05

4.6K 425 9
                                    

Hinata sudah berada dalam dekapan Itachi, dimana hal itu membuat Sasuke mendengus tak senang.
Sebuah kejutan yang sangat menyenangkan, Itachi dan Hani pulang tanpa memberitahu siapapun.
Alih-alih mencari ibunya, Itachi langsung menuju kamar Hinata, dimana ada Sasuke juga disana.
Hinata sedang libur kuliah, dimana hal itu dimanfaatkan untuk membersihkan kamarnya yang terasa penuh.

"Kenapa tidak mengatakan apapun padaku, Itachi-nii ?"

Karena perbedaan tinggi badan mereka, Hinata harus mendongak demi melihat wajah tampan kakak sulungnya, dengan mata lebar yang nampak menggemaskan.

"Surprise !" Hinata tertawa melihat tingkah konyol kakaknya itu.
Rasanya sudah sangat lama dirinya tidak melihat kekonyolan Itachi, dan itu membuatnya rindu setengah mati.

Merasa keberadaannya diabaikan begitu saja,Sasuke berdehem keras sambil memukulkan sebuah penggaris besi panjang dilantai kamar Hinata, membuat Itachi dan Hinata sama-sama terkikik dengan ulah lelaki itu.

Bukannya melepas pelukannya, Itachi malah mengeratkannya, membuat Hinaya bersandar didada kakaknya dengan tatapan mengejek pada Sasuke yang nampak jengkel ditempatnya.

"Sasuke-nii keluarlah, jangan menggangguku." Hinata memang sengaja membuat Sasuke kesal.
Sebuah konfrontasi yang sangat epik.

"Aniki, kenapa kau menularkan virusmu pada Hinata ?"

Itachi mengangkat bahu dengan ringan, tertawa sambul mengacak pelan rambut Hinata.
Virus Itachi adalah membuat Sasuke jengkel, dan sekarang itu dilakukan oleh Hinata.
Gadis kecil kesayangannya itu mendadak nakal, dengan senang hati mengibarkan bendera perang pada Sasuke.
Hinata memang tidak pernah takut pada Sasuke sejak dulu, karena kakaknya itu yang selalu menjaganya, sementara Itachi dengan senang hati akan memanjakannya.

Sasuke mendengus keras, sebelum keluar dari kamar Hinata.
Masih ada pekerjaan yang harus dirampungkannya.
Untuk sementara, Sasuke mengalah.
Membiarkan Itachi mendominasi Hinata.
Tapi nanti, tidak ada lagi.
Tidak akan ada yang bisa mendominasi Hinata selain dirinya.

*

Berapa kalipun Hinata berpikir, dirinya masih merasa tak nyaman.
Hinata memang mencintainya, tapi cinta juga butuh logika bukan ?
Dan logikanya adalah, Sasuke adalah kakaknya.
Meski bukan kakak kandung, norma sosial di masyarakat pasti akan melihatnya dengan tatapan berbeda.
Dan Hinata juga tidak ingin membuat keluarga Uchiha malu.

Hinata terlalu banyak berpikir, sampai tidak menyadari jika Sasuke sudah masuk kekamarnya, bersandar pada pintu dan mengamati Hinata yang kini duduk disofa panjang dekat jendela.
Gadis itu nampak serius dengan apapun yang sedang bermain dalam kepalanya, bahkan tatapannya tak lekat dari pemandangan diluar sana.

Sasuke menggeser tubuh Hinata secara mendadak, membuat gadis itu terhenyak dan menoleh cepat kearah manusia yang kini duduk disampingnya.

"Sasuke-nii, kenapa selalu mengagetkanku ?" Hinata mengusap dadanya, menenangkannya dari keterkejutan yang terasa sampai jantungnya.

Uchiha Sasuke mengangkat bahu dengan ringan, menelusupkan tangan untuk membawa pinggang ramping itu dalam jangkauannya.
Hinata hanya bisa tersenyum samar saat Sasuke menyandarkan kepala dibahunya, mengecupi leher samping Hinata dengan lembut, membuat gadis itu meremang kegelian.

"Sasuke-nii, jangan seperti ini."

Entahlah. Hinata hanya merasa ragu dengan dirinya.
Membiarkan Sasuke bertingkah seperti ini terasa janggal dalam pikirannya.
Uchiha Sasuke menghela napas tertahan, melepaskan pinggang Hinata dan beralih kewajah gadis itu.
Merangkumnya dengan kedua telapak tangan,dengan ibu jari mengusap lembut pipi Hinata yang memerah.
Sasuke menyeringai, jenis godaan yang membuat Hinaya meneguk ludah dengan susah payah.

"Apa harus kuulangi ? Aku mencintaimu, Uchiha Hinata."

Hinata hampir mengatakan sesuatu,bibirnya terbuka ketika Sasuke menggeleng pelan.
Menyatakan bahwa dirinya masih belum selesai bicara dan meminta Hinata untuk diam, mendengarkan apapun yang akan dikatakannya.

"Jangan menyangkal, Hinata. Aku tau kau juga menyukaiku. Bukan begitu ?"

"Tapi, Sasuke-nii..."

Perkataan Hinata terputus, ketika Sasuke memajukan wajahnya.
Mencium bibir Hinata dengan lembut, dimana gadis itu hanya bisa terbelalak tak percaya dengan apa yang dilakukan Sasuke.
Jantungnya merespon lebih cepat, berdebar dengan kencang dan berisik.
Hingga Hinata merasa sedikit sesak, sedikit sakit tapi menggelora.

Sasuke hanya mengecupnya saja, mengatakan secara tak langsung agar Hinata tidak takut dengan apapun yang berasa diluar kamarnya.

"Jangan khawatirkan apapun," bagai mantra sihir dengan kekuatan magis, Hinata terhipnotis dengan tatapan itu.
Juga suara semanis madu yang mengalun mersu ditelinganya, membuatnya tanpa sadar menganggukkan kepala.

"Mulai hari ini, jangan memikirkan lelaki lain, jangan perhatian pada lelaki lain, dan jangan mendekat pada lelaki manapun juga.
Uchiha Hinata, kau hanya boleh memikirkanku, melihatku dan berada dalam jangkauanku."

Hinata merengut, meraih tubuh besar  Sasuke dengan dekapan lembut.

"Egois sekali," gumamnya. Dengan nyaman menempelkan kepala didada bidang Sasuke.

Uchiha Sasuke tersenyum miring, mengelus kepala Hinata dengan sebelah tangan mengeratkan pelukannya.
Meski tidak yakin dengan apa yang akan terjadi kedepannya, untuk saat ini Sasuke bahagia.
Hinata hanua tidak tau, betapa gilanya lelaki itu saat melihat Hinaya dekat dengan teman lelakinya.
Meskipun sudah lama mengenal teman-teman akrab adiknta, Sasuke masih merasa cemburu tiap kali Shikamaru mengelus kepala Hinata, atau Naruto yang sering menempel pada gadisnya.
Rasanya, membiarkan Hinata berkeliaran diluar sana adalah sesuatu yang berbahaya.

Uchiha Hinata hanya bisa merasa bahagia atas kejadian ini.
Dirinya yang terlalu takut mengungkapkan, hanya bisa melihat.
Dan tiap kali Sasuke membawa perempuan kerumah, dan dikenalkan sebagai pacarnya, rasanya kepalanya panas sampai ubun-ubun.
Membuat Hinata sensitif berkepanjangan dan mulai jengkel dengan dirinya sendiri, seolah apapun yang dilakukannya tidak benar.
Sangat obsesif, dan sialnya ia tidak bisa mengendalikan dirinya untuk hal itu.
Rasanya, Hinata seperti wanita tua yang mudah diserang kepanikan.
Bahkan Ino dan Sakura sering mengejeknya, tidak jarang puka mengerjainga.
Ahh, sangat memalukan.

.
.
.
.
Up ngebut, tapi ngawur 😂😂
Mohon dimaafkan 🙇‍♀️

Vote please ❤❤

ROSEMARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang