PIL 25

5.9K 832 47
                                    

Author POV

Sinar matahari masuk melalui sela-sela jendela, membuat seseorang yang masih betah bergelung dalam selimutnya mengernyit silau. Seseorang yang tak lain adalah Ali itu, mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan pandangannya yang masih buram. Ia meringis kecil, memegangi kepalanya yang pusing sambil berusaha bangun. Meneliti penampilannya sendiri yang masih sama seperti semalam, sebelum kemudian matanya menyisir pandang ke penjuru kamar yang asing.

"Gue dimana nih?" Sadar ini bukan kamarnya, seraya mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan mencari seseorang yang mungkin ada disini. Namun nihil, ia tak mendapati siapapun kecuali... Kamar Apartemen Fitra. Pikirnya beberapa detik kemudian.

Ali bingung dengan apa yang terjadi semalam. Ia tak ingat apapun kecuali duduk bersama perempuan club yang terus memaksanya meneguk vodka, setelah itu ia tak ingat apapun lagi. Entah kenapa begitu terbangun kepalanya begitu terasa pusing seperti ini. Sebenarnya apa yang terjadi? Pikirnya lagi.

Tak mau berasumsi sendirian, ia segera bangkit dari tempat tidur, melangkah sempoyongan keluar kamar. Mungkin di luar ia akan mendapat jawaban atas pertanyaannya.

"Udah bangun lo?" Tanya Delta yang sedang duduk di meja makan sambil menikmati satu tangkup roti. Sedangkan di depan meja bar, terlihat Wira yang sedang menyeduh kopi. Ali mengangguk seadanya sebagai jawaban kemudian mengambil duduk bersebrangan dengan Delta.

"Pusing," keluhnya dengan tangan memegangi kepalanya yang seperti mau pecah. Ia menunduk dengan kedua tangan menyangga sisi kepalanya.

Delta yang sedari tadi tak melepas pandangannya sejak keluarnya Ali dari dalam kamar, berdecak pelan. Cukup mengerti kondisi sahabatnya itu, ia mengambil gelas, menuangkan air mineral dari teko kemudian diberikannya kepada Ali. Beginilah jika orang yang baru pertama kali mencoba alkohol dengan kadar tinggi. Vodka pula. Ck ck ck, besok mungkin ia akan mengomeli Ali atau mungkin memberi sedikit materi padanya tentang jenis-jenis alkohol beserta kadarnya.

"Minum lo," suruh Delta saat Ali tak kunjung menyambut gelas yang di sodorkannya. Tanpa banyak bicara Ali segera meneguk air mineral itu, menyisahkan setengah gelas dari persentase full.

"Udah baikan lo hm?" Wira datang dengan secangkir kopi di tangannya, mengambil duduk di antara mereka.

"Gue kenapa sih?" Bukannya menjawab, Ali justru balik bertanya.

"Lo lupa? Semalem lo mabuk berat," ucap Wira.

"Apa?!" Ali terkaget. Mabuk? Tidak mungkin.

"Gak mungkin!" Ujarnya lagi, tak percaya.

"Gak mungkin apanya? Lha emang gitu semalem," Delta menimpali. "Lagian lo minum keterlaluan banget gak mikir dua kali, vodka pula. Lo tau gak kalo vodka itu kadar alkoholnya tinggi? Bisa mati lo kebanyakan minum," lanjut Delta mengomel.

"G-- gue... minum?" Ali menunjuk dirinya tak percaya. Delta dan Wira mengangguk pelan. Ali terlihat begitu shock. Oh god, komitmen yang selama ini ia pegang teguh, runtuh sudah. Ia meruntuhkan sendiri komitmen yang dibuatnya dalam satu malam. Astaga, apa yang sudah ia lakukan?

"Apa yang udah gue lakuin?" Ujarnya pelan. Wira cukup mengerti perasaan Ali, maka itu ia menepuk bahu Ali beberapa kali seolah berkata ini sudah terjadi.

"Nih, Mami lo telfon." Ali mengangkat kepalanya saat Fitra menyodorkan ponselnya yang berdering. Ia baru saja selesai mandi, dan begitu keluar ponsel Ali sudah berbunyi.

"Halo?"

"Halo, kamu udah bangun hm?"

"Udah, Mi"

Powerpoint in Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang