PIL 14

6.1K 723 75
                                    

Author POV

"Gue males sekolah! Lo bertiga bisa diem gak sih?!"

"Lo kenapa sih? Lo sakit? Jam berapa nih. Masih selimutan."

"Tau nih, kayak anak perawan PMS aja lu."

"Gue tau lu aneh, tapi biasa aja gitu, gak usah lebay."

"Ngaca kambing!"

Ali menarik nafas kesal, menatap malas ponselnya yang menampilkan video call group dengan Wira, Fitra dan Delta. Sementara dirinya masih enggan menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya. Jam menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit. Di seberang video call sana, baik Wira, Fitra maupun Delta sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Sangat berbanding terbalik dengan Ali yang masih menggunakan kaos oblong putih dengan wajah bantalnya. Entah hal apa yang sudah merubah mood cowok tampan ini hingga ia tak memiliki gairah untuk pergi sekolah.

"Serius lo gak mau sekolah? Mau gue bikinin surat izin gak?" Tawar Wira kemudian.

"Gak usah, Bang, biarin aja gue di alpain," kata Ali malas.

"Li, Li, kalo udah gini pengen nepak lo deh rasanya. Kuy lah main baseball, Ali jadi kastinya," seru Delta.

"Kuy lah! Gue yang jadi pitcher nya," timpal Fitra. Sepertinya yang tidak kesal dengan sikap Ali pagi ini hanya Wira.

"Ayolah masa lo gak sekolah sih, hari ini latihan terakhir bareng anak-anak lho. Besok udah turnamen, masa kaptennya gak ikutan latihan," bujuk Wira.

"Bang, gue gak punya muka asli," lirih Ali.

Delta terkekeh diseberang sana, "Buka dulu topengmu~ aseekkkk! Biar kulihat warnamu~ oheeee
Kan kulihat warnamu~ oyeeeeyy!"

"Ngakak aelah!" Fitra ikut tertawa diseberang sana begitu pula Wira dan Delta.

"Lu muka minjem si, abis masa pakai apa gimana tuh? Perpanjang dulu gidah!" Ledek Delta makin menjadi, tak lupa tawanya yang masih berkumandang membuat Ali memutar bola matanya malas. Bukannya memberi solusi malah menertawakan.

Andai mereka tahu, jika sekarang Ali sedang dalam fase dimana tingkatan malu nya sudah berada di titik akhir. Dan ini semua karena flashdisk-nya yang terlanjur tertukar kemarin, dengan flashdisk Prilly. Demi apapun ia ingin pindah sekolah. Prilly pasti sudah membuka file miliknya. Arghhhh! Ali ganteng tapi bego! Bagaimana bisa ia asal merogoh saat itu dan memberikannya enteng kepada Prilly. Sekarang, mungkin Prilly sudah membukanya. Prilly sudah tahu. Kalau ia menyukainya. HUAAAA!

Pintu kamar terketuk dari luar, menyadarkan Ali dari bayang-bayang penyesalan yang menghantuinya sejak semalam.

"My babyboy? Are you ready? Mami boleh masuk?" Itu suara Maminya.

"Masuk aja, Mi, pintunya gak Gana kunci," kata Ali.

"Nah loh, siap-siap pengang dah jam segini masih bauk," ujar Delta. Tapi Ali tak peduli.

"Drama anak Mami segera dimulai, mayan ah penyegaran," tambah Fitra. Ia sedang menyantap roti diseberang sana.

"Palalu penyegaran! Say good bye lu sama gue. Anak kecil gak boleh liat!"

Tut!

Ali memutuskan panggilan sepihak. Enakan mereka dong nontonin dia diomelin. Tepat saat itu pula, Mami nya muncul dari ambang pintu. Mata nya membulat sempurna karena melihat kondisi kamar yang begitu acak-acakan serta sosok Ali yang sudah kembali masuk kedalam selimut. Ia bergeming agar Maminya mengira ia kembali terlelap.

"Ya ampun, what are you doing, boy? Hei, wake up! Astaga ini hampir jam tujuh, kamu masih buluk gini si hmm?"

Sang Mami segera membuka selimut yang menutupi wajah tampan Ali. Apa yang terjadi dengan putranya?

Powerpoint in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang