"Selamat pagi!" John datang dan langsung duduk di kursi meja makan yang ada di ruangan itu.
"Pagi Dad." Ruth mulai melanjutkan makannya, tidak memperdulikan sekitar. Wajahnya seperti sedang sedih karena sesuatu.
"Lihat, ibumu tidak menjawab selamat pagi kepada ku." Walaupun John bilang seperti itu kepada Ruth, ia tetap terdiam dan tidak meladeni apa yang dikatakan oleh John.
"Ada apa? Apakah kau terganggu lagi oleh teman teman mu."
"Apa benar?" Tanya Tiana secara tiba tiba, ia ikut khawatir akan kesedihan putrinya itu.
"Bukan tentang itu.."
"Lalu? Apakah tentag guru mu? Nilai mu?"
"Dulu, Mom selalu tidak bisa mengambil rapot sekolahku, dan Dad juga tidak ada. Besok adalah hari olahraga di sekolah ku, dan banyak orang tua yang akan datang ke acara itu untuk menyemangati anak mereka."
"Jadi kau ingin Dad ke sekolah mu?"
"Bersama Mom juga." Ucap Ruth. Pasalnya, selama ia hanya tinggal bersama Tiana dan Dex, setiap ada acara di sekolahnya, hanya auntie dan Dex lah yang menemaninya. Ayah yang tidak tahu dimana, lalu ibu yang selalu sibuk dan Ruth benci itu. Semua teman temannya menganggap Ruth semakin gila. Bagaimana mungkin teman temannya percaya bahwa laki laki yang muncul di tv adalah benar benar ayahnya? Jika Tiana saja tidak pernah menunjukkan dirinya di depan teman temannya.
"Itu hal yang mudah. Kenapa kau bersedih? Dad akan kesana menemani dan menyemangatimu."
"Benar, Mom akan ke sekolah mu juga." John terdiam beberapa saat. Ini hal yang sulit. Tiana ikut ke sekolah Ruth? John tidak ingin, hal hal yang merusak keluarganya muncul kembali.
Bagaimana ini..
"Kau tidak periu ikut. Biarkan aku saja yang ke sekolah nya." John pun melihat ke arah Ruth dan mengusap kepala putrinya yang hampir berumur 14 tahun itu.
"Jika aku kesana sendiri, maka teman teman mu akan mempercayai bahwa ayahmu adalah seorang pembisnis yang hebat bukan?" Ruth mengangguk antusias karena John mau menuruti permintaannya.
"Tapi aku ingin kesana juga. Jika kita semua kesana, pasti akan lebih menyenangkan."
"Benar! Dad, Mom, dan Dex, kalian semua harus menyemangati ku saat lomba nanti."
"Mom akan menjaga Dex di rumah sayang. Biarkan Dad saja yang ke sekolahmu." Ruth melunturkan senyum antusiasnya, apa yang dikatakan ayahnya itu ada benarnya.
"Ada Meida yang menjaga Dex jika dia ditinggal di rumah. Jika Dex ikut, Meida pun nanti akan ikut untuk menjaga Dex."
"Kau yakin tidak keberatan?" Tanya John meyakinkan Tiana.
"Tentu saja tidak. Aku juga ingin berkenalan dengan teman, guru, dan orang tua dari teman teman putriku."
"Baiklah, kau boleh ikut. Asalkan kau mengikuti apa yang aku pinta."
"Kenapa harus ada peraturan saat kita kesana? Tidak bisakah kau mempercayaiku?" Nada intonasi bicara Tiana sudah naik, sepertinya Tiana sedikit tersulut emosi karena apa yang John bilang.
"Mom.." Ruth memegang lengan Tiana agar bisa membuat ibunya tenang. Tiana pun menutup matanya dan mengatur napasnya, ia tidak boleh tersulut emosi.
"Aku mempercayaimu. Aku hanya ingin, kau tidak berjauhan dengan ku. Lalu, jika kau pergi kemana pun, harus ada Meida."
"Baiklah," Tiana pun kemudian tersenyum membalah tatapan John yang mengintimidasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Husband || Wattys 2019 (Revisi)
Romance*PLAGIAT DILARANG MENDEKAT !* 4 Tahun yang lalu. Kejadian yang paling Tiana benci. Christiana Messy Caroline. Hidup dengan kedua anaknya. Tanpa sosok sang ayah. Walaupun anak pertamanya, Ruth Caroline. Tau, bahwa ia mempunyai ayah. Bahkan ingat deng...