Tolak Ukur

18.7K 1.1K 20
                                    

Diperlakukan begitu romantis oleh seorang pria adalah hal yang selalu Fini impikan, dan sekarang impiannya seolah terwujud

Erik selesai bernyanyi dan bermain piano, Erik berjalan menghampiri Fini sambil membawa buket mawar merah. Erik menghentikan langkahnya di hadapan Fini

"Ini untuk kamu" ujar Erik sambil menyodorkan buket bunga mawar merah yang dipegangnya ke arah Fini, Fini mengambil buket bunga itu sambil tersipu malu

"Terima kasih Rik" ujar Fini begitu merasa bahagia membuat Erik tersenyum lebar

"Fin, ada yang ingin aku sampaikan pada kamu" ujar Erik gugup membuat Fini merasa penasaran

"Apa itu Rik?" tanya Fini ingin tau apa yang akan Erik sampaikan

"Fin, aku tau mungkin ini terlalu cepat untuk kamu, tapi aku benar-benar ingin kamu tau kalau aku sudah tertarik sama kamu dari awal kita bertemu, rasa tertarik itu lama kelamaan berubah menjadi rasa cinta yang terus bertambah setiap harinya, jadi Fin, kamu mau tidak menjadi pacar aku?" tanya Erik membuat kedua bola mata Fini berkaca-kaca, tidak menyangka akan mendapatkan pernyataan cinta yang seromantis itu

"Kamu serius Rik?" tanya Fini memastikan membuat Erik mengangguk mantal

"Aku tidak pernah seserius ini Fin" jawab Erik mantap

"Kamu tidak menyatakan cinta padaku cuma untuk memenangkan sebuah taruhan kan?" tanya Fini memastikan membuat Erik terkekeh geli

Erik melepaskan cincin emas putih polos yang melingkar di jari kelingkingnya

"Cincin ini adalah cincin milik almarhum ibu aku, sebelum meninggal beliau berpesan kalau cincin ini harus di berikan pada wanita spesial yang aku pilih untuk menemani aku selamanya, dan sekarang aku sudah menemukan wanita itu, dan wanita itu adalah kamu Fin" jelas Erik sambil menatap Fini lembut, membuat jantung Fini berdebar kencang, Fini kehilangan kata-kata karena terlalu bahagia mendapat lamaran seperti itu

"Jadi Fin kamu mau kan pacaran dengan ku?" tanya Erik penuh harap membuat Fini mengangguk mantap

Erik tersenyum senang langsung memeluk Fini erat

"Terima kasih Fin, aku sangat mencintai kamu" ujar Erik membuat Fini balas memeluk Erik

"Aku juga cinta sama kamu" balas Fini membuat Erik melepaskan pelukannya dan menatap Fini penuh cinta

"Kamu serius Fin?" tanya Erik memastikan membuat Fini mengangguk mantap

"Boleh aku memasang cincin ini di jari manis kamu?" tanya Erik meminta ijin membuat Fini lagi-lagi hanya bisa mengangguk mantap

Erik meraih jemari Fini dan memasangkan cincin itu di jari manis Fini, kemudian Erik mengecup lembut punggung tangan Fini, kemudian Erik beralih mencium kening Fini dengan lembut membuat Fini memejamkan mata bahagia, berharap kalau yang terjadi sekarang bukan mimpi

"Mau berdansa?" tanya Erik membuat Fini mengangguk mantap

Erik mengambil buket bunga di tangan Fini dan meletaknya di atas meja di samping mereka berdiri

Setelah itu Erik mengajak Fini berdiri di tengah ruangan

Erik menuntun tangan Fini untuk melingkar di lehernya, setelah itu kemudian kedua tangan Erik melingkar di pinggang Fini

Musik lembut mulai mengalun di ruangan membuat tubuh Erik dan Fini mulai bergerak perlahan

"Terima kasih karena sudah mau membalas perasaanku Fin" ujar Erik benar-benar merasa bahagia karena berhasil mendapatkan wanita yang sudah lama diincarnya

"Aku yang berterima kasih karena kamu sudah mau mencintaiku" ujar Fini yang merasa sangat bahagia karena sudah dicintai oleh pria seperti Erik

Erik tersenyum manis

"Aku berharap kita bisa bersama selamanya" ujar Erik penuh harap membuat Fini mengangguk

"Aku juga berharap seperti itu" timpal Fini membuat Erik tersenyum lebar

***

Fini baru saja pulang dari acara kencan bersama Erik saat melihat Tasya menangis terisak di ruang tengah, Fini bergegas menuju dapur tempat Sisil yang sedang membuat minuman

"Tasya kenapa Sil?" tanya Fini penasaran membuat Sisil menoleh ke arah Fini

"Aku juga tidak tau Fin apa yang terjadi pada Tasya, mungkin sedang ada masalah dengan kekasihnya, tadi tiba-tiba saja dia datang dan keadaannya sudah menangis seperti itu" ujar Sisil yang juga penasaran kenapa Tasya menangis

Sisil kemudian mengamati penampilan Fini sambil tersenyum menggoda

"Kamu baru pulang berkencan dengan Erik?" tanya Sisil membuat Fini tersipu malu, Fini mengangguk pelan membuat kedua bola mata Sisil berbinar

"Bagaimana rasanya menjadi kekasih seorang Erik?" tanya Sisil membuat Fini tersipu malu

"Ya ampun lihat wajahmu sampai merona seperti itu" ujar Sisil semangat membuat Fini terkekeh pelan

"Karena itu jangan terus menerus menggodaku" ujar Fini membuat Sisil terkekeh

"Oh ya hubungan kalian berdua sudah sejauh mana? Apa sudah sampai tahap maju mundur asik?" goda Sisil membuat Fini menatap Sisil jengkel

"kamu kebanyakan bergaul dengan Bondan sih, jadi seperti ini kan pemikiran kamu" gerutu Fini membuat Sisil terkekeh

"Ehm kebetulan 2 minggu yang lalu aku tidak sengaja mendengar saat Bondan menyatakan cintanya pada kamu di dapur ini? Bagaimana? Sudah kamu terima cintanya dia?" tanya Fini penasaran

"Ih Fini, ternyata kamu itu tukang intip juga ya" canda Sisil membuat Fini langsung menggeleng cemas

"tidak sengaja kok Sil" bantah Fini tegas membuat Sisil terkekeh

"Belum, aku mau melihat perubahan dia dulu, sudah pantas belum untuk menjadi imam aku, kalau sudah pantas, baru deh aku jawab yes" jawab Sisil semangat

"Sil, aku kan mau curhat, kok kamu malah mengobrol berdua dengan Fini di sini sih?" tanya Tasya yang muncul dengan berurai air mata, membuat Fini dan Sisil langsung menoleh ke arah Tasya

"Oh iya, sorry Tas, yuk" ajak Sisil sambil membawa minuman ke arah Tasya.
Sisil menuntun Tasya kembali menuju sova, sementara Fini mengikuti dari belakang

Sisil dan Tasya duduk di sova

"Nih ini diminum dulu supaya pemikiran kamu agak sedikit tenang" ujar Sisil sambil menyodorkan minuman ke arah Tasya, Tasya meraih gelas minuman itu dan meminumnya sampai habis, membuat Sisil dan Fini ternganga kaget

"kamu sedih apa haus sih Tas" ujar Sisil heran

"Adit membatalkan pertunangan kami" jelas Tasya membuat Sisil kaget

"Apa? Hah? Kok bisa? Kan Adit terlihat begitu mencintai kamu Tas, apa pun yang kamu minta, Adit pasti memberikan apapun itu Tas, Adit bahkan selalu melakukan apapun yang kamu mau,  jadi kenapa dia sampai membatalkan pertunangan kalian? Ini bukan kamu kan yang membatalkan pertunangan itu?" tanya Sisil penuh selidik membuat Tasya menatap Sisil jengkel

"kamu kira aku sudah gila membatalkan pertunanganku dengan pria sebaik Adit, ya tidak mungkin lah aku yang membatalkan pertunanganku dengan Adit" bantah Tasya tegas dengan penuh amarah

"Oke, oke, jadi kenapa Adit sampai membatalkan pertunangan kalian berdua? kamu selingkuh? " tanya Sisil penasaran membuat Tasya menggeleng pelan

"Aku tidak tau ini dikategorikan dalam perselingkuhan atau bukan, tapi aku, aku, aku tidak sengaja tidur bersama Nando" jelas Tasya kembali menangis sedih.

Mendengar pengakuan dari mulut Tasya itu membuat Sisil dan Fini terbelalak kaget

"kamu tidur bersama Nando? Tidur yang maksudnya dalam tanda kutip itu?" tanya Sisil memastikan membuat Tasya mengangguk pelan

Sontak Sisil hanya bisa mengangakan mulutnya kaget

"Bagaimana ceritanya kamu bisa tidur bersama Nando? Bagaimana bisa? Kapan? Kamu sudah gila ya?" tanya Sisil bertubi-tubi, antara kaget, jengkel sekaligus penasaran bercampur jadi satu dalam diri Sisil

Tbc

Come, Baby Come! (You Make Me Pregnant 4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang