Chapter 11: Things Happen

49.2K 2.3K 12
                                    

KAU MILIKKU

 

Gila! Bagaimana bisa ada tulisan seperti itu di atas kasurku? Melihat kamarku yang sudah diacak dan tulisan menyeramkan itu di kasurku, aku merasa semakin ketakutan. Orang itu sudah masuk ke dalam apartemenku. Aku seperti kehilangan benteng pertahananku. Julian lari mengejarku dan berdiri di sebelahku dengan tak kalah terpakunya.

 

“Kamar gue kayaknya berantakan.” Aku sadar bahwa suaraku sudah bergetar.

 

“Viola?” Dia memanggil namaku. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Tenggorokanku terasa tertekan.

 

Julian menarikku keluar dari dalam apartemenku dan menyuruhku untuk masuk ke mobilnya. Sepertinya dia ingin membawaku ke tempat lain. Kami tiba di depan hotelnya. Dia membawaku ke tempat VIP-nya seperti waktu itu. Dia menyuruhku duduk selagi dia sibuk menelepon seseorang. Tanganku masih tidak bisa berhenti bergetar. Aku sudah berusaha untuk sekuat mungkin tapi dengan terror yang terus-terusan seperti ini, aku merasa tidak kuat lagi. Aku menekan tanganku keras-keras dan berharap sakitnya akan menutupi rasa takutku. Tiba-tiba tubuhku dipeluk. Aku merasakan sesuatu yang aneh. Air mataku jatuh begitu saja. Sudah bertahun-tahun aku lewati tanpa menangis. Aku tidak menyangka semua tangisan itu akan tumpah hari ini. Julian memelukku semakin erat. Entah sudah berapa lama aku menangis. Air mata itu belum berhenti juga. Aku merasa sungguh lelah.

 

Aku terbangun. Suasana sepertinya sudah gelap karena hanya cahaya lampu yang menerangi ruangan. Aku menengok ke sebelahku dan melihat Julian yang sibuk dengan laptopnya. Aku merasa lega karena aku tidak bangun sendirian. Julian melihatku dan tersenyum.

 

“Lo udah ngga papa?” Tanya Julian lembut.

 

“Iya. Gue ngga papa. Sorry bikin lo khawatir. Lagi-lagi gue ngerepotin lo.” Kataku. Badanku masih terasa lemah.

 

“Ngga papa. I don’t mind. Justru karena ini, lo ngga akan ngehindar dari gue kan.” Katanya setengah bercanda.

 

“Masih bisa bercanda aja.” Kataku mencoba untuk senyum.

 

“Ngomong-ngomong, mau makan apa? Kita pesen room service aja.” Tanyanya.

 

“Lo aja deh. gue ngga nafsu makan.” Kataku.

 

“Lo harus makan. Badan lo udah lemes banget. Ntar makin ngga ada tenaga.” Katanya khawatir.

 

“Kalo gitu terserah lo deh. Lo pesen makanan yang lo suka aja.” Kataku. Aku benar-benar tidak berniat untuk makan saat ini.

 

“Ya udah. Gue pesen makanan dulu ya.” Katanya. Dia meninggalkanku untuk memesan makanan lewat telepon yang ada di ruang tamu. Aku merasa benar-benar lemah dan seperti tidak ingin bangun dari kasur tempatku tidur ini. Harus tinggal dimana aku malam ini? Apa aku harus balik ke studio lagi? Aku juga harus segera mencari apartemen baru. Aku sudah tak mau menapakkan kakiku di apartemen lamaku.

Possessive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang