Chapter 19: Epilog

80.8K 2.9K 53
                                    

Karena beberapa minta tambahan cerita, dibutalah epilog ini.

Happy reading!

*************************************************

Semakin banyak waktu yang aku habiskan dengan Julian, otakku berubah menjadi semakin mesum saja. Mungkin aku sudah tertular penyakitnya. Atau mungkin juga, aku merindukan sentuhannya karena Julian terlihat sibuk beberapa hari terakhir ini sehingga waktu bersama kami berkurang. Setiap malam dia habiskan untuk menatap layar laptopnya seperti hari ini. Dia masih saja memakai kemeja yang dia pakai tadi pagi. Sejak pulang dari hotel sore tadi, dia langsung membuka laptopnya tanpa mandi. Aku melihat sosok yang sedang duduk di atas kasur itu. Walaupun dia belum mandi dan berantakan, dia masih saja terlihat tampan. Aku bisa melihat dada bidangnya dari sela-sela kemejanya karena kancing yang terbuka. Keinginanku untuk menyentuhnya semakin kuat saat melihat ketampanannya yang semakin memancar karena muka seriusnya yang memandang layar laptop. Aku mengalihkan pandanganku ke arah TV yang sedari tadi menyala tapi tidak kutonton karena sibuk memandangi Julian. Aku akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah rumah untuk meredakan nafsuku yang tidak tahu kenapa muncul. Sejak kami menikah, kami pindah ke sebuah rumah yang memang khusus dibangun oleh Julian jauh hari sebelum kami menikah. Katanya dia memang selalu menginginkan rumah berhalaman luas agar anak-anak kami nanti memiliki tempat yang luas untuk bermain.

 

Aku pergi menuju dapur dan meneguk segelas air untuk menenangkan pikiran dan adrenalinku. Memang tidak ada salahnya sih merasa bergairah, apalagi dengan suami sendiri. Tapi, aku tak mau membuatnya lebih lelah lagi karena keinginanku itu. Lagipula, sebagai istri yang baik, aku seharusnya menjadi supporter yang baik. Aku akhirnya memutuskan untuk membuatkan snack untuk menemaninya bekerja. Aku memotong melon, semangka, anggur dan stroberi dan mencampurnya dalam sebuah mangkok. Aku juga memasukkan madu dan beberapa es batu dan mengaduk-aduk isi mangkuk. Setelah selesai, aku membawa mangkuk berisi buah-buahan itu ke dalam kamar. Julian yang melihatku masuk ke dalam kamar dengan membawa makanan, segera tersenyum. Dia memang suka sekali menyemil saat melakukan pekerjaannya. Aku tahu itu sejak aku tinggal bersama dengannya. Aku kembali duduk di sebelahnya dan memangku mangkuk itu. Aku menyendok salah satu buah dan menyuapinya. Dia memakannya.

 

Thanks yang.” Katanya sambil kembali menatap layar laptopnya.

 

Aku akhirnya menyuapinya sambil menonton TV. Tiba-tiba saja handphone-ku bergetar. Aku memeriksa handphone-ku dan melihat bahwa ada sebuah pesan dari Grayson. Dia mengirimkan foto liburannya dengan Valentino. Mereka sedang berlibur ke Florida. Dia memang selalu memamerkan kemesraannya di depanku.

 

‘Pamer terus.’ Balasku pada Grayson.

 

‘Hahahaha. Biarin. Gimana hubungan lo sama Julian?’ Grayson membalas.

 

‘Masih biasa aja. Dia sibuk sih akhir-akhir ini.’ Balasku.

 

‘Ya ampun. Pengantin baru kasian banget. Resiko lo deh kawin sama pemilik hotel terkenal.’ Grayson malah meledek.

 

‘Nyebelin banget sih lo. Udah sana mesra-mesraan sama Valentino. Jangan ngoles-ngolesin gue sama foto-foto mesra kalian lagi.’ Balasku.

Possessive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang