Chapter 13: After The Storm, Comes A Rainbow

45.1K 2.2K 12
                                    

Aku terbangun di lantai sebuah ruangan. Aku melihat Kak Melda yang duduk di sebelahku. Aku melihat keadaannya yang naas itu. Dia melihatku dan menangis. Aku belum pernah melihat sisi kak Melda yang seperti ini. Aku akhirnya memeluknya. Aku merasakan tulang kak Melda yang semakin terlihat jelas karena terlalu kurus. Sepertinya dia tersiksa sekali berada di sini. Aku mencoba untuk menenangkannya. Seseorang menarik kemejaku dengan paksa kebelakang. Aku segera melepasakan pelukanku dan jalan mundur ke belakang. Laki-laki itu muncul juga. Fabian. Aku mencoba untuk melepaskan diriku dari genggamannya tapi sangat sulit. Sepertinya dia sangat kuat sekali. Dia menarikku ke sebuah ruangan kosong berkasur.

 

“Saatnya mencoba makanan baru.” Katanya melepaskan baju dan celananya. Aku benar-benar melihatnya dengan pandangan jijik. Bagaimana bisa dia memperlihatkan bagian private-nya itu dengan mudah?

 

Stop! Lo ngapain sih?!” Kataku gugup melihat benda yang menggantung di badannya itu.

 

“Jangan malu-malu. Aku tahu kamu telah melakukannya dengan Julian.” Katanya.

 

“Lo salah besar. Gue ngga pernah ngelakuin ini sama Julian. Lo gila?!” Kataku berteriak. Dia semakin mendekat. Aku mencoba untuk menghindarinya tapi dia berhasil menangkapku.

 

“Lepas bajumu!” Dia menarik bajuku secara paksa. Aku mempertahankan bajuku sekuat tenaga. Aku menyeret diriku sendiri ke arah pintu. Aku menendang laki-laki gila itu berkali-kali tetapi dia masih tidak juga melepaskanku. Akhirnya bajuku robek. Kancing kemejaku copot dan badanku terekspose dengan jelas.

 

“Stop!” Kataku histeris. Dengan sekuat tenaga aku mempertahankan kain yang masih melekat di badanku.

 

“Jangan takut sayang. Aku akan memperlakukanmu dengan halus.” Katanya. Aku merasa jijik dengan mukanya.

 

Stop!” Kataku menahannya. Aku mencoba untuk membuka pintu tapi ternyata pintu itu terkunci.

 

Laki-laki itu menarik tanganku ke atas kasur dan menindihku dengan badannya. Aku merasa kotor saat benda bergelantung itu menyentuh perutku. Dia menarik celana panjangku turun dengan paksa. Aku mencoba memberontak, tapi dia menahan kedua tanganku di atas dengan tangannya. Dia berhasil memeloroti celana panjangku. Aku tidak mengenakan apapun kecuali bra dan celana dalamku. Dengan sekuat tenaga, aku melepaskan diriku dari tindihannya dan menendang kemaluannya sekeras yang aku bisa. Dia merasa kesakitan. Aku menggunakan kesempatan itu untuk berusaha kabur dari dalam kamar itu. Aku memutar pintu itu berkali-kali dan menariknya. Aku juga mendobrak pintunya sebisaku. Pintu itu masih juga tidak bergerak. Badanku ditarik kebelakang dan dia mencengkram tanganku kuat. Dia tiba-tiba saja memukulku terus-terusan.

 

“Bodoh! Kenapa kamu melakukan itu! Membuatku kehilangan nafsuku! Dasar perempuan pelacur! Kenapa kamu mau melakukannya dengan Julian tapi tidak denganku?! Apa karena hartanya?! Atau karena wajahnya yang tampan?! Saat aku melihatmu menolong seorang anak kecil untuk menangkap anjingnya di pinggir jalan itu, aku kira kamu berbeda. Aku kira kamu adalah malaikat yang diturunkan dari surga untukku. Ternyata semua wanita sama saja!” Katanya berkali-kali menamparku dan meninju mukaku. Aku tidak menyangka bahwa dia sudah menguntitku selama itu. Aku merasakan mukaku mulai lebam. Dia juga menendangku berkali-kali. Sepertinya dia menumapahkan seluruh kemarahannya padaku. AKu benar-benar merasa terlalu sakit untuk melindungi diriku sendiri.

Possessive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang