Part 33 (Ending Complete)

7.4K 775 63
                                    

Author POV

"Sat, lo bahagia nggak kalo gue bahagia?" Tanya Prilly. Malam ini ereka tengah menghabiskan waktu berdua di depan teras rumah Prilly.

"Lo lupa? Kebahagiaan lo kebahagiaan gue juga," ujar Satya.

"Gue bahagia, Sat," gumam Prilly, matanya berbinar menatap Satya di sebelahnya.

"Bahagia kenapa?" Tanya Satya heran.

"Gue bahagia... karena..." Prilly melirik Satya yang serius menanti ia melanjutkan kata-katanya. "Ah, nggak ah, nanti lo pasti ngeledek gue," putus Prilly tak melanjutkan.

"Idih, ceritanya setengah-setengah. Apaan gak? Bahagia kenapa sih? Bahagia karena menang lomba kemarin?" Tanya Satya kepo.

"Bukan," sela Prilly.

"Ya terus?"

"Gue... jatuh cinta, Sat," gumam Prilly menerawang.

Reaksi Satya tertegun. "Jatuh cinta? K-- kok bisa?" Satya terbata.

"Ali yang bikin gue jatuh cinta." Prilly menatap Satya setelahnya, ia tersenyum kecil.

"Ali... Ali siapa?" Tanya Satya kosong.

"Ali," kata Prilly santai. Ia menatap Satya lagi yang tak kunjung bereaksi apapun.

"Kok lo diem sih?" Tanya Prilly heran. Ia memalingkan wajahnya kedepan.

"Menurut lo gimana?" Tanya Prilly kemudian.

"Menurut gue?" Satya membeo kaku.

"Iya, menurut lo. Lo kenapa sih? Kok mukanya gitu abis gue cerita?" Protes Prilly.

"Gak apa-apa," ujar Satya pelan. Ia menunduk sendu, menendang-nendang krikil di tanah.

"Lo yakin cinta sama dia?" Tanya Satya datar namun Prilly tak menyadarinya.

"Awalnya gue gak percaya. Berkali-kali gue berusaha tepis perasaan ini. Tapi nggak bisa, Sat," cerita Prilly.

"Lo nggak lupa, kan siapa Ali?"

"Nggak kok. Gue tahu dia anak konglomerat, gue tau Ali dan keluarganya amat berbeda sama gue, kehidupan gue. Tapi... emang salah ya?"

"Nggak salah, Ra. Semua orang berhak jatuh cinta. Kapanpun... dan sama siapapun. Gue senang, akhirnya lo bisa rasain itu walaupun..."

"Bukan sama gue," ini batin Satya yang melanjutkan.

"Walaupun?" Tanya Prilly menanti.

"... walaupun, sama manusia rese kayak dia," lanjut Satya membelokkannya menjadi candaan.

"Dia sebenarnya baik kok, mungkin yaa dia jail aja, dikit," bela Prilly meluruskan kemudian tertawa kecil.

"Komitmen lo?"

"Gue sama Ali nggak pacaran. Kita cuma saling ngungkapin saling sayang dan cinta. Yaudah. Tapi... masa ya di ngajak gue tunangan? Menurut lo gimana?" Prilly cemberut seusainya. Satya diam lagi. Andaikan Prilly tahu, bagaimana sesak yang dirasakan Satya saat ini. Amat sesak.

"Sat?" Panggil Prilly saat Satya tak kunjung bersuara.

"Eh, iya gue lupa ada janji sama Gery. Gue balik deh, ya?" Satya bangkit dari duduknya begitu saja.

"Janji kok malem?"

"Ngajakin main billiard di depan."

"Just billiard?" Mata Prilly memincing.

Powerpoint in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang