Chapter 10: You are Mine

55.9K 2.3K 18
                                    

Aku bangun dan mendapati Julian yang tertidur lelap di sebelahku. Aku segera bangun dan membenarkan baju handukku yang ternyata sudah berantakan. Ya ampun! bisa-bisanya aku tertidur di sini. Pasti Julian yang memindahkanku ke atas kasur. Aku bangun dari kasur tanpa membangunkan Julian. Aku berjalan ke arah ruang tamu. Aku membalas whats app dari Grayson yang ternyata sudah menumpuk dari semalam. Aku memberitahunya untuk tidak cemas karena ternyata aku tertidur di hotel Julian dan tidak sempat membalas chat-nya. Aku melihat ke arah teras yang menunjukkan pemandangan laut. Melihat pemandangan ini di pagi hari membuatku merasa damai.

 

Marry me. Lo bakal bisa liat pemandangan ini tiap hari.” Suara itu muncul dari belakangku. Dia menaruh kedua tangannya di sekitarku dan memegang pinggir pagar teras. Aku merasakan gesekan tubuhnya yang hanya keluar dengan mengenakan celana tidurnya. Kenapa Julian harus ganteng dan berbadan bagus. Kenapa dia bukan bapak-bapak botak yang berperut buncit. Aku akan dengan mudah menolaknya jika ia berpenampilan tidak menarik. Aku masih tidak bisa membiarkan fokusku saat ini teralih.

 

“Jangan bercanda! Tar cewek lo kecewa denger lo ngomong kayak gini ke gue.” Kataku membalas perkataanya dan berusaha setenang mungkin.

 

“Cewek gue siapa lagi? Cewek dalam hidup gue cuman lo.” Katanya lembut. Aku berusaha untuk tidak terlena dan mengabaikannya. Apa maksudnya dia mengucapkan kata-kata itu? Apa dia lagi-lagi berusaha merayuku? Apa yang dia lihat dariku? Aku bahkan tidak secantik, seseksi atau sekaya perempuan-perempuan di sisisnya. Aku membandingkan diriku dengan perempuan yang menyiramku kemarin malam. Dandanannya seperti model dengan riasan dan baju bermerek. Aku merasa begitu kecil jika berada di dekatnya.

 

Sorry kemaren ketiduran.” Kataku mengalihkan pembicaraan.

 

“Ngga papa kok. Lagian sebagiannya salah gue juga.” Kata Julian.

 

“Ya udah. Gue mau pulang.” Kataku berusaha melepaskan kurungan yang Julian buat dengan tangannya itu.

 

“Lo ngga mau makan dulu? Gue bisa order room service.” Katanya.

 

“Ngga deh thanks. Gue mau buru-buru nih. Gue harus ke studio.” Kataku ke dia dengan cepat.

 

“Lo yakin? Lo juga ngga makan banyak kemaren malem.” Kata Julian. Tahu dari mana dia? Apa dia memperhatikanku kemarin malam?

 

“Ngga deh. Baju gue udah selesai di cuci belom?” tanyaku.

 

“Ada di gantungan kamar mandi.” Katanya.

 

Aku jalan menuju kamar mandi dan melihat dress-ku yang ternyata sudah tergantung di belakang pintu kamar mandi. Aku melepas baju handukku. Aku jadi teringat dengan kejadian semalam. Bisa-bisanya aku tertidur di sini dengan hanya menggunakan baju handuk. Apalagi harus seranjang dengan Julian yang tidak mempunyai status denganku. Aku segera menghapus pikiran itu dari kepalaku. Aku mandi secepat mungkin dan memakai dress-ku lagi. Aku baru sadar bahwa aku masih membutuhkan bantuan Julian untuk menarik Resletingnya ke atas. Aku keluar dari kamar mandi dengan memegangi dress-ku itu. Aku berjalan mencari sosok Julian yang tidak terlihat di ruang tamu. Ternyata dia sedang memakai kemejanya di dalam kamar tidur. Kenapa dia terlihat tampan di setiap apapun yang ia lakukan. Saat ini bahkan hati kecilku sudah berteriak agar aku segera memeluknya. Julian tiba-tiba menengok ke arahku seperti sadar bahwa aku memperhatikannya.

Possessive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang