11

3.1K 319 7
                                    

Hinata memandang layar ponselnya dengan nanar, pikirannya benar-benar tak karuan.
Antara merindu tapi juga takut.
Hinata begitu tergoda untuk menghubungi Sasuke, setidaknya dirinya bisa merasa lebih tenang setelah mendengar suara lelaki itu.

Tapi, Hinata takut jika ibunya tau.
Ahh, membayangkan bagaimana Mikoto akan memarahinya sudah membuatnya bergidik.
Mikoto memang sangat penyayang, tapi jika jiwa iblisnya muncul, jangan harap ada yang bisa lepas darinya.
Bahkan untuk Hinata sekalipun.

Menyerah. Melemparkan ponselnya disisi ranjang, mengamati ponsel ditangannya malah membuatnya sakit kepala.
Hinata harus segera tidur, karena besok adalah hari penting untuknya.
Jangan sampai dirinya membuat kecewa semua orang karena tingkahnya yang kekanakan.

Jadilah gadis dewasa, Uchiha Hinata. Menekankan pikiran itu dalam kepalanya, membuatnya perlahan memejamkan mata dengan sebuah perasaan gelisah.
Katakanlah, gundah gulana.

Itachi mengintip dari balik pintu kamar adiknya yang tidak terkunci.
Mengetikkan sesuatu dilayar ponselnya dan mengirimnya.
Itachi menghela napas, kembali menutup pintu kamar Hinata setelah yakin jika gadis itu sudah tidur.

Ibunya benar-benar hebat dalam memperalat putranya, menjadikan Itachi mata-mata dan secara rutin mengiriminya pesan tentang apa saja yang dilakukan Hinata.
Intinya, memastikan agar Hinata tidak menghubungi Sasuke untuk beberapa waktu ini.

Itachi sebenarnya tidak paham, apa salahnya jika mereka masih saling berhubungan ?
Atau, apakah ibunya sedang mencoba memastikan, seberapa besar perasaan kedua bocah itu ?
Ahh, entahlah. Semakin memikirkannya, semakin membuatnya penasaran.

*
Hinata benar-benar kesulitan bernapas, bukan karena pakaiannya ataupun sepatunya, hanya kegugupan yang sedang mempermainkannya tanpa ampun.
Tapi gadis itu mengingatkan dirinya sendiri, meyakinkan bahwa dirinya seorang Uchiha sekarang.
Tidak ada kata takut ataupun ragu, menghela napas dengan mengusap pelan dadanya, Hinata mencoba menyunggingkan senyum dengan penuh kengerian.

Uchiha Izumi tertawa saat melihat Hinata yang seperti cacing kepanasan.
Perempuan itu mendekat dan memberi pelukan pada keponakannya, membuat Hinata menoleh dengan cepat saat aroma segar yang dihapalnya itu tercium hidungnya.

"Bibi, aku sangat gugup." Keluhnya dengan wajah pucat.
Izumi mengusap lembut wajah Hinata yang terpoles makeup natural dengan lipstik warna mauve yang mempermanis penampilannya.

"Jangan khawatir sayang, semua akan baik-baik saja."

Hinata harap perkataan itu bisa menjadi sedikit obat untuk mengatasi ketidaknyamanan dalam dirinya, mengatasi jantungnya yang berdetak dengan terlalu cepat.
Meski kenyataan, dirinya masih merasa terlalu gugup untuk bisa berbicara didepan beberapa orang.

Ahh, disaat seperti ini biasanya Sasuke akan menenangkannya.
Apapun caranya, lelaki itu selalu bisa membuatnya merasa jauh lebih baik.
Sasuke memang sialan, membuatnya bergantung seperti ini.

"Hinata, ayo masuklah."

Inilah akhirnya, dimana Hinata memang tidak bisa lagi bersembunyi.
Harus bisa menghadapinya, harus bisa.
Bagaimanapun, dirinya dibesarkan dalam keluarga yang hebat.
Setidaknya, Hinata harus mengambil sedikit kehebatan itu untuk dirinya.

Berdiri didepan beberapa dewan direksi dan para petinggi LaDesaign, Izumi secara gamblang menjelaskan siapa Hinata dan kedudukan apa yang akan diambilnya.
Mayoritas tidak ada yang keberatan, mengingat Hinata adalah anak dari pemilik perusahaan.
Meskipun hanya anak angkat.

"Perkenalkan, saya Uchiha Hinata. Mulai hari ini, saya akan bergabung bersama kalian. Mohon bantuannya."

Hinata menatap satu persatu pada setiap pasang mata yang kini mengarah padanya.
Sedikit usaha agar orang lain respek padanya.
Menyunggingkan senyum tipis yang menawan, ketika mendapat tepuk tangan yang menggema diruangan.

ROSEMARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang