PIL 2

6.6K 668 24
                                    

Author POV

"Pagi, Gana."

"Pagi, ganteng."

"Gana make lip gloss nya ketebelan yaa? Mhh Mama gak kuat!"

"Mampir sini dulu dong ganteng, ke hati aku. Kamu gak ketok dulu juga gak papa."

"Aaaaa ganteng gila nyak!"

"Makkk bisa sesak nafas kalo gini tiap hari!"

Ali bergidik ngeri saat melewati segerombolan siswi yang berjejer sepanjang koridor. Belum lagi tatapan mereka yang seperti ingin melahapya. Selalu seperti itu setiap ia lewat. Baginya jam lewat seorang Alfahreza Ganali wajib dicatat. So mereka bisa stay tune terus. Halahh kayak apa aja_-

"Nasib orang ganteng," gumamnya percaya diri. Ia melepas kaca mata hitamnya membuat geraman gemas makin menjadi.

"AAAAAAAAAAAA!"

"Please, gue pingsan gue pingsan."

Dan...

BRUK! Salah satu dari mereka benar-benar pingsan.

"Buset dia pingsan beneran!" Ali menelan salivanya. Apa pesonanya begitu kuat ya? Tak mau memakan korban lebih banyak, Ali segera mempercepat langkahnya.

Sedangkan tak jauh dari sana,

"Prill!"

Prilly menoleh saat namanya diserukan dari arah belakang.

"Huhh... un--tungg, lo dat--tenghh!" Meida, kakak tingkatnya datang dengan nafas tersenggal, sepertinya akibat berlari mengejarnya.

"Kakak gak papa?" Tanya Prilly khawatir.

"Gak papa kok. Buset lo kecil-kecil jalannya cepet juga, ya? Capek banget gue ngejarnya." Gerutunya sambil menetralkan nafasnya yang memburu.

"Maaf, Kak. Aku gak tau kalo Kakak ngejar aku." Cengir Prilly.

"Santai, gak papa lagian. Oh, iya, powerpoint gue udah belum?" Tanya Meida.

"Oh, udah kok,--- ini flahdisk sama kertas konsepnya. Sebagian ada yang aku revisi transisi sama kata-kata nya." Jelas Prilly sambil menyodorkan buku dan flashdisk yang baru saja ia ambil dari tasnya.

"Ya ampun, thanks banget, ya. Lo emang adek kelas gue yang paaaling the best!" Seru Meida senang.

Prilly mengangguk sambil tersenyum." Sama-sama, Kak." Balas Prilly.

"Ini, bayaran buat lo." Prilly menerima satu lembar uang lima puluh ribu yang Meida berikan padanya.

"Duh, Kak, ini gede banget uangnya. Aku gak ada kembalian." Tolak Prilly, ia tak menerima uang itu.

"Udah, ini ambil aja. Anggep aja itu rasa terimakasih gue karena lo udah  mau bantuin gue." Prilly tersenyum sumringah. Ini bayaran terbesar yang pernah ada. Biasanya ia hanya mendapat 10 sampai 15 ribu di setiap pesanan powerpoint nya. Pekerjaan yang aneh memang, tapi ini menghasilkan.

"Thanks, Kak. Engh.. lain kali kalo butuh bantuan aku, jangan sungkan. Bilang aja. Selagi aku bisa pasti aku bantuin Kak Mei kok!" Seru Prilly antusias. Meida terkekeh di buatnya. Prilly ini tipikal gadis yang super hyperactive. Malah lebih ke over dosis kalo udah auto ceria.

"Siapp! Yaudah, kalo gitu gue balik ke kelas, ya? Udah mau bel soalnya. Doa'in persentasi gue lancar hehe." Prilly mengangguk antusias. "Aamiin."

Prilly menatap punggung Meida dan uang yang ia tangkupkan di dadanya. Setelahnya ka meloncat gemas sambil memekik tertahan.

Powerpoint in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang