Hinata tidak yakin harus bereaksi seperti apa, saat melihat Sasuke dengan apron didepan badannya, menyiapkan sarapan dengan cekatan.
Bahkan lelaki itu mengusir Hinata yang mencoba masuk ke dapur, memintanya duduk manis dan menunggu di meja makan.
Ekspresi wajahnya melembut, Hinata memang tidak pernah bisa marah lebih dari 1×24 jam.
Bahkan sekarang, dirinya sudah kembali jatuh cinta pada seorang Uchiha Sasuke.Lelaki yang kemarin malam sempat dimakinya didalam kepala, lelaki yang sering membuatnya menangis dengan tingkahnya yang sebenarnya tidak disengaja.
Tidak tau, pelet apa yang digunakan lelaki itu sampai bisa membuat Hinata seperti ini.
Menopang dagunya dengan kedua telapak tangan, Hinata memperhatikan omelet buatan Sasuke, juga segelas susu coklat hangat, dan beberapa potong buah jeruk.Lelaki itu tidak duduk dikursi, tapi berlutut didepan Hinata yang kini duduk dengan wajah tenang.
"Maafkan aku, Hime."
Meraih telapak tangannya, Sasuke menciumi telapak tangan Hinata, wajahnya memelas dengan senyum manis yang terlihat menggemaskan.
Hinata masih berpura-pura tak bereaksi, diam dengan wajah datar."Ya ? Ya ? Hime, sorry please." Ohh, siapa yang bisa tahan melihat wajah anak anjing yang menggemaskan itu, Sasuke membawa tangan Hinata kepipinya, menahannya disana dengan tatapan begitu hangat.
Hinata berdehem, tidak sanggup dengan godaan yang ada didepan matanya.
"Aku memaafkanmu. Tapi, jelaskan padaku." Katanya dengan wajah yang pura-pura galak.
Sasuke tersenyum lebar, langsung berdiri dan membawa Hinata dalam pelukannya.
Gadis itu terpekik ketika merasakan tubuhnya melayang, sebelum Sasuke mendudukkannya diatas meja.
Dengan gerakan perlahan, wajah lelaki itu mendekat, memiringkan kepala agar bisa meraih bibir Hinata yang terasa manis seperti apel, efek lipbalm yang dipakai gadisnya.Ciuman itu membawa debaran yang tidak biasa dalam diri Hinata, ketika tangan Sasuke mengusap punggungnya yang berbalut blouse satin tipis dan halus, bibirnya mengecup, melumat dan menghisap habis bibir Hinata.
Menelusupkan lidahnya dicelah bibir Hinata yang seidikit terbuka, membelit lidah Hinata, menghisapnya dan mempermainkannya hingga kehabisan napas.Wajah Hinata memerah, menyandarkan kepala didada Sasuke, napasnya masih ngos-ngosan, dengan bibir sedikit bengkak akibat ulah Sasuke.
Lelaki itu tersenyum, mengusap lembut punggung dan kepala Hinata, menciuk kening gadisnya dengan sayang.
Sementara Hinata hanya bisa memejamkan mata, menikmati sentuhan Sasuke sekaligus ungkapan sayang dari lelaki itu.*
Hinata dengan wajah bingung, menoleh pada Sasuke, ketika lelaki asing yang dilihatnya kemarin ada diruangan kakaknya.
Ia sedang menyerahkan beberapa laporan untuk ditanda tangani oleh direktur, dan lelaki itu masih terlihat begitu aneh bagi Hinata.
Dengan rambut panjang yang terlihat nyentrik, sosok itu mengingatkannya pada Itachi yang juga memanjangkan rambutnya."Hai, bukankah kita bertemu kemarin ?" Lelaki itu menyapa lebih dulu, Hinata menampilkan senyum manisnya.
Berusaha ramah pada orang asing."Ahh, kurasa begitu." Katanya, singkat dan kaku.
Sasuke barusaja selesai menandatangani sebuah kontrak dimap terakhir, ketika matanya beralih pada interaksi kedua manusia itu.
"Hinata, ini Neji. Neji, ini Hinata, adikku."
"Hyuuga Neji,"
Hinata menerima uluran tangan yang terarah padanya, menjabatnya dengan gaya anggunnya yang sopan.
"Uchiha Hinata." Katanya, bibirnya mengulas senyum, bahkan ketika melihat raut wajah terkejut yang segera disembunyikan lelaki itu.
Hinata tidak ambil pusing, mengambil kembali berkas yang awalnya diserahkan pada Sasuke, segera keluar dari ruangan itu.