Chapter 8: The Wedding

52.2K 2.4K 24
                                    

Lagi-lagi aku melihat kardus coklat itu di depan pintu apartemenku. Aku menyiapkan diri untuk kejutan yang akan kudapat saat membuka kotak itu. Aku membuka kotak itu dan menemukan sebuah boneka teddy di dalamnya. Kelihatannya kali ini kado yang normal. Aku memegang boneka lucu itu. Ada tulisan ‘press me’ di tag yang menggantung di telinganya. Aku memencet perut boneka itu. Saat itu juga aku merasakan tusukan seribu jarum dan tanganku mulai mengeluarkan darah. Sial! Aku menurunkan kewaspadaanku saat aku melihat penampilan boneka yang normal itu. Aku segera mengambil gulungan tissue yang ada di dekat dapur. Aku membersihkan darah yang menyelimuti tanganku dengan tissue itu. Aku bingung karena masih banyak video yang harus kue edit dan dengan tangan terluka seperti ini, aku tidak yakin bahwa aku akan dapat menyelesaikan semua video yang kubuat dalam deadline yang sudah kutentukan. Terlebih lagi, aku membutuhkan tanganku untuk membuat video pernikahan Valencia besok.

 

Tiba-tiba, bel pintu apartemenku terdengar. Dengan terburu-buru kututup kardus itu. Aku mencari-cari tempat yang tepat untuk menyembunyikannya. Aku memasukkan kotak itu dengan sembarangan ke dalam salah satu kabinet di dalam dapur. Saat itu juga, kudengar suara pintu apartemen yang baru saja terbuka. Aku pasti lupa mengunci pintunya lagi. Aku melihat muka Julian yang muncul di depanku dengan tersenyum. Senyum itu segera hilang saat ia melihat keadaan tanganku yang tanpa hentinya mengeluarkan darah.

 

“Viola?! Tangan lo kenapa?” Tanyanya segera memasuki apartemenku.

 

“Ngga papa kok.” Aku berusaha menyembunyikan tanganku di balik badanku.

 

“Kotak obat lo dimana?” Tanyanya. Aku menunjuk ke arah lemari tv.

 

Dia berjalan mendahuluiku ke arah lemari. Dia mengambil kotak obat itu dengan cepat dan sibuk mengeluarkan peralatan untuk membalut. Dia mulai mengobati tanganku dengan membersihkan darah dengan kapas. Ia lalu membersihkan lukaku dengan alkohol. Aku menahan rasa sakitnya dengan mengigit bibirku keras-keras. Setelah itu, dia mengolesi obat merah dan membalut tanganku dengan perban. Tahu dari mana dia cara untuk mengobati luka seperti ini? Setahuku, orang kaya seperti dia pasti tumbuh dengan dimanjakan gelimpahan harta yang tidak menuntutnya untuk belajar hal-hal sepele seperti mengobati luka.

 

“Gue udah tau semuanya.” Julian tiba-tiba saja memulai pembicaraan dan membuyarkan lamunanku saat mengobati lukaku.

 

“Maksud lo?” Tanyaku dengan heran.

 

“Lo cuman pura-pura aja kan sama Grayson?” Katanya.

 

“Lo tau dari mana?” Tanyaku curiga.

 

“Gue ketemu sama Grayson tadi siang di Gym hotel.” Kata Julian. Dasar Grayson ember sekali mulutnya.

 

“Gue juga tau alesan lo ngusir gue dari rumah lo tadi pagi.” Julian berbicara lagi.

 

“Hah?” Aku berpura-pura tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

 

Stalker kan?” Katanya singkat. Ini cukup membuatku berdebar. Aku tidak tau harus menjawabnya dengan apa.

 

Possessive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang