengan hati-hati, membuat lelaki itu memejamkan mata demi menikmati sentuhan lembut dari tangan halus Hinata diwajahnya.Hinata terkikik geli melihat tingkah Sasuke yang seperti anak anjing didepan majikannya, menggemaskan.
Dengan gerakan cepat, Hinata menempelkan bibirnya dipipi Sasuke,membuat lelaki itu terhenyak dan membuka mata dengan mendadak.Wajah Hinata sepenuhnya memerah, ketika dirinya memilih menjauh dsri berdiri didekat jendela kaca besar tanpa sekat.
Mengamati keramaian kota dibalik ketinggian.
Sasuke mendekat, dengan gerakan cepat merengkuh pinggang Hinata, memutar badan kecil gadis itu agar herhadapan dengannya.
Hinata berusaha memalingkan pamdangan, tepat ketika Sasuke menahan kepalanya, membuat gadis itu tak bisa berkutik.Tatapan dalam yang penuh damba, Hinata menahan napasnya tanpa sadar, saat wajah tampan Sasuke semakin mendekat kearahnya.
Seringai yang menggoda, bibir Sasuke mengecup ringan pipi Hinata."Bernapas, sayang." Bisiknya, dengan sengaja menghembuskan napas dibelakang leher Hinata, membuat gadis itu bergidik karena ulah Sasuke.
Sadar. Hinata meraup oksigen sebanyak yang ia bisa, megap-megap seperti ikan mas koki yang kekurangan pasokan air.
Tawa renyah mengalun dari bibir Sasuke, melihat tingkah Hinata yang kelewat menggemaskan.Hanya dengan sekali gerakan cepat,bibir Sasuke menyambar bibir Hinata yang sedikit terbuka, meletakkan tangan dibelakang kepala Hinata, menahan agar ciuman mereka tak terlepas dengan cepat.
Dan tangan lain meraih pinggang Hinata, mengeratkan pelukannya.
Hinata hanya memejamkan mata, ketika Sasuke melumat bibir bawahnya dengan tekanan kuat namun lembut, mengecupnya berkali-kali, menggoda dengan cara yang teramat sensual.Ciuman panjang itu akhirnya berakhir, saat Hinata memukul dada Sasuke.
Napasnya memendek, butuh pasokan oksigen didalam paru-parunya, bahkan jantungnya terasa mau meledak.
Sasuke mengusap bibir bawah Hinata dengan lembut, perlakuan yang membuat gadis itu semakin merona.
Hinata merengut, memeluk Sasuke demi menyembunyikan wajahnya yang memerah seperti tomat matang.
Sasuke tertawa geli, mengusap kelapa Hinata yang kini berada didadanya.