Chapter 3: Siti Nurbaya

64K 3K 9
                                    

"Temen-temen! Malem ini gue traktir makan di Sate Khas Jawa yah!" Randy tiba-tiba teriak. Anak buahku yang tadinya lesu langsung semangat dan bersorak-sorak. Aku hanya bisa senyum melihat tingkah konyol mereka. Aku melanjutkan acara beres-beres. Julian yang tadinya berdiri di sebelahku sudah tidak kelihatan batang hidungnya. Untunglah dia akhirnya menjauh juga. Aku mengambil pakaian gantiku dan berjalan menuju ruangan ganti. Aku mengganti bajuku yang sudah basah kuyup dengan pakaian kering yang kubawa. Setelah mengeringkan rambut, aku membawa baju kotorku keluar dari ruangan ganti dan bersiap untuk pulang.


"Loh, lo ngga ikut makan bareng kita-kita?" Sella bertanya saat melihat aku yang sudah siap untuk pergi.


"Kayaknya ngga deh. Gue capek banget. Mau tidur aja dirumah." Aku memang saat ini benar-benar capek.


"Lo kan belom makan seharian." Sella berbicara dengan nada khawatir.


"Gue pesen makan aja di rumah." Aku membalas.


"Lo yakin?" Sella lagi-lagi bertanya dengan nada khawatir.


"Iya. Kalian have fun deh." Aku berbicara sebelum akhirnya jalan ke arah Randy dan Valencia untuk Pamit.


"Ren, Val, gue ngga ikutan makan-makan deh ya. Sorry banget. Gue bener-bener capek hari ini." Aku mengutarakan maksudku ke mereka berdua.


"Lo yakin? Tujuan gue ajak yang lain makan kan biar kita bisa makan bareng." Randy berbicara dengan nada kecewa.


"Iya. Lagian emangnya lo ngga mau ngobrol lebih banyak sama Julian?" Valencia ikut angkat bicara.


"Julian? Kenapa sama Julian?" Aku bertanya heran. Aku dan Julian baru saja bertemu hari ini, tapi kenapa tingkah mereka menunjukkan kalo mereka ingin sekali menjodohkanku dengannya? Aku melihat senggolan yang dilontarkan Randy ke tangan Valencia.


"Gue liat kalian di pinggir kolam tadi. Tatapan kalian kayaknya ngga main-main. Gue kira ada sesuatu diantara kalian." Valencia berbicara seakan-akan dia menahan sesuatu.


"Ngga lah. Mana mungkin ada apa-apa antara gue sama dia. Kenal aja baru beberapa jam yang lalu." Aku berusaha meluruskan kesalah pahaman yang Valencia tangkep. Ini semua gara-gara ulah Julian yang aneh itu. Bikin orang lain salah paham aja.


"Lo yakin? Jarang-jarang loh Julian perhatian sama cewek. Gue kira kalo kalian emang tertarik satu sama lain, gue ada niat untuk bantuin kalian." Cengiran di bibir Valencia tidak hilang selama ia berbicara. Sepertinya dia sudah punya ide sendiri tentang aku dan Julian.


"Thanks banget tawarannya, but no." Aku menolak tawarannya. Kenapa sih semua orang niat sekali untuk menjodohkanku? Memang ada salahnya jika aku masih single sampai sekarag? Aku kan belum terlalu tua juga,


"Gue pulang dulu ya. Bye." Aku melambaikan tangan ke mereka berdua.


Sorot wajah Randy dan Valencia menunjukan ekspresi kecewa saat aku menolak ajakan makan mereka. Aku juga merasa bersalah, tapi aku tidak akan kuat menyetir pulang jika aku harus ikut mereka makan sampai larut malam. Ini benar-benar saat dimana aku rindu dengan kasurku. Aku menyerahkan urusan beres-beres kepada anak buahku. Setelah semua urusan selesai, aku menyetir pulang ke apartemenku. Selagi memesan makanan, aku-pun menyiapkan baju untuk mandi dan keramas. Setelah makanan datang, aku langsung melahap makanan itu dan tidur. Sudah seperti kerbau saja aku ini, habis makan tidur.

Possessive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang