PIL 23

5.7K 815 39
                                    

Author POV

"Kenapa laporannya bisa sampai tidak selesai?"

Seorang guru nampak tengah menyidang beberapa siswa di tengah-tengah lapangan. Usai pelajaran Olahraga, pak Ipul menahan beberapa anak muridnya yang sudah dibentuknya menjadi satu kelompok. Dita, Bagaskara, Soraya, Davi, Prilly dan juga Ali. Mereka duduk membentuk lingakaran sebab mereka  belum mengumpulkan laporan sebagai tugas pertofolio akhir semester.

"Laporannya udah selesai, Pak, cuma file nya ke hapus sebelum di print." Akhirnya Prilly buka suara. Untuk pertama kalinya ia mendapat masalah dan kena omel karena tidak mengerjakan tugas.

"Kenapa kamu ceroboh, Prill?" Tanya pak Ipul heran. Tidak biasanya murid kebanggannya ini sampai tidak mengumpulkan tugas.

"File nya ada di flashdisk Soraya, Pak. Begitu di check lagi, semua file nya hilang- termasuk file laporannya," ujar Prilly pelan. Ia sangat menyesali semuanya.

"Terus mau kalian apa? Bersedia, nilai kalian kosong?" Tanya pak Ipul.

Semuanya diam. Tak ada yang membuka suara.

"Bagas, siap nilai praktik pertofolio mu kosong?" Tanya pak Ipul pada Bagas. Yang di tanya justru menyenggol lengan Ali bingung. Ali tak memberikan respon apapun. Sedari tadi ia hanya menunduk tanpa minat.

"Siap, Pak," jawab Bagas pelan.

"Gana, siap nilaimu kosong?" Kini giliran Ali yang di tanya.

"Siap, Pak," jawabnya tenang, tetap menunduk.

"Davi?"

"Siap, Pak."

"Dita, Prilly, Soraya? Kalian bagaimana?"

"Sia--"

"Kita bakal ngerjain ulang. Pak, kasih kita waktu sampe besok. Kita janji, besok laporan itu udah ada di meja bapak sebelum bel masuk," sela Prilly cepat. Semuanya terperangah terkecuali Ali. Ia tetap diam.

"Prill, gila lo ye," seru Bagas pelan.

"Wah sarap nih," gumam Davi pula

"Prill," panggil Soraya cemas. Ia menyenggol pelan lengan Prilly meminta jawaban, namun Prilly hanya mengangguk kecil seolah berkata 'semuanya akan beres'.

"Saya pegang omongan kamu. Besok sebelum bel masuk, laporan itu sudah harus ada di meja saya. Kalau tidak, nilai kalian tidak bisa di selamatkan."

"Iya, Pak," kata Prilly mantap. Baginya, pak Ipul mau berbaik hati memberi kesempatan kedua saja ia sangat mensyukurinya. Setidaknya masih ada harapan. Ia tidak rela kalau nilainya harus kosong barang satupun.

"Ya sudah, kalian boleh masuk kelas," katanya lalu berlalu.

"Gila lo, Prill. Mana bisa dalam sehari nyelesain laporan. Lo pikir ini makalah biasa?"

"Si Prilly nyari mati, make di iyain lagi hadooohhhh!" Teriak Bagas frustasi.

"Kita harus perjuangin nilai kita. Gue yakin, kalo kita kerja sama, besok laporannya pasti udah selesai. Kita tinggal nyari ulang materi nya aja kan? Kita banyak, pasti selesai. Percaya sama gue," ujar Prilly meyakinkan.

"Prill, gue minta maaf ya, gara-gara gue file siap print kelompok kita jadi hilang," sesal Soraya.

"Gak papa, Soraya. Udah kejadian juga kan. Lagian ini bukan salah lo kok, biasa itu mah," balas Prilly tersenyum.

"Malam ini juga kita kerja kelompok, oke?" Prilly meminta persetujuan semuanya yang langsung mendapat anggukan setuju.

"Oke deh."

Powerpoint in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang