Author POV
"Lo kenapa sih, Li?"
"Tau aneh banget!"
"Masih galau di tinggal Zia?!"
"Udeh si astaga. Katanya lo udah lupa?"
"Gue mau pindah sekolah!"
Sontak semuanya berdiri. Menggebrak meja yang dijadikan mereka sebagai tempat menyidang Ali dengan keras-keras.
"APAAAA???!!!" Teriak mereka bersamaan.
Ali mendengus. Sumpah ia sangat malu dengan pengunjung kafe yang siang ini lumayan ramai. Mereka memandang aneh ketiga sahabatnya yang tak tahu malu.
"Duduk lagi lo bertiga!" Ujar Ali malas. Ia melirik beberapa pasang mata yang menggelengkan kepalanya tak habis fikir.
"Gara-gara lo, kuda!"
"Kalo ngomong suka gak di ayak!"
"Pindah, pindah. Mau transmigrasi ke mana lo?"
"Udah gue bilang, lo kemana dulu gitu. Kemaren kan gue tawarin ke Maldives. Oke, minimal ke Flores gitu?" Kata Wira serius. Sebenarnya ia tak habis fikir dengan Ali. Apalagi setelah sahabatnya itu berkata ingin pindah sekolah.
"Naik gunung Semeru yuk, Li. Pengen deh gelindingin lo dari atas," celetuk Delta kesal.
"Jangan. Masukin aja Ali ke kawah Anak Karakatau,"kata Fitra.
Wira memberi kode pada Fitra dan Delta. Melihat respons Ali yang tak berminat, membuat Wira mengerti kalau Ali sungguh-sungguh mengatakannya.
"Ah payah lu. Katanya most wanted. Udah kek cari yang lain," suruh Fitra, seraya merangkul bahu Ali yang berada di sampingnya.
"Gue di tolak," kata Ali pelan yang masih bisa didengar ketiganya.
"Hah?" Mereka kompak membeo. Nah kan budeg.
"Jadi galau lo ni karena apa? Zia atau yang lain?" Wira gregetan.
"Kenapa sih lo semua ngomongnya Zia mulu. Emang ye lo lo pada gak pernah ngerti perasaan gue." Lha? Itu barusan Ali mendramatisir?
"Yee lebay lu!"
"Gak pengertian dibagian mana kita sama lu?!" Delta menoyor kepapa Ali.
"Tau! Gak ingat dulu emang."
"Ya gak gitu," ralat Ali.
"Jadi lo kenapa? Apa tadi, di tolak? Sape yang nolak elu?" Tanya Wira setengah tertawa.
"Prilly."
Mendadak suasana di meja mereka hening. Mau teriak, suara juga kayak tercekat. Mau gebrak meja -udah tadi. Yakali gebrak untuk yang kedua kalinya. Bisa di usir secara kasar mereka.
"Kok pada diem?" Tanya Ali.
Mereka kompak menggebrak meja pelan.
"Yee kuda, beneran suka dia sama Khanzara," dengus Wira.
"Gak habis fikir si gue." Fitra menimpali.
"Musuh di tembak, ya mana mau sih?" Fitra ikutan menimpali.
"Ah ayolaahhh! Lo bertiga gak ada yang support gue gitu?" Seru Ali frustasi.
Semuanya kembali diam. Masih shock dengan kebenaran yang Ali katakan. Sepertinya nama Prilly begitu berefek bagi ketiga sahabatnya.
"Oke, gue balik!" Ali yang sudah terlanjur kesal bangkit dari duduknya. Sudah ia duga sebelumnya. Respon mereka pasti akan se-shock ini. Jadi untuk apa tadi mereka bertanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Powerpoint in Love (END)
Fanfiction"WOY MINGGIR DONG! Wahhh songong ni orang! Mana lagi nih tombol klakson,---" "Itu yang ditengah-tengah stir apaan?!" Amazing cover by. @EkaGustiawati❤