Aku menunggu Vivian dan Eric di lobby hotel bersama crew fotoku yang lainnya. Sudah lima belas menit kami menunggu tetapi kami belum menemukan batang hidung mereka juga. Mungkin mereka masih menikmati indahnya hotel. Kami memutuskan untuk mulai memasukkan peralatan foto ke dalam mobil agar saat Vivian dan Eric datang, kami semua sudah siap untuk pergi. Saat sibuk memasukkan peralatan, tiba-tiba Sella menepuk pundakku Aku menengok ke arahnya dan dia menunjuk ke arah Julian yang sedang berjalan ke arah kami.
“Gimana kamarnya oke ngga?” Tanya Julian.
“Bagus kok. Lo ngapain repot-repot kayak gitu.” Tanyaku.
“Tenyata lo suka juga yang kayak gitu?” Kata Julian tersenyum.
“Mana ada cewek yang ngga suka?” Kataku.
“Lo udah siap mau pergi lagi?” Tanyanya.
“Iya.” Kataku singkat.
“Sorry ya ngga bisa nemenin lo photoshoot. Gue bener-bener ada kerjaan disini.” Katanya.
“Siapa yang suruh lo nemenin gue? Emang lo pengasuh gue?” Kataku.
“Ngga sih, tapi kan sebagai cowok yang perduli, harusnya gue nemenin lo setiap saat.” Katanya. Lagi-lagi dia menunjukkan perhatiannya padaku.
“Ngga papa. Lagian tujuan gue kesini kan buat kerja.” Kataku.
Tak lama kemudian, Vivian dan Eric datang. Julian meninggalkanku untuk mengurus kerjaannya di Bali. Kami segera pergi menuju lokasi pemotretan selanjutnya di menjangan national park. Perjalanan kesana memakan waktu 2 jam dari hotel. Vivian dan Eric segera mengganti baju mereka di toilet terdekat dan setelah itu naik ke atas perahu di pinggir pantai. Aku membantu Vivian untuk menaiki perahunya. Dengan dress panjang dan perahu yang tak berhenti bergoyang, susah untuk Vivian naik ke atasnya. Aku dan crew lainnya menaiki perahu kedua yang akan mengikuti mereka. Sang pendayung mendayung perahu kami menelusuri rawa dan gua. Saat kami berada di tengah-tengah batu yang hijau, kami menghentikan perahu kami. Aku mulai memotret Vivian dan Eric yang berpose. Proses pemotretan berjalan selama dua jam karena mendayung dari tepi pantai sampai ke lokasi membutuhkan waktu setengah jam. Setelah menyelesaikan photoshoot di atas perahu, kami melanjutkan photoshoot di pantai. Proses pemotretan berakhir saat jam menunjukkan pukul 5 sore. Kami tiba di hotel pukul 7 malam. Karena semuanya sudah lelah, kami memutuskan untuk makan di restoran buffet yang ada di hotel saja dibandingkan dengan restoran di luar. Aku duduk diantara Sella dan Vivian.
“Lo kenapa ngga milih jadi fotografer di bali aja sih? Kan repot bawa-bawa fotografer dari Jakarta sedangkan lo mau foto di Bali.” Tanyaku pada Vivian.
“Lo patut di perjuangin. Pas gue liat hasil foto lo di majalah kita, gue udah kagum banget soalnya hasil jepretan lo bagus banget. Udah gitu pas gue baca artikel tentang lo di salah satu majalah wedding, gue langsung jatuh cinta deh. Ngga nyangka banget ternyata lo juga motret buat event kayak gini. Gue kira lo fashion fotografer doang. Gue langsung pengen pake lo.” Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Love
RomanceViola Hardinata Maxwell adalah seorang fotografer workaholic yang terkenal karena berhasil memenangkan penghargaan lomba fotografi di Italy saat dia masih kuliah disana. Cewek ini berhasil membuka studionya sendiri dengan client yang terdiri dari or...