Chapter 1: Viola's Daily life

88.1K 3.3K 6
                                    

Viola’s POV:

Aku memasuki bangunan studio seperti biasanya. Crew studio yang bekerja di studio milikku menyapa selama perjalanan menuju ruangan kerjaku yang berada di pelosok gedung. Tiba-tiba aja assisten pribadiku, Sella, bangun dari kursinya dan jalan ke arahku dengan ekspresi yang exited. Sebelum dia sempat bicara, kusuruh dia ikut masuk ke ruanganku.

 

“Ada apa Sel?” Aku bertanya setelah kita berdua ada di dalam ruangan. Perempuan ini memang gampang sekali merasa semangat dengan hal-hal kecil. Mungkin karena dia itu adalah tipe orang yang happy go lucky. Mungkin karena itu juga dia tahan bekerja denganku yang banyak menuntut dalam soal pekerjaan.

 

“Nih nih nih nih!” Dia menunjukkan salah satu majalah wedding yang dia bawa. Majalah itu cukup terkenal diantara wanita-wanita lajang yang ingin menikah. Aku mengambil majah itu dari tangannya dan mulai melihat cover-nya.

 

Pandanganku terjatuh pada tulisan paling besar yang berada di bawah majalah itu. Tulisan yang dicetak dengan font size yang super besar itu tentu aja mencolok. Tulisan yang jelas-jelas berkata tentang biografi Viola Hardinata Maxwell itu membuatku shock. Aku langsung membalik halaman majalah sampai ke dua halaman artikel dengan judul: The Award Winning plus Most Wanted Photographer. The Person That Is Able to Make Fairy Tale Real Through Her Lens. Apa-apaan majalah ini? Benar-benar cheesy. Kubaca lagi isi artikel itu. Artikel itu berisi semua biografiku mulai dari perjalanan karirku sampai kerjaan tetapku sebagai fotografer majalah terkenal Rogue. Di sudut bawah halaman kedua itu, terdapat fotoku yang sedang memotret dan diambil secara diam-diam.

 

“Ya ampun! Lo nerima tawaran wawancara majalah itu?!” Teriakku ke Sella. Perempuan itu sepertinya masih belum paham dengan kemarahanku. Bisa-bisanya dia ambil keputusan sendiri untuk menerima wawancara itu?

 

“Iya, habis lo tau kan betapa populernya majalah ini? Lumayan buat advertising. Dibayar lagi.” Sella membela dirinya dan masih dengan semangat untuk menunjukkan keuntungan majalah itu.

 

“Lo tau kan tanpa artikel ini pun gue udah sibuk banget. Jadwal pemotretan gue bahkan udah full sampe 6 bulan kedepan. Lagian kan gue udah susah-susah ngerahasiain identitas gue. Lo ngapain pake taro-taro foto gue segala disana?!” Aku langsung protes ke Sella. Dia bahkan tau betapa sibuknya studio akhir-akhir ini. Apalagi beberapa hari belakangan ini aku harus lembur untuk menyelesaikan beberapa proyek.

 

“Gue tau. Makannya gue kasih foto lo yang mukanya lagi ditutup kamera.” Sella lagi-lagi membela dirinya sambil cengengesan.

 

Aku menarik nafas panjang. Anak ini memang terkadang suka seenaknya sendiri. Sejauh ini sudah banyak laki-laki aneh yang tiba-tiba saja mengajak ngobrol sewaktu aku sedang makan di restoran sendirian atau jalan-jalan di mall. Dengan adanya artikel ini, laki-laki kurang kerjaan itu akan lebih punya banyak alasan untuk mendekatiku. Apalagi, pandangan laki-laki itu terlihat mesum setiap kali mereka menatapku dari atas sampai bawah. Publikasi majalah ini benar-benar akan membawa bencana. Aku harus bersiap-siap menghadapi laki-laki creepy yang akan mendekatiku nantinya. Belum lagi jika tiba-tiba mereka datang dan bilang bahwa mereka tahu tempat biasa aku kerja dan semua biodata pribadiku.

 

“Sel, kalo lo ngelakuin ini sekali lagi, gue ngga akan segan-segan mecat lo.” Aku mengancam Sella. Tapi sepertinya perempuan itu menganggap peringatanku kali ini adalah ancaman-ancamanku yang biasanya kulontarkan.

Possessive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang