Chapter 6: Comfort

47.8K 2.4K 30
                                    

Pagi ini, seperti biasa, aku berjalan menuju studio. Walaupun hari ini adalah hari minggu, aku harus pergi ke studio karena konsekuensi pekejaanku sebagai fotografer. Leherku masih belum bisa digerakkan ke kanan karena salah tidur beberapa hari yang lalu. Pagi ini pun Sella menghampiriku sebelum aku sempat menyapanya.

 

“Pacar lo dateng lagi tuh.” Katanya. Grayson datang lagi kesini? Ada apa lagi dengan laki-laki yang satu itu?

 

“Lo bener-bener pacaran sama dia? Kasian banget pak Julian.” Sella memberi ekspresi muka seolah-olah aku telah melakukan kejahatan.

 

“Gue ngga ada apa-apa sama Julian. Harus berapa kali sih gue bilang ke lo?” Aku merasa kesal karena lelah memberitahunya.

 

“Tapi pak Julian terlalu sayang buat dianggurin gitu aja. Walaupun cowok yang di dalem juga ganteng sih.” Sella akhinya kebingungan sendiri. Aku meninggalkannya dan masuk ke dalam ruangan sebelum Sella mulai perdebatan tentang siapa yang lebih tampan.

 

“Ngapain lagi lo kesini?” Tanyaku ke Grayson. Sejak kapan aku dan Grayson menjadi bestfriend forever gini? Dia menjadi sering datang ke studioku.

 

“Si Valentino ngga mau ketemu gue lagi Vi.” Muka Grayson terlihat berantakan. Sepertinya dia kesini setelah menangis semalaman. Cowok ini kelihatan lesu. Instinct-ku membuatku segera memeluknya. Badannya yang besar menyandar di badanku dengan berat.

 

“Pasti ada alesannya dong.” Aku menenangkannya. Aku merasakan kemejaku yang mulai basah karena air mata.

 

“Dia bilang mendingan kita putus aja. Dia ngga mau jalanin hubungan diem-diem lagi.” Grayson berbicara dengan suaranya yang sudah parau.

 

“Sabar ya. gue udah ngga tau nih mau gimana lagi hibur lo.” Kataku pada Grayson.

 

“Vi, lo ngomong ke dia dong.” Grayson tiba-tiba meminta permintaan yang tidak masuk diakal.

 

“Kok jadi gue?” Tanyaku kaget.

 

“Dia suka sama lo. Sebelom ketemu waktu itupun dia suka ngomongin masalah impiannya yang pengen fotonya diambil sama lo.” Kata Grayson lagi.

 

“Jujur aja deh. Gue ngga enak banget ngomong sama dia. Gue kan ngga deket sama kalian.” Kataku.

 

“Apa gue kabur dari rumah aja ya trus hidup di pedesaan sama Valentino ya?” Dia tiba-tiba melepas pelukannya dan berbicara dengan serius.

 

“Ngga usah mulai drama deh. Lagian kerjaan lo mau dikemanain?” Aku memukul bahunya untuk menyadarkannya.

 

“Apa gue pindah ke Bali aja ya Vi? Disana kan orangnya lebih modern. Gue bakal hidup berdua bareng Valentino disana.” Kata Grayson lagi. Ide gilanya itu sudah tidak bisa di kontrol.

Possessive LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang