17

2.7K 248 14
                                    

"Kau adalah adikku." Pernyataan Neji terngiang dikepalanya, seperti dengung lebah yang mengerubungi sarangnya.
Kepalanya pusing.
Diantara kebingungan dan keterkejutan yang menyerang, Hinata ingin mencari tau.
Meski tidak yakin atas siapapun itu, Hinata berniat untuk menemui Neji.
Menuntut sebuah penjelasan yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman.
Tentu saja, karena deklarasi itu, otaknya tak bisa berhenti untuk berpikir, terus saja berputar untuk mencari sebuah celah yang mungkin saja masih tersimpan dalam kepalanya, tapi sialnya nihil. Ia tidak pernah ingat apapun tentang Hyuuga dan segala jenisnya.

"Sasuke-nii, kau bisa mengantarku ketempat Neji-san ?"

Hinata bertanya disela kunyahan sarapannya, menatap Sasuke yang kini membalas tatapannya.
Ketika tatapan mereka bertemu, Hinata juga bisa melihat betapa lelahnya kakaknya itu.
Tentu saja, Hinata tidak bisa tidur semalam suntuk, dan Sasuke layaknya seorang ibu yang menemani anak bayinya yang rewel.

"Tentu saja, aku akan mengantarmu."
Dan sialan brengsek itu harus bertanggung jawab karena membuatmu sampai seperti ini. Itu adalah kalimat terusan yang hanya bisa dikatakan dalam kepalanya.

Tangan Sasuke terulur untuk mengelus pipi Hinata dengan hati-hati.
Ponselnya berdering, menampilkan nama Hyuuga Neji dilayarnya.
Panjang umur, batinnya.
Menekan gambar telpon warna hijau, Hinata tersentak saat mendengar suara Neji diujung sana.

"Uchiha-san, apa kau bersama Hinata sekarang ?"

Hinata menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengupas apel, mendengar nada suara dengan kepanikan didalamnya.

"Tentu saja. Ada apa ?" Suaranya ketus, dan Hinata langsung menyorot tajam pada kakaknya itu.

"Bisa kau antar Hinata ke Assistance Publique Hôpitaux, ayahku kritis."

Sasuke mengerling kearah Hinata yang kini mengigit bibir bawahnya dengan wajah cemas.
Gadis itu mengangguk cepat, memberi izin agar Sasuke mengatakan bahwa dirinya akan datang kesana.

"Baiklah. Aku akan kesana."

"Terimakasih."

Sambungan itu terputus, dimana Hinata langsung beranjak dari tempat duduknya, berjalan cepat ke kamar untuk mengambil tasnya.
Tidak yakin dengan apa yang sedang bergulat dalam dirinya, tapi Hinata merasakan kecemasan yang tidak bisa dijelaskan.
Sesuatu yang membuat jantungnya berdetak kencang, hingga terasa sakit.

Hinata berhenti tepat didepan cermin hias besar yang ada dikamarnya, mengamati sosoknya dalam bayang.
Berapa kalipun dirinya berkaca, sosok itu tetaplah seorang Hinata. Uchiha Hinata.
Nama yang telah dipakainya seumur hidup ini, dimana ia tidak mengenal nama lain selain Uchiha Hinata.
Mendesah begitu dalam, ketika oksigen terasa kurang dalam rongga dadanya.
Hinata berjalan keluar kamarnya, merasa bodoh atas dirinya sendiri.

"Sasuke-nii, cepatlah."

Gemas sekali melihat Uchiha Sasuke yang seperti itu.
Sudah tau jika Hinata ingin segera pergi, lelaki itu malah terlihat malas-malasan, bahkan untuk sekedar bangkit dari kursinya saja terlihat enggan.

"Baiklah, Hime."

Menyerah. Sasuke bangun dari tempatnya, mengambil kunci mobil dan berjalan menyusul Hinata yang kini sudah berada diambang pintu.
Sasuke hanya merasa, entahlah.
Dirinya hanya tidak rela jika ada orang asing yang mengaku-ngaku jika Hinata adalah adiknya.
Terlebih jika orang asing itu adalah Hyuuga Neji.

*

Dari tempatnya berdiri, Hinata bisa melihat Shion dan Neji yang langsung berdiri dari duduknya, seolah menyambut Hinata yang kini berjalan mendekat kearah mereka.
Sasuke yang menyadari ketidaknyaman Hinata, melingkarkan tangannya dipinggang gadis itu, mengusapnya lembut.
Hinata sedikit mendongak untuk melihat sorot mata diwajah kakaknya, tersenyum saat tatapan mereka bertemu.
Setidaknya, hal itu bisa meredakan kecemasannya, membantunya menyelamatkan diri dari situasi yang tidak nyaman ini.

ROSEMARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang