Ali POV
"Minggir!"
"Dengerin gue dulu!"
"Apasih?! Minggir gak?!"
"Kenapa lo ngehindarin gue?"
"Gak penting! Minggir ah!"
Gue menatap bingung cewek yang sekarang lagi gue kurung di tembok. Sengaja gue cegat pas pulang sekolah, untung dia abis eskul, jadi gue bisa ngomong tanpa ada embel-embel suara kaleng fans fanatik gue.
Berbekal kedua lengan gue, gue bisa ngunci ni anak biar gak kemana-mana. Ini harus di selesai-in. Hampir sebulan gue sama Prilly kayak gini- diem-dieman kayak orang gak kenal, kayak-- ahh apa ya? Kayak gue ini-- ck yang harus banget dijauhi gitu lho. Padahal kan gue ganteng, kenapa harus di jauhi sih?
Arghh! Gue udah kacau, makin bertambah kacau dengan sifat Prilly yang beda sama gue. Emang bagi gue ini gak penting, tapi gue jadi bingung sendiri. Gue salah apa sih? Fatal banget emang?
"Gak akan, sebelum lo jawab pertanyaan gue!" Tegas gue menatap tajam Prilly. Prilly balas natap gue gak kalah tajam. Gue bisa lihat ada api kemarahan di matanya.
"Gue bilang, le-pa-sin-gue!" Kata dia tajam. Buset serem. Kepalanya yang ngedongak natep gue gak selow banget. Biasanya gue suka ni kalo dia ngedongak liatin gue begini, pipi nya itu lho -gak nyantai banget.
"Oh mau main eja-ejaan?" Bales gue sambil ngangguk-ngangguk ngerti sambil terus natap dia. "Gak! Sebelum lo jawab per-ta-nya-an gue!" Lanjut gue.
Dia ngerogoh saku seragamnya hendak mengambil sesuatu, tatapan tajam tak lepas dari matanya. Dia gak pernah nih kayak gini. Ini marahnya udah level atas makanya kayak gini nih. Sampai, Prilly menempelkan telapak tangannya di dada gue kasar. Gue bisa ngerasain ada benda kecil yang kayaknya mau dia kasihin ke gue.
Gue reflek lirik dada gue heran. Ini apa?
"Gue saranin, jangan pernah main-main sama benda sekecil ini! Satu hal yang perlu lo tau, ini gak lucu!" Desis Prilly dengan tatapan tajamnya. Dia nekan telapak tangannya ke dada gue terus lepasin gitu aja. Reflek gue gantiin telapak tangannya dia biar sesuatu yang dia kasih gak jatuh ke lantai.
Baru aja gue mau nanya apa maksud dari semua ini, Prilly udah keburu dorong dada gue supaya gue lepasin kukungan lengan gue dari tembok, terus dia langsung pergi gitu aja.
Mata gue membulat sempurna begitu liat flashdisk yang 100% gue yakini punya gue. Mati gue mati! Gimana mungkin lo bisa lupa persoalan flashdisk yang belum kelar waktu itu, Ali! Ah, bego bego bego!
"Prill, lo salah paham!" Teriak ue menggema di lorong koridor. Prilly udah gak kelihatan lagi.
Duh, pasti tu anak mikir gue gak jantan deh. Lagian, alasan dia jauhin gue cuma gara-gara gue gak berani ngungkapin perasaan gue langsung gitu? Jadi sebenernya dia ngarepin gue tembak? Hadohhh kenapa jadi ribet gini sih? Lagian lo punya tangan beneran dikit napa si!
"Prill, gue beneran suka sama lo! Lo mau gak jadi pacar gue? Prill!" Teriak gue manggil dia.
"Prill! Gue lagi nembak lo nih! Gue itung sampe sepuluh kalo nggak doorprize lo angus!" Teriak gue lagi. Kalo di pikir-pikir, gue udah kayak orang gila teriak-teriak gini.
"1..."
"2..."
"3..."
"4..."
"5..."
"6..."
"6 setengah..."
Gue menghela nafas kasar. "Astagfirullah gue kenapa ya?" Tanya gue melas. Gini nih yang kata orang, ketika hati tak sejalan dengan otak. Begitupun juga gue, ketika otak tak sejalan dengan kegantengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Powerpoint in Love (END)
Fanfiction"WOY MINGGIR DONG! Wahhh songong ni orang! Mana lagi nih tombol klakson,---" "Itu yang ditengah-tengah stir apaan?!" Amazing cover by. @EkaGustiawati❤