Chapter 7: Bad Timing

45.3K 2.3K 6
                                    

Aku bangun di atas kasurku. Kepalaku benar-benar sakit dan perutku terasa mual. Aku melihat bayangan mukaku di balik kaca. Mukaku benar-benar kacau dengan make up yang luntur. Aku menyadari bahwa aku hanya menggunakan Bra dan panty karena angin AC menusuk kulitku. Aku menarik selimutku kembali dan mencoba untuk mengingat-ingat kejadian yang terjadi kemarin. Seingatku kemarin, aku meminum minuman yang disodorkan oleh bartender. Setelah itu, aku benar-benar tidak bisa mengingat apapun termasuk caraku pulang ke apartemen ini. Aku bersumpah tidak akan minum semabuk ini lain kali. Perasaan yang benar-benar tidak ingin kurasakan lagi. Aku pergi menuju kamar mandi untuk mencuci mukaku yang berantakan ini. Aku mencepol rambutku  dan menggosok gigiku. Aku berjalan ke dapur untuk meminum air karena tenggorokanku benar-benar kering. Aku menengok ke arah sofa dan hampir saja memuncratkan kembali minuman yang baru kuminum itu karena tersedak. Aku batuk berkali-kali untuk menggaruk tenggorokanku yang gatal. Aku melihat Julian yang tertidur di sofa rumahku dengan kemejanya yang sudah tidak terkancing sama sekali. Ya ampun. Kenapa dia bisa ada di sini? Kenapa juga pagi ini aku harus melihat pemandangan sebagus ini? Badannya yang sepertinya terawat itu terlihat dengan jelas. Sepertinya dia rajin pergi ke Gym. Julian tiba-tiba saja terbangun. Mungkin karena suara batukku tadi. Aku baru menyadari bahwa aku hanya memakai pakaian dalam dan tidak memakai apa-apa lagi. Dengan panik, aku mencari sesuatu di sekitar dapur yang bisa aku pakai untuk menutupi badanku. Julian yang sudah sadar dan melihatku dengan heran membuatku semakin panik dan mengambil kain terdekat yang bisa kucapai. Ternyata yang kuambil adalah lap panci. Karena sudah tidak menemukan kain lain, aku membuka lap itu lebar-lebar dan menutupi badanku seadanya. Aku mendengar suara tawa dari Julian. Sial! Lagi-lagi aku mempermalukan diriku sendiri di depannya. Kenapa dia selalu aja membuatku terlihat konyol. Dia berjalan semakin mendekat dan melingkarkan jasnya di badanku. Dengan senang hati aku mengeratkan kedua jasnya yang sudah panjang dan melepas kain lap yang bau itu.

 

Good Morning.” Katanya sambil tersenyum. Senyuman menawan itu muncul lagi.

 

“Kok lo bisa ada disini?” Tanyaku heran. Bagaimana caranya dia kesini dan ada urusan apa dia kesini? Apalagi dengan kostum seperti itu.

 

“Pegawai bar ngangkat telpon gue semalem. Katanya lo udah terlalu mabuk dan dia minta gue buat jemput lo. Katanya lo ngga bisa dibangunin.” Kata Julian santai. Ya ampun! Kenapa aku bisa sebodoh itu? Bisa-bisanya aku tertidur di bar.

 

“Harusnya lo ngga usah repot-repot. Biarin aja gue di bar.” Kataku merasa bersalah.

 

“Mana mungkin gue bisa biarin lo gitu aja. Lo kira cowok macem apa gue?” Julian berbicara dengan mata tajamnya. Kenapa pagi-pagi seperti ini dia melihatku dengan begitu jelinya? Membuatku malu saja.

 

“Trus kenapa lo masih disini?” Tanyaku.

 

“Gue khawatir aja kalo harus ninggalin lo. Apalgi lo habis nangis semaleman. Lo ada masalah apa sih?” Julian menunjukkan kemeja putihnya yang penuh dengan bekas makeup. Aku pasti sudah gila. Apa yang aku lakukan semalam?

 

“Ngga papa kok. Bukan masalah yang terlalu penting.” Kataku. Tunggu… setelah kupikir-pikir, stalker itu mengintai apartemenku 24 jam setiap hari. Mungkin saja dia sedang mengintaiku saat ini. Jika dia melihat adeganku dan Julian pagi ini, bisa-bisa dia juga akan mencelakai Julian.

Possessive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang