Hinata kembali datang ke Rumahsakit, dan menemukan Hyuuga Neji dengan wajah lelah.
Lelaki itu menundukkan kepala, terlihat seperti sedang melamun.
Disampingnya ada Shion, Hinata heran saja melihat betapa baiknya perempuan itu.
Sangat berbeda dengan Shion yang dulu sempat dibencinya setengah mati.Langkah penuh keraguan miliknya menarik perhatian, dimana Shion yang lebih dulu melihatnya.
Perempuan itu bangkit dari tempat duduknya, tersenyum manis saat melihat Hinata ada didepannya.
Membalas senyum itu dengan wajah kaku, Hinata mendekat pada mereka."Syukurlah, kau masih mau datang."
Hyuuga Neji terlihat sumringah melihat keberadaan Hinata disana.
Wajar, karena Hinata sangat marah kemarin, belum lagi tentang Sasuke yang memberinya peringatan.
Neji khawatir saja, jika Hinata benar-benar tidak mau datang lagi untuk melihat ayahnya."Kurasa, aku harus segera menyelesaikan ini." Ujarnya dengan wajah tenang.
Neji berdiri, kini berhadapan dengan Hinata.
Dari jarak sedekat ini, Hinata baru menyadari bahwa mereka memiliki iris mata yang sama, meskipun wajah Neji terlihat lebih tegas, sementara Hinata dominan dengan wajah lembutnya.
Sekarang Hinata mulai bertanya-tanya, seperti apa rupa kedua orang tuanya.
Terutama ibunya, ia sangat ingin tau."Ayo ikut aku." Katanya, sebelum menoleh pada Shion dan dibalas anggukan oleh perempuan itu.
Hinata mengikutinya, masuk kedalam ruangan, dimana ada seorang pria tua yang kini terbaring diranjang dengan mata terpejam.
Hinata tidak mampu menahan diri, kembali merasakan kesenduan yang menguar dalam dadanya.
Perasaan dimana dirinya ingin menangis, dimana Hinata ingin memeluk pria tua yang terlihat begitu menggenaskan itu, seperti sekarat."Itu adalah ayah kita, Hyuuga Hiashi."
Hinata tidak bereaksi, hanya tubuhnya yang berjalan mendekat pada sosok yang disebut ayahnya.
Tepat saat Hinata berada didekat Hyuuga Hiashi, lelaki itu membuka matanya dengan susah payah.
Saat tatapan mereka bertemu, Hinata bisa mengenali ekspresi terkejut itu diwajah Hiashi, matanya sedikit terbelalak, dengan bibir terbuka tanpa suara."Hikari," panggilan yang membuat Hinata mengernyit, berpikir seberapa halu pria itu ?
Neji mendekat kearah mereka, membantu ayahnya yang mencoba untuk mendudukkan diri."Ini Hinata ayah, putri ibu." Jelasnya.
Situasi kaku namun tidak membuat haru.
Hinata tidak merasakan apapun selain jantungnya yang berdetak kencang, tidak ada sebuah kerinduan yang menyeruak, tidak ada melodrama yang tiba-tiba muncul dan tidak ada sebuah perasaan cinta atau semacamnya.
Hanya biasa saja, dimana Hinata seperti berbicara dengan orang asing yang baru ditemuinya.Hiashi menyunggingkan senyum tipis diwajahnya yang terlihat penuh kekaguman.
Tatapannya tak lepas dari Hinata, sejak beberapa waktu yang lalu, dan itu membuat Hinata jengah bukan main."Kau sangat mirip ibumu, nak." Suaranya terdengar serak saat mengatakannya.
"Benarkah ?" Hinata nampak kaku, menyadari ketidaknyamanan yang begitu mengganggu.
Suara pintu terbuka menyadarkan ketiga manusia itu, dimana Hinata yang lebih dulu terbelalak dengan wajah terkejut.
"Ibu," panggilnya ketika Uchiha Mikoto berdiri disana, secara mendadak dan tanpa pemberitahuan apapun padanya.
Hinata beranjak dari tempat duduknya, menghampiri ibunya yang kini menguarkan aroma ketegangan yang sangat tidak masuk akal.Mikoto memeluk Hinata dengan erat, sebuah proteksi asing yang tidak dimengerti Hinata.
Seolah-olah, Hinata sedang berada dikandang macan, dan ibunya yang seorang hero datang untuk menyelamatkannya.